Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Puisi: Wanita Manis Penyeduh Kopi

Jumat, 20 Oktober 2017 | 20:21 WIB Last Updated 2020-04-24T08:19:50Z
Teman melamun
Wanita Manis Penyeduh Kopi

Senikmat aroma seduhan kopi, tentang hitam yang menyapu sepi, karena rasa tak pernah mati, walau kau mencoba tuk pergi.

Ini hanya tentang kopi, tentang rembulan yang tak pernah bersedih, walau seduhan sudah tak lagi di hati, namun aroma dan rasa akan tetap abadi.

Hey kau.
Yah, kau wanita manis penyeduh kopi, apakah kau paham perihal kopi ?, tentang ampas yang selalu mengambang di bibir cangkir, itu lebih nyata daripada cinta.

Cinta hanya perihal rasa yang tak pernah abadi, ketika rembulan bertolak keperistrahatannya, cinta yang terkandung dalam ampas kopi kian lama akan tenggelam, kopi yang dingin akan ditinggal pergi, cintapun akan kandas dalam secangkir kopi yang hanya berteman sepi.

Kau harus paham, ini bukan perihal cinta secangkir kopi yang ditinggal pergi, ini perihal rasa yang yang tak pernah mati, walau udara mencoba mendinginkan seduhan ini, namun rasa tetap sama dan akan abadi.

Ingatkah kau waktu itu.
Yah... saat mereka berusaha meramu kopi, aku lebih memilih menggodamu yang myeduh dengan hati, bukan karena senyum yang kau aduk bersama kopi, ini perihal sayang yang melekat pada aroma kopi.

Aku ingin mengajakmu menikmati kopi, tanpa peduli mereka yang meramu kopi, aku hanya ingin menyelami rasa yang kau aduk bersama secangkir kopi, rasa nikmat yang bercampur sayang.

Aku ingin menikmati segelas kopi berdua denganmu, meski tanpa puisi yang merayumu.

Aku ingin menikmati kopi berdua denganmu, di bawa sinar rembulan kita bepadu, bagai kopi dan sesendok gula berpadu menciptakan rasa dan aroma yang abadi.

Hey kau.
Yah... kau wanita manis penyeduh kopi, aku hanya ingin menikmati kopi seduhanmu saja, mengecap sayang yang kau titip pada bibir cangkir, karena aku sadar telah mengagumimu lewat seduhan kopi.

×
Berita Terbaru Update