Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Tuhan Mengizinkan Aku Gondrong, Tapi Dosenku Menolak !

Jumat, 06 April 2018 | 23:14 WIB Last Updated 2018-04-06T15:14:13Z
Ajmal, Dokumentasi Pribadi
Lorong Kata, www.LorongKa.com --- Berbicara tentang persoalan rambut, tentu akan muncul berbagai argumen dan tanggapan, apalagi persepsi. Terutama rambut gondrong yang tidak pernah lepas dari pandangan negatif.

Hal itu tidak serta merta muncul, namun ada 3 faktor yang sangat mempengaruhi, yaitu sosial, agama dan budaya. Dimana ketiga faktor tersebut merupakan sebuah dinamika penilaian seseorang terhadap mereka yang berambut gondrong.

Namun dalam tulisan ini saya akan sedikit menyinggung salah satu Kampus atau Perguruan Tinggi yang berbasis Keislaman disalah satu daerah yang dianggap beradat ini. Dimana Kampus tersebut melarang keras mahasiswanya untuk gondrong.

Perguruan Tinggi merupakan lanjutan pendidikan menengah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota atau bagian dari masyarakat dengan berbagai ilmu yang telah didapatkan dalam sebuah Perguruan Tinggi dan itu telah dijelaskan dalam UU Tahun 1989.

Lalu apa hubungannya dengan larangan berambut gondrong bagi mahasiswa, padahal sejatinya kampus ialah wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan siap untuk berbaur dalam lingkup masyarakat. Tapi ketika mahasiswa yang ingin berekspresi melalui rambut, lalu dilarang oleh pihak kampus.

Saya rasa itu adalah sebuah penindasan yang terjadi terhadap mahasiswa di dalam kampus. Karena seperti yang dijelaskan diatas bahwa sejatinya kampus itu ialah tempat menimba ilmu dan bertarung dengan gagasan yang mereka miliki, bukan sebuah tempat untuk pamer penampilan.

Saya kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri di Bone. Di kampus ini pula saya bertanya tanya akan hal yang dianggap tidak mencerminkan diri sebagai seorang mahasiswa yang santun saat berambut gondrong, dan penilaian itu sangatlah keliru bagi saya pribadi

Di kampus yang menjunjung tinggi yang namanya adat, membuat saya jadi teringat dengan seorang pahlawan Bone yang dikenal dengan sebutan Raja Arung Palakka Petta Malampe Gemmena.

Dimana, Raja Arung Palakka ini adalah raja pembebas pada saat masyarakat bone mengalami penindasan pada waktu itu. Jadi Arung Palakka yang terlihat gagah dengan rambut panjang tersebut memiliki sebuah karakteristik tersendiri diantara para raja Bone yang lain.

Lalu berbicara kembali mengenai rambut gondrong, saya teringat seorang Ustadz yang pernah membawakan ceramah, beliau mengatakan bahwa Rasul saja memiliki rambut yang diatas rata-rata rambut jaman sekarang.

Apalagi saya kuliahnya di kampus yang berdasarkan sebuah ajaran Rasul, pertanyaannya kemudian apakah alasannya ketika mahasiswa yang ingin gondrong itu dilarang, sedangkan kita sudah tahu bahwa gondrong itu bukanlah hal yang dilarang oleh agama khususnya. Tuhan mengizinkan aku gondrong, namun dosenku menolak.

Gonrong adalah simbol kebebasan berekspresi. Dengan adanya aturan yang melarang rambut gondrong secara tidak langsung membuat mereka merasa didiskriminasi oleh aturan tersebut. Di negeri ini pun perampok terbesar adalah mereka yang berambut rapi, bukan yg berambut gondrong. Seharus bukan rambutnya yang seharusnya kalian paksa untuk dipangkas tapi yang harus dipangkas adalah kebodohan yg menggerogoti kepalanya

Ada banyak orang yang beranggapan bahwa memiliki rambut gondrong adalah tipikal orang yang tidak mau di atur, dan sering kali disebut tidak punya sopan santun.

Tapi anggapan itu semua bisa dibantahkan. Memiliki rambut gondrong adalah salah satu cara yang bisa membuka mata bahwa jangan pernah melihat sesuatu dari penampilannya.

Masuk ke dunia perkuliahan seolah memberikan kebebasan kepada pribadi masing-masing untuk menentukan gayanya. Bukankah dunia perkuliahan memuat nilai kerapian yang sederhana, "Boleh berpenampilan bebas asal sopan".

Lalu untuk apa kampus mempermasalahkan rambut gondrong, melarang mahasiswa untuk gondrong dengan cara mendiskriminasikan fasilitas kampus kepada orang gondrong.

"Rambut gondrong dilarang kuliah !" padahal sejatinya kuliah adalah sarana pendidikan untuk memperoleh pengetahuan. Memiliki rambut gondrong juga tidak menghalangi proses belajar mengajar dalam dunia perkuliahan.

Apakah maksudnya orang gondrong tidak boleh pintar, bagaimana pun orang berambut pendek bukan menjadi sebuah jaminan bahwa dia akan lebih pintar daripada orang yang berambut gondrong.

Jadi, sudah jelas bahwa rambut bukanlah cerminan dari hati, bukan parameter intelektual, tapi lebih kepada seni (fashion) kesederhanaan. Sebab itulah inti dari beragam jawaban teman tentang rambut gondrong yang saat ini mengalami keresahan.

Terakhir saya tekankan, bahwa rambut tidak ada sangkut pautnya dengan kemampuan berpikir secara akal sehat.

Mari berambut panjang bagi yang mau, asal rapi. Toh, kita tidak menindas, terlebih merampas hak orang lain dan saya sangat tidak setuju dengan diberlakukan aturan yang seperti itu, dengan alasan yang sudah saya jelaskan diatas.


Penulis : Ajmal
×
Berita Terbaru Update