Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kebijakan Setengah, Corona Mewabah, Masyarakat Resah

Minggu, 09 Februari 2020 | 08:05 WIB Last Updated 2020-02-09T00:05:53Z
Lorong Kata - Penyebaran Novel Coronavirus (virus corona baru) bukan hanya meresahkan masyarakat di China tempat asal virus tersebut mulai mewabah, namun juga negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah mengumumkan bahwa virus corona sebagai Darurat Global. (https://www.galamedia news.com/4/2/2020).

Banyak negara segera menentukan kebijakan untuk mengantisipasi penyebaran virus yang bisa mengakibatkan kematian tersebut. Pemerintah Filipina misalnya, sudah membatalkan kebijakan Visa arrival bagi turis China sebagai bentuk antisipasi masuknya virus tersebut ke negaranya.(/www.galamedianews.com/).

Sebuah pernyataan di laman web resmi konsulat Perancis di Wuhan mengatakan bahwa, Perancis sedang mempertimbangkan dan menyiapkan layanan bus yang memungkinkan warga Perancis, pasangan dan anak-anak mereka meninggalkan Wuhan.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) merencanakan penerbangan carter pada Minggu (26/1/2020) untuk membawa warga negara dan diplomatnya kembali dari kota Wuhan di Chin , pusat penyebaran virus corona, surat kabar Wall Street melaporkan pada Sabtu (25/1/2020) (suarasurabaya.net).
Bagaimana dengan Indonesia?

Fadli Zon anggota Komisi I DPR mengkritisi sikap Pemerintah menangani kasus virus corona. Ia menilai pemerintah cenderung lamban dalam menyusun kebijakan mengantisipasi penyebaran wabah virus corona (https://m.republika.co.id/) . Masih menurut sumber berita yang sama dikatakan bahwa sampai Rabu (29/1/2020) belum ada satupun kebijakan yang bersifat menentukan terkait persoalan tersebut. Padahal sudah ada beberapa negara terpapar kasus corona, yaitu : Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, dan Australia.

Fadli Zon menyarankan dua langkah yang harus segera dijalankan pemerintah. Pertama, diimbau segera membentuk rantai komando khusus untuk mengawasi dan memitigasi wabah virus corona. Kedua, Pemerintah diminta segera mengevakuasi serta menjamin keselamatan Warga Negara Indonesia yang berada di China, khususnya di wilayah endemik Wuhan.

Pemerintah akhirnya menyikapi dengan memberangkatkan Tim Penjemput ke China untuk mengevakuasi Warga Negara Indonesia yang ada di sana. Dengan menggunakan pesawat carter Airbus A330 milik maskapai Batik Air dengan kapasitas mencapai 392 penumpang, Tim Penjemput bertolak dari Indonesia pada Sabtu siang (1/2/2020) . Sebanyak 245 WNI yang berada di beberapa titik di Provinsi Hubei , China akan dievakuasi. (/www.galamedianews.com/1/2/2020)

Warga Negara Indonesia yang dievakuasi dari Wuhan, China telah tiba di Batam, Minggu (2/2/2020) dan langsung bertolak ke Natuna menaiki peasawat TNI untuk menjalani karantina di Natuna selama dua minggu. Para WNI dari Wuhan, China itu harus menjalani observasi di Lanud Raden Sadjad. Namun hal ini menimbulkan polemik. Warga Natuna menolak kedatangan WNI dari Wuhan. Mereka melakukan aksi unjuk rasa di depan gerbang pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau. Massa sepakat membuat enam point tuntutan kepada Pemerintah pusat maupun daerah. Tuntutan tersebut disampaikan Ketua KNPI Natuna Hariyadi usai aksi berakhir hari Minggu , 2/2/2020. Diantara enam tuntutan tersebut yang pertama , meminta WNI dari Wuhan dipindahkan ke kapal perang KRI. Tujuannya agar dapat diobservasi di lepas pantai dan tidak menimbulkan keresahan masyarakat. (https://nasional.tempo.co/2/2/2020).

Dari uraian diatas sungguh kita sayangkan sikap Pemerintah yang tidak sigap mengatasi suatu masalah yang terkategori darurat global. Apalagi jika kelambatan itu karena alasan pembiayaan. Disinilah seorang pemimpin negara diuji peran kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang amanah tidak akan merasa berat untuk membiayai suatu masalah yang menyangkut keselamatan nyawa rakyatnya. Nampak di atas bahwa watak pemerintah kapitalistik tidak bersungguh-sungguh mengatasi masalah dan memberi perlindungan total pada rakyat. Pemerintah secara nyata tidak mengambil kebijakan maksimal untuk membebaskan rakyat dari bahaya maupun kekhawatiran terkena dampak wabah penyakit, misalnya dengan mengisolasi di kapal perang di lepas pantai bukan di daratan.

Berbeda ketika negara menerapkan sistem Islam. Sistem buatan Allah ini menentukan bahwa Negara wajib untuk menjadi panglima dalam mengatasi epidemi penyakit dan penanganan bencana. Mulai dari tindakan cepat untuk menangani korban dan tempat yang terkena wabah, maupun melakukan langkah antisipatif agar daerah dan penduduk lain tidak terkena dampaknya.

Dicontohkan dalam sistem Islam, pada masa Rasulullah SAW. pun terjadi kasus wabah penyakit. Beliau SAW. mengajarkan cara menghadapi wabah penyakit . Hal ini tertuang dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf, tercantum dalam kitab Shahih Muslim no 4115: "Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri".

Juga pada masa khalifah Umar bin Khattab, pada waktu itu Umar bersama beberapa shahabat sedang dalam perjalanan dalam rangka kunjungan ke Syam(sekarang Syuriah). Ketika tiba di Saragh, Umar mendapat informasi mengenai wabah kolera yang melanda Syam. Umar mengajak para shahabat baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar untuk bermusyawarah membicarakan apakah perlu melanjutkan perjalanan ke Syam atau lebih baik kembali ke Madinah. Umar juga bertanya kepada para petinggi Quraisy yang berhijrah ketika fathu Mekah. Jawaban yang didapat, Umar dan rombongan disarankan untuk kembali ke Madinah dan melarang mendatangi daerah yang terserang wabah. Abdurrahman bin Auf mengabarkan kepada Umar tentang hadits Rasulullah di atas. Akhirnya Umar membuat keputusan untuk kembali ke Madinah dan tidak melanjutkan perjalanan ke Syam.(https://m.dream.co.id/21/1/2020).

Sebelum terjadinya wabah, negara telah memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan menjaga kesehatan rakyat dengan baik. Menjaga masyarakat dari makanan yang halal dan thayyib. Serta lingkungan yang sehat.(https://muslimahnews.com/).

Saatnya kita kembali kepada sistem Islam yang sempurna mengatur setiap masalah kehidupan, karena dibuat oleh Yang Maha Pengatur (al Mudabbir) yakni Allah SWT. Wallahu 'a'lam bisshawab.

Penulis: Sumiatun (Jombang)
×
Berita Terbaru Update