LorongKa.com - Setahun lamanya bulan yang di nantikan telah tiba. Bulan yang paling istimewa dari bulan-bulan yang lainnya. Alhamdulillah, kami sekeluarga di beri kesempatan hidup di bumi ini bertemu kembali dengan bulan ramadhan. Di mana bulan ini bulan yang penuh berkah, dan bulan untuk mencari pahala sebesar-besarnya. Baik dari kalangan orang tua sampai anak-anak pun turut bahagia menyambutnya.
Namun, di balik kebahagiaan, ada sedikit kesedihan yang terselip di relung hati. Yakni ramadhan tahun dua ribu dua puluh ini berbeda jauh dengan tahun sebelumnya. Karena saat ini negeri sedang dalam masa pandemi. Akibat virus covid-19 yang masif penularannya. Ah, sudahlah memang Allah yang telah merencanakannya. Pasti ada hikmah di balik musibah ini. Kita sebagai manusia biasa hanya bisa berikhtiar saja. Menjaga tubuh kita agar tetap sehat.
Setelah sholat ashar, Kayla duduk di sampingku. Di dekatkan wajahnya di hadapanku.
“Ibu, kapan kita mulai puasa?” ucapnya mengharap kepastian.
“Besok kita mulai puasa” jawabku sambil menatap wajahnya.
Entah, apa yang ada di pikirannya. Raut wajahnya terlihat seperti ada keraguan. Aku tinggalkan dia menuju dapur. Membersihkan kompor bekas minyak yang tumpah. Baru saja aku mengelap kompor. Kayla mendekatiku lagi, menanyakan kapan mulai puasa.
“Ibu, benar nih besok kita puasa?”
“Benar, Nak. Ibu tadi pagi sudah mendapatkan kabar di grup whatsApp. Kalau besok itu awal puasa. Karena kita kan mengikuti rukyat global. Di negara-negara lain kemarin sudah melakukan rukyah hilal. Namun, tidak menemukan hilal syar’i. Maka sya’ban di genapkan tiga puluh hari.”
“Oh, gitu” ucapnya sambil manggut-manggut
Namun sepertinya jawabanku belum memuaskan akalnya yang masih sekolah dasar itu. Dia memang anak yang kritis. Pertanyaannya pun tidak cukup satu kali. Aku biarkan dia berpikir dulu. Lanjut menyelesaikan pekerjaanku yang belum beres. Sesaat kemudian kami berdua makan di meja di depan televisi. Sembari menonton tayangan di televisi.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Suara muadzin menyeru. Adzan maghrib berkumandang. Kayla bergegas menunaikan sholat. Sedangkan aku tidak sholat karena lagi datang bulan. Selesai Kayla sholat kami berdua duduk bersandar di sofa. Kembali melihat tayangan berita di televisi. Kami berdua berbincang-bincang membicarakan awal ramadhan lagi. Setelah aku menjelaskannya lagi, Kayla pun memahaminya. Di tambah lagi adanya kepastian hasil dari sidang isbat. Bahwa 1 ramadhan jatuh pada tanggal dua puluh empat, tepat di hari jumat.
“Asyik. . .asyik. . . besok kita puasa” sorak Kayla girang.
“Alhamdulillah” ucapku
“Nanti kita sahur makan apa, Bu?” tanya Kayla dengan muka ceria tidak seperti tadi
“Hmm, di kulkas masih ada fillet ikan dori, tuh”
“Oh, yang kemarin di goreng tepung itu, ya?”
“Ya benar, tapi untuk makan sahur ikan dorinya ibu panggang. Kalau di goreng tepung lagi ibu bosan. Kayla mau, kan?”
“Enak gak itu kalau di panggang, Bu?” kata Kayla penasaran
“Pasti enak, dong. Ikan dorinya di lumurin kecap. Kalau untuk ibu kecapnya di tambahin cabe”
Jawabku sambil mengacungkan jempol.
“Hmm, pasti nanti masakan Ibu enak”
Balas Kayla sembari menelan ludah.
“Nanti malam tidurnya lebih awal, ya Kayla?” pasang alarmnya
“Ya, Ibu. Kayla pasang alarm jam tiga saja supaya bisa nonton film para pencari Tuhan. He. . .he. . .he. . .” jawab Kayla nyengir.
Malam pun semakin larut. Kayla tidur sangat pulas. Aku pun menyandarkan tubuhku di ranjang sembari menulis. Tidak tahu pukul berapa aku terlelap dalam mimpi. Hingga aku terbangun oleh suara lelaki dari spiker masjid.
“Sahur. . .sahur. . .sahur. . .”
Saat aku membuka mata, tanpa sadar buku yang aku pegang semalam telah menutupi kakiku dan bolpoint pun nangkring di leherku.
Aku beranjak bangun dan berdoa. Kemudian menyiapkan makan sahur. Memanggang ikan dori hanya lima menit. Karena sebelum tidur aku sudah memanggangnya. Itulah makan sahur hari pertama kami berdua ala kadarnya. Alhamdulillah.
Penulis: Farida Agustin