Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Program Petani Milenial, Solusi Ekonomi Kah?

Minggu, 21 Maret 2021 | 15:08 WIB Last Updated 2021-03-21T07:08:55Z

Hasna Fauziyyah Kh S.Ds (Ibu Rumah Tangga)

LorongKa.com -
Generasi Milenial di zaman sekarang banyak menyita perhatian baik anak-anak, remaja, hingga orang tua dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, sosial, budaya, bahkan terhadap pengunaan teknologi yang sekarang semakin canggih. Baru baru ini, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan bahwa salah satu kegiatan ekonomi yang masih bertahan meski ada pandemi Covid 19 adalah kegiatan pertanian. Menurutnya, wacana program 5.000 petani milenial adalah potensi besar yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang diharapkan bisa menjadi peluang peningkatan ekonomi di daerah. Mengutip dari news.detik.com, sebanyak 5.773 orang di Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan dirumahkan akibat pandemi Corona atau COVID-19 yang berlangsung sejak Maret 2020. Tak kalah dengan para pekerja UMKM, mereka juga terpaksa banyak yang gulung tikar karena menurunnya pesanan sehingga membuat pemasukan pelaku UMKM berkurang drastis.


Konsep program petani milenial ini ternyata masih dalam proses pematangan. Tisna Umaran mengatakan, saat ini pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Pemprov Jabar terkait hal ini. Menurutnya, "Ada beberapa konsep, apabila pemuda itu memiliki kegiatan tapi tidak punya tanah maka diberi tanahnya dan apabila tidak memiliki akses modal atau pasar, maka akan diberi modal dan akses pasar," papar Tisna, Senin (1/3/2021). Terkait ketersediaan lahan, Tisna mengatakan di kabupaten Bandung banyak tersedia lahan yang bisa dikerjasamakan untuk kepentingan petani milenial. Namun, menurutnya Petani Milenial membutuhkan SDM yang maju, mandiri, dan modern dan tentunya hal itu di dapatkan dari bangku pendidikan vokasi. Inilah yang menjadi kunci terhadap cikal bakal lahirnya petani milenial. Hal tersebut telah dikatakan oleh kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Desi Nursyamsi, bahwa jumlah petani Indonesia saat ini di tahun 2020 ada  sekitar 33 juta jiwa. Dan jumlah itu di dapat bahwa 29% yang usianya kurang dari 40 tahun, atau disebut sebagai petani milenial. Dengan adanya petani milenial yang terampil maka dia mampu menguasai pekerjaannya dan mendorongya untuk masuk ke dunia usaha dan industri pertanian. Program petani milenial ini akhirnya mendorong regenerasi muda untuk menumbuhkan wirausahawan di bidang tani. Dengan begitu mereka di iming-imingi dapat membuka lapangan perkerjaan, sehingga di harapkan program ini dapat menekan angka kemiskinan di daerah.


Ironi sekali negeri ini, Indonesia dengan negara agraris yang sumber daya alamnya yang melimpah, nyatanya masih belum bisa mensejahterakan rakyatnya, salah satunya di sektor pertanian. Jika di teliti, kemiskinan yang menimpa rakyat ternyata tidaklah berdiri sendiri tanpa sebab. Mereka miskin bukan pula karena keterbatasan skill Mereka sejatinya dimiskinkan sistem yang serba kapitalistik. Dari mulai pendidikan, perdagangan, hingga kesehatan dikapitalisasi penguasa hasil pilihan demokrasi. Kebijakan untuk rakyat dipersulit, regulasi untuk pemodal justru dipermudah. 


Masalah kemiskinan di negeri ini adalah tidak terpenuhinya kebutuhan primer rakyat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Dengan begini, masalah kemiskinan diuraikan dengan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dasar rakyat. Seperti harta milik umum seperti barang tambang, minyak, sungai, danau, hutan, jalan umum, listrik, dll. Harta ini wajib dikelola negara dan tidak boleh diswastanisasi dan diprivatisasi sebagaimana praktik dalam kapitalisme. 


Negara juga berkewajiban secara langsung melakukan pendistribusian harta kepada individu rakyat yang membutuhkan secara merata. Dengan demikian, wacana Petani Milenial hanya menjadi bukti gagalnya negara dalam memberikan fasilitas dan pendidikan yang memadai. Berbeda dengan pendidikan yang di gagaskan dalam Islam, hal tersebut di bentuk dalam rangka memiliki kepribadian Islam, menguasai pemikiran Islam serta menguasai ilmu-ilmu terapan. Saat khilafah berdiri juga, pendidikan menjadi perhatian para khalifah. Ini tidak lain karena hal itu telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Perhatian Nabi terhadap dunia pendidikan ini sangat besar. 


Berawal dari kota Mekah Rasulullah SAW fokus kepada pemantapan aqidah kepada setiap individu kaum muslim. Namun setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah  fokus pada pendidikan sosial dan Politik. Setelah di rasa masyarakat di Madinah sudah kondusif, barulah pendidikan Islam dapat berjalan secara terbuka hingga di dirikanlah beberapa masjid yang menjadi pusat kegiatan pendidikan dan dakwah. Tak heran jika kemudian para khalifah melanjutkan estafet pendidikan yang di contohkan Nabi dengan membangun berbagai lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. 


Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan pemahaman umat terhadap agama, sains dan teknologi. Semua gratis. Dan pastinya, ia akan mampu berpikir kreatif, inovatif dan produktif yang didukung negara secara penuh, bukan dijadikan budak pemilik modal. Begitulah Islam memberikan solusi dalam setiap permasalahan yang di hadapi oleh hambanya. Pengaturan seperti ini tidak akan dijumpai dalam sistem demokrasi kapitalis. 


Penulis: Hasna Fauziyyah Kh S.Ds (Ibu Rumah Tangga)
×
Berita Terbaru Update