PUISI, Lorongka.com— Saling memupuk rindu dalam hati, dan menempatkannya pada jarak yang memisahkan.
Membasuh penantian yang sudah hampir gersang, yang menyapu ramai menjadi sepi menjadi gumpalan rindu.
Tahukah kau?
Aku pernah membayangkan asal-muasal kita, pada dimensi di cakrawala. Sebagai pusat doa.
Langit dan seisinya mulai berpesta, yang menjatuhkan takdir-takdir yang telah kita pinta.
Hanya doaku dan doamu yang mungkin menyatu di pekarangan antariksa, hanya doaku dan doamu yang saling bertemu dan menjadi mahligai cinta berharap doa kita senantiasa beriringan dengan syahdu, menyaksikan guntur dan kilat di malam hari, yang seolah-olah ikut serta menyampaikan cinta yang kukirim lewat pesan batin dengan sang pencipta yang abadi.
Amorfati telah mempertemukan kita dan menjadikan kau adalah jatukrama yang amerta.
Menawarkan warna yang indah yang tak kutemukan warna itu di tempat lain, yang menjadikan segala nestapa menjadi perasaan berlimpah harsa.
Yang tak membiarkan air mata mengering di wajah melainkan dengan usapan lembut dari seorang bimantara.
Yang lahir kebumi untuk menjelma sebagai penakluk hati, yang merampas seluruh gairah cinta menjadi miliknya semata.
Abadilah.
Penulis: Nuratiqah