Artika sunaryo
LorongKa.com - Menteri Keuangan atau Menkeu AS, Janet Yellen mengatakan, bahwa pasar negara berkembang , termasuk beberapa negara G20, berbagi keprihatinannya tentang kelebihan kapasitas industri China. Yellen juga mendorong, untuk memberikan tekanan kepada Beijing agar mengubah model ekonominya.
Ada kekhawatiran tentang China yang berinvestasi berlebihan di pabrik dan membanjiri dunia dengan barang-barang murah yang terus meluas. Bahkan menurutnya apa yang dilakukan China sudah jauh melewati batas. (SINDOnews.com, 28/07/2024)
Siapa yang tak tergiur dengan barang murah apalagi terlihat mewah. Ditengah kehidupan yang makin sulit dari segala sisi, entah itu mencari pekerjaan, membangun bisnis, ataupun memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Banjirnya barang China justru seperti angin segar yang ditunggu kedatangannya oleh masyarakat. Barang-barang dari negeri tirai bambu ini dari mulai mainan anak, elektronik, kendaraan listrik, peralatan sekolah sampai aksesori perlahan tapi pasti, meluas di pasaran bersaing bahkan merajai perdagangan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada semester I 2024 nilai impor Indonesia dari Cina naik 8,21% secara kumulatif (cumulative-to-cumulative/ctc) menjadi US$32,45 miliar. Situasi hari ini adalah buah dari China Asean Free Trade Area (CAFTA) yang berdampak buruk pada produk dalam negeri karena barang china lebih murah.
Para pengusaha mulai menjerit karena usahanya terombang ambing, seiring sejalan dengan tingkat kemiskinan masyarakat yang tinggi dan literasi ‘finansial yang rendah’ mayoritas masyarakat lebih memilih produk cina ketimbang produk dalam negeri. Banyak perusahaan dalam negeri yang menurun drastis omsetnya, tak sedikit pula yang gulung tikar, akhirnya banyak karyawan kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran.
Ketika pengangguran meningkat angka kriminalitas pun mulai merangkak naik, belum lagi tingkat stres yang tinggi, ketahanan keluarga pun mulai goyah karena masing-masing peran tak bisa berjalan dengan semestinya. Jika pertahanan di garda terdepan yaitu keluarga sudah mulai porak poranda tentu akan menghasilkan generasi yang kurang berkualitas diiringi dengan masalah-masalah lainnya.
Hal ini terjadi karena negeri ini menganut sistem kapitalis dimana negara hanya memikirkan keuntungan sebagian kelompok saja. Sekelompok penguasa, pemilik modal dan para pengusaha importir melenggang bebas menari-nari merayakan kesuksesan diatas kondisi industri dalam negeri yanga semakin sekarat. Tak ada yang peduli pada nasib rakyat yang meringis menahan lapar melawan arus deras kemiskinan. Ya inilah sifat dari kapitalistik tak sedikitpun berpihak pada kemaslahatan umat.
Tentu hal tersebut sangat berbeda dengan yang diajarkan oleh sistem yang diatur oleh Islam. Didalam sistem Islam selalu mengutamakan kemaslahatan umat termasuk dengan kerja sama hubungan luar negeri.
Negara yang menganut sistem Islam harus memperhatikan apakah negara yang bekerja sama atau membangun hubungan tersebut termasuk kafir harbi fi'lan (memerangi umat islam) ataukah kafir harbi hukman (tidak memerangi umat Islam).
Adapun terhadap kafir harbi fi'lan seperti Israel yang menyerang palestina, cina yang menyiksa muslim uighur atau Myanmar yang menyiksa muslim Rohingnya haram hukumnya melakukan hubungan luar negeri dengan negara tersebut.
Namun, dengan kafir harbi hukman dimana negara tersebut tidak memerangi umat Islam atau mu'ahidun (terikat perjanjian damai) boleh saja melakukan kerja sama hubungan luar negeri dengan catatan tidak boleh impor produk yang haram seperti khamr, narkoba dsb.
Perkara makanan pokok (seperti beras, gandum, keledai, daging, ikan dsb) lalu sandang (produk tekstil) dan alutsista tidak boleh serta merta melakukan impor karena dapat mengancam kedaulatan negeri jika terus menerus bergantung pada impor, sebagai gantinya negara Islam dapat melakukan swasembada di dalam negeri.
Adapun barang-barang seperti aksesori, alat rumah tangga, mainan, elektronik dan sebagainya boleh impor tetapi negara lebih mengutamakan industri didalam negeri dahulu agar tercipta kondisi yang kondusif dan aman untuk rakyat, menjaga kestabilan industri sehingga juga mampu bersaing di kancah yang lebih luas.
Negara dalam sistem Islam juga akan menerapkan bea masuk atau cukai terhadap barang yang masuk ke wilayahnya. Khalifah Umar bin Khattab ra pernah menginstruksikan kepada para pegawainya untuk mengambil cukai sebesar 5% kepada orang kafir harbi yang membawa minyak dan biji-bijian ke Hijaz. Negera Islam juga tak ragu untuk mengerahkan penjagaan militer diperbatasan untuk mencegah barang-barang yang masuk secara ilegal.
Begitulah indahnya sistem Islam jika diterapkan didalam kehidupan sudah tentu akan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh alam. Wallahualam bissawab.
Penulis: Artika sunaryo