“Agama islam ini akan menjangkau semua lokasi yang terjangkau oleh siang dan malam, dan tidaklah Allah membiarkan satu rumah pun di kota maupun desa atau pelosok, kecuali Allah memasukkan agama ini dengan kemuliaan yang menjadikan mulia atau dengan kehinaan yang menjadikan hina. Dengan kemuliaan Allah memuliakan islam dan dengan kehinaan Allah menghinakan kekufuran.”
Janji Allah akan kemenangan islam adalah pasti. Bahkan jauh sebelum islam menguasai 2/3 belahan bumi, Allah sudah menjajikan akan datangnya kemenangan islam. Ini bisa dilihat dari banyaknya dalil Al-Quran serta hadist nabi yang menggambarkan akan datangnya kemenangan islam di muka bumi.
Allah swt berfirman :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka telah menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nur: 54: 55)
Akan datangnya kemenangan islam juga digambarkan dari hadist nabi berikut:
Rasulullah saw bersabda “ Sesungguhnya Allah menghimpun bumi untukku lalu aku melihat timur dan baratnya dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai yang dihimpunkan untukku...” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)
Walaupun musuh islam berusaha memadamkan cahaya islam namun Allah tidak akan pernah membiarkan cahaya islam itu padam dan janji kemenangan islam akan terangkul oleh umat muslim.
Allah swt berfirman :
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (QS. Ash-Shaff: 61: 8)
Dalam ayat lain, Allah swt menegaskan pula :
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukainya”. (QS. At-Taubah: 9: 32)
Maka tiadalah orang-orang yang meragukan janji Allah kecuali orang-orang yang fasik. Dan bagi umat islam yang meyakini janji Allah, tidaklah betah kedua kakinya untuk segera menjemput kemenangan islam yang telah dijanjikan.
Janji kemenangan islam akan segera tiba. Bagi umat islam saatnya berlomba untuk meraihnya dan bersiap menjadi generasi penakluk selanjutnya. Menjadi generasi terdepan yang menyingkap tabir kemenangan islam. Menjadi generasi mulia dalam mengusung kemenangan islam. Menorehkan tinta emas selanjutnya sebagai generasi Al Fatih, sang penakluk kota Konstatinopel. Menjadi generasi mulia, generasi the next Al Fatih.
Siapa generasi the next Al Fatih itu?
Generasi the next Al Fatih adalah KITA para generasi muda. Generasi as-syabb (pemuda) yang darahnya telah mengalir darah para syuhadah, yang rela mati demi kemenangan islam. Generasi the next Al Fatih adalah singa-singa Allah yang siap menerkam musuh yang menghadang datangnya kemenangan islam. Pemuda yang akan rela menggenggam matahari sekalipun sampai kemenangan islam telah tergenggam ditangannya. Pemuda yang dibenaknya hanya ada kemenangan islam. Pemuda itu adalah kita, generasi the next Al Fatih.
Generasi Al Fatih bukan pemuda yang hanya duduk manis dengan popcorn sambil engkang-engkang kaki menikmati film action. Generasi Al Fatih adalah mereka yang langsung action dalam laga, bukan sekedar menjadi penonton. Namun bukan action dilayar lebar. Tapi generasi the next Al Fatih adalah generasi yang siap action dan berlaga didunia nyata untuk meraih kemenangan islam.
Generasi Al Fatih bukan pula generasi yang sibuk memikirkan bagaimana menggandeng kekasihnya ke acara reunian, bukan juga generasi yang sibuk dengan galaunya karena kekasihnya tak mau diajak. Tapi generasi the next Al Fatih adalah mereka yang sibuk memikirkan bagaimana menggandeng sahabatnya untuk meraih kemenangan islam. Mereka sibuk mencari kontakan, yang akan diajak ke majelis-majelis ilmu sebagai langkah awal menuju kemenangan islam.
Generasi the next Al Fatih bukan pula generasi yang hanya sibuk dengan aktivitas perkuliahannya dikampus, atau sibuk dengan tugas-tugas kampusnya tapi mereka juga sibuk dengan aktivitas dakwahnya dikampus. Sibuk memikirkan bagaimana menjadikan kampusnya sebagai pusat dakwah untuk menyebarluaskan pemikiran islam.
Namun, generasi the next Al Fatih hanya khayal untuk kondisi pemuda hari ini. Pemuda yang hanya sibuk menunggu jadwal pemutaran film action yang disukainya tayang. Pemuda yang hanya sibuk memikirkan kekasihnya agar mau diajak, sibuk dengan tugas-tugas kampus yang banyak menumpuk. Pemuda yang hanya sibuk memikirkan pribadinya, tanpa pernah memikirkan bagaimana meraih kemenangan islam.
Ada apa dengan generasi the next Al Fatih?
Generasi pemuda yang seharusnya menjadi generasi the next Al Fatih dilenakan oleh dunia. Mereka bahkan takut menjadikan islam sebagai bahan pembicaraan mereka. Cinta dunia bahkan takut mati. Hal inilah yang Rasulullah saw takutkan, sebagaimana hadist nabi saw:
“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya:” Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” “Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn.” Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu? ”Nabi saw bersabda: “Cinta dunia dan takut kematian.” (HR. Abu Dawud: 3745)
Generasi pemuda saat ini tak mampu tampil layaknya para generasi-generasi islam masa kekhilafahan yang selalu berada digarda terdepan membela islam, apalagi mengusung kemenangan islam. Lagi-lagi mengapa? Kesalahannya terletak pada tiga hal.
Pertama, kekeliruan proses mendapatkan keimanan, dimana rata-rata kaum muslim hari ini beriman karena faktor keberuntungan yakni secara kebetulan lahir dari seorang muslimah. Begitu pula dengan para generasi muda islam hari ini. Mereka berislam hanya karena faktor keberuntungan, mereka dilahirkan dalam keluarga muslim. Berislam bukan karena ia mantap memilih islam. berislam bukan sebab yakin akan islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi Allah, sebagai agama yang sempurna. Sehingga pemuda hari ini banyak yang mengabaikan islam apalagi meyakini dan ingin menjadi generasi the next Al Fatih yang akan mengusung kemenangan islam.
Kedua, runtuhnya Khilafah Islamiyah. Dimasa pemerintahan islam dalam naungan khilafah islamiyah, para pemuda hadir sebagai generasi terdepan dalam memperjuangkan islam agar tetap menjadi peradaban yang diagungkan. Lihat saja bagaimana Muhammad Al Fatih pada masa kekhilafahan Turki Utsmani dengan karya besarnya sebagai penakluk kota Konstatinopel. Sebab dalam pemuda pada masa khilafah banyak dibekali ilmu dan mental yang bersih. Mereka jauh dari kehidupan hura-hura apalagi hedonis. Namun setelah khilafah runtuh, pemuda seakan kehilangan jati dirinya sebagai the next generasi Al Fatih yang seharusnya mereka emban.
Ketiga, sekularisme. Setelah runtuhnya masa kekhilafahan Turki Utsmani oleh Kemal At Tatur laknatullah, umat muslim bagai anak ayam kehilangan induknya. Tiada lagi pelindung yang mampu melindungi umat khususnya para pemuda sebagai generasi penerus. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan semakin membabi buta dikalangan umat muslim, terlebih dikalangan pemuda. Karena itulah generasi pemuda saat ini tak mampu tampil layaknya para generasi-generasi islam masa kekhilafahan.
Namun, bagi kita generasi pemuda yang masih punya mimpi untuk menjadi generasi the next Al Fatih masih ada harapan. Langkah kita ditunggu oleh para pemuda diluar sana untuk merangkul dan menggandeng mereka untuk meraih kemenangan islam yang dijanjikan. Maka tetaplah menjadi pengusung kemenangan islam, jadilah pemuda yang menggandeng mereka meraih kemenangan itu. Sebab kita adalah generasi the next Al Fatih.
Penulis: As Sa'diyah