Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mimpi Pengentasan Kemiskinan Di Negeri Kapitalis

Rabu, 12 Februari 2020 | 09:02 WIB Last Updated 2020-02-12T01:02:42Z
Lorong Kata - Isu kemiskinan terus menjadi hal menarik yang ramai dibicarakan hingga saat ini. Mulai dari kebijakan yang diambil pemerintah terkait kemiskinan, hingga data kemiskinan yang ada. Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah suatu batas yang disebut garis kemiskinan, tergolong sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).

Baru-baru ini Bank Dunia merilis laporan bertajuk "Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class" pada akhir pekan lalu (30/1). Dalam riset itu, 115 juta masyarakat Indonesia dinilai rentan miskin. Tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini di bawah 10% dari total penduduk. Rerata pertumbuhan ekonomi pun diprediksi 5,6% per tahun selama 50 tahun ke depan. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapitanya diperkirakan tumbuh enam kali lipat menjadi hampir US$ 4 ribu.

Kemiskinan Kondisi Laten Akibat Kapitalisme

Pengentasan kemiskinan adalah hal mustahil dalam sistem kapitalis demokrasi. Pasalnya, Sistem kapitalisme adalah sistem dimana peran pemerintah sangatlah lemah, kurang atau bahkan tidak ada sama sekali dalam mengatur perekonomian masyarakat khususnya bagi mereka yang kurang mampu dalam hal biaya kehidupan, sehingga penerapan sistem ekonomi kapitalisme dapat menyebabkan munculnya kemiskinan. Sistem ini mengandung banyak hal yang tidak adil dimana pihak yang mempunyai modal (pemilik modal) dengan bebasnya berfoya-foya dengan keuntungan yang bukan mereka sendiri yang mengerjakannya sedangkan masyarakat yang kurang mampu yang hanya menjadi buruh dimana mereka yang memberikan keuntungan kepada pemilik modal hanya diberikan upah yang tidak sesuai dengan apa yang telah dia kerjakan, masyarakat yang kurang mampu hanya akan terus hidup dalam kesengsaraan yang mengakibatkan kemiskinan massal.

Indonesia pun tak luput dari masalah ini. Kemiskinan di negeri kita tercinta adalah masalah klasik yang sulit terurai meski hidup ditengah limpahan kekayaan alam bagaikan seekor tikus yang mati di lumbung padi. Sungguh miris. Potret kemiskinan bukanlah barang langka untuk dijumpai disekitar kita. Sebut saja La Udu pria paruh baya berumur 50 tahun yang sekarang lagi viral karena tinggal digoa dekat pantai selama 10 tahun di Bau-bau Sultra. Ia dijuluki "Manusia Goa" karena tak memiliki rumah seperti masyarakat pada umumnya (Harian Haluan Bau-bau.Com 5/02/2020). Fakta ini hanyalah sekelumit cerita panjang problem rakyat miskin dinegeri ini.

Upaya memerangi kemiskinan sudah banyak ditempuh pemerintah namun sayang tak kunjung membuahkan hasil nyata. Jika ditelisik lebih dalam ternyata upaya yang ditempuh selama ini hanya sebatas mengutak atik angka melalui pembuatan standarisasi/ukuran, bukan menghilangkan kondisi miskin secara nyata. Yakni memastikan semua pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Tambahan pula, Bank Dunia malah kemudian merekomendasikan Indonesia perlu menciptakan lapangan kerja dengan upah yang lebih baik, menyediakan pendidikan berkualitas, juga jaminan kesehatan. Hal ini tentu memerlukan perbaikan lingkungan usaha dan investasi pada infrastruktur.

Menurut Pakar Ekonomi Islam, Ustazah Nida Saadah, dari tawaran rekomendasi Bank Dunia itu dapat dilihat bahwa ujung dari paparan laporannya adalah tawaran investasi dan permintaan pembenahan iklim usaha.

“Artinya untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan memperbanyak proyek asing, dengan logika akan membuka serapan tenaga kerja. ‘Resep’ lama yang sudah berjalan puluhan tahun dan terbukti tidak mujarab, terlihat dari kondisi ‘sang pasien’ tak kunjung sembuh,” jelas Ustazah Nida kepada MNews, 2/1/2020. Bila ditelaah, lanjut Ustazah Nida, hakikat penyebab kemiskinan di negeri ini salah satunya adalah jeratan utang ribawi lembaga-lembaga internasional semisal Bank Dunia. Sehingga kas negara terkuras habis untuk membayar cicilan bunga utang dan aset sumber daya alam terampas sebagai kompensasi pembayaran utang. Dampaknya, negara mencari pungutan lain ke rakyatnya sendiri dan memangkas berbagai pelayanan yang sebetulnya merupakan hak rakyat. “Itulah penyebab kemiskinan di negeri ini,” ujar Ustazah Nida. Sesungguhnya kemiskinan akan tetap eksis dan tumbuh subur dibawah naungan sistem kapitalisme.

Islam Menghapus Kemiskinan Sampai Ke akarnya

Untuk menyelesaikan problem kemiskinan secara tuntas maka peradaban Islam telah memberikan contoh nyata dalam Negara Khilafah angka kemiskinan struktural adalah 0%, tingkat utang negara ke negara luar adalah 0%, dan tingkat inflasi mata uang adalah 0%. Kondisi ini menciptakan tatanan ekonomi yang stabil sehingga kemakmuran berhasil diratakan oleh Negara Khilafah selama berabad-abad.

Berikut adalah tujuh langkah praktis yang telah dilakukan Negara Khilafah hingga berhasil menyelesaikan kemiskinan secara tuntas.
Langkah-langkah itu adalah: 
  1. Melarang praktik riba. Aktivitas riba ibarat benalu dalam perekonomian; 
  2. Semua sektor usaha harus berbasis sektor produktif; 
  3. Negara Khilafah memenuhi kebutuhan pokok massal yakni pendidikan, kesehatan, keamanan. Sehingga income per keluarga hanya dialokasikan untuk kebutuhan individu; 
  4. Dalam kondisi khusus, Negara Khilafah memberi nafkah kepada individu rakyatnya, tanpa mewajibkan perempuan untuk bekerja; 
  5. Aset bumi diplot secara adil, mana yang milik umum, milik negara, dan mana yang bisa menjadi milik individu; 
  6. Sistem keuangan negara menggunakan baitulmal dengan pos pendapatan beragam tanpa pajak dan utang; dan 
  7. Penggunaan sistem moneter berbasis emas dan perak, sehingga angka inflasinya 0%.

Siapkah kita mengulang kembali kegemilangan peradaban Islam yang sudah terbukti selama berabad-abad hidup tanpa bayang-bayang kemiskinan???
Sementara hari ini, di semua negara di dunia, ‘end poverty’ baru sebatas slogan yang sedang diangankan keberhasilannya. Pilihan di tangan Anda Wahai Kaum Muslimin... Wallahu A'lam bis showwab.

Penulis : Teti Ummu Alif (Member WCWH Community)
×
Berita Terbaru Update