Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Perempuan Dan Upaya Pengentasan Kemiskinan

Senin, 23 Maret 2020 | 10:46 WIB Last Updated 2020-03-23T02:46:28Z
Lorong Kata - Permasalahan global dunia saat ini adalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi PR utama dunia, bahkan Indonesia di negeri yang terkenal kaya raya Sumber Daya Alamnya. Kemiskinan menjadi problem pandemik dunia karena dapat memunculkan berbagai problem yang lain seperti sosial, politik, dan lain-lain. Berbagai upaya dilakukan berbagai dunia untuk menyelesaikan PR besar ini, termasuk salah satunya menyoroti perempuan dalam masalah mengentaskan kemiskinan dengan aktif terlibat total dalam menyelesaikan problem kemiskinan.

Hingga pada akhirnya banyak anak-anak yang menjadi korban, karena banyak generasi yang kehilangan asuhan atau didikan kedua orang tuanya. Di Indonesia, Berdasarkan penelitian Yayasan Tunas Alam Indonesia (Santai) tahun 2015, di desa Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur terdapat 350 anak (0-18 tahun) yang ditingal oleh ibu atau bapak bahkan keduanya untuk bekerja di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Honngkong dan negara-negara Timur Tengah. Jumlah yang hampir sama juga ditemukan di desa tetangganya, Lenek Lauk.

Lombok Timur tercatat sebagai Kabupaten pengirim tenaga kerja terbesar ke luar negeri dengan jumlah 15.000 lebih pda 2016 berdasarkan data pemerintah setempat. Bupati Lombok Timur, Mochamad Ali bin Dachlan mengatakan setiap tahun mereka mengirimkan uang dalam jumlah besar untuk kabupaten yang miskin. Di Desa Wanasaba tersebut mayoritas yang merantau adalah perempuan yang bekerja sebagai pekerja domestic atau pekerja perkebunan dan pekerja-pekerja kasar lain.

Sudah sejak lama, dunia menyoroti eksistensi kaum hawa termasuk masalah pengentasan ekonomi keluarga dan kemiskinan dunia. Dengan mewujudkan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan (PEP) dinilai mampu mengentaskan masalah kemiskinan. Tapi pada faktanya, kemiskinan tetap menjadi pandemi global yang tak kunjung usai. Isu kesetaraan gender diusungkan demi menyamaratakan hak-hak perempuan. Alhasil, saat ini terlihat jelas bagaimana matinya fungsi keibuan karena mereka dipaksa ikut berperan dalam program pengentasan kemiskinan diseluruh dunia.

Sejatinya akar masalah kemiskinan perempuan bukan saja terletak pada faktor ketimpangan gender semata. Melainkan pada sistem yang tertanam dalam dunia saat ini. Adalah sistem kapitalisme bercokol dalam negeri yang dengan bebas menguasai kekayaan Sumber Daya Alam yang menjadi salah satu penyebab kemiskinan.

Lihat bagaimana para kapital dengan bebas kekayaan alam negeri, sementara pribumi masih hidup dalam garis kemiskinan. Kesulitan mencari pekerjaan dinegeri sendiri yang akhirnya memaksa orang tua pergi keluar negeri meninggalkan buah hati mereka. Padahal, amanah terbesar dari Allah tersebut harus dijaga bahkan seharusnya menjadi PR terbesar keluarga.

Akibat isu dari kaum gender yang mengusungkan kesetaraan gender bagi kaum perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam ranah publilk dan mengkesampingkan tugas dan fungsi mereka sebagai ibu, dan pendidik generasi muda. Di negeri ini, terbukanya lapangan pekerjaan banyak diperuntukkan bagi kaum hawa dibanding ayah sebagai kepala keluarga. Akhirnya, banyak ibu yang terlena dan melupakan jati diri mereka yang sebenarnya.

Beban hidup yang semakin berat, hingga sulitnya pekerjaan telah membuktikan bahwa buruknya bertahan hidup dalam ranah kapitalisme. Sudah saatnya kembali kepada Islam, karena seperangkat aturannya mampu mengatasi berbagai permasalahan, termasuk kemiskinan dan perempuan. Haram hukumnya mengelola Sumber Daya Alam untuk kepentingan pribadi namun SDA akan dikelola untuk kemaslahatan umat. Sehingga akan tercipta kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan rakyat secara gratis.

Islam memandang perempuan sebagai kaum yang mulia. Karena ditangan mereka, generasi yang unggul dan berkualitas itu dilahirkan. Maka, kewajiban pemenuhan kebutuhan hidup terletak pada ayah sebagai kepala keluarga.

Penulis: Ismawati (Aktivis Dakwah Muslimah Banyuasin)
×
Berita Terbaru Update