Notification

×

Iklan

Iklan

Artikel Terhangat

Tag Terpopuler

Covid-19 Meresahkan Dan Nyaris Kehilangan Solusi

Jumat, 01 Mei 2020 | 21:24 WIB Last Updated 2020-05-01T13:24:37Z
Dok pribadi DN
LorongKa.com - Alih-alih terjebak pada istilah lockdown atau karantina wilayah, di Jawa Barat, gedung-gedung sekolah disulap menjadi tempat karantina bagi pendatang yang masuk pada satu daerah.

Kalau anda terpaksa pulang kampung (mudik) atau apapun istilahnya maka konsekuensinya adalah karantina sementara.

Mereka sangat sadar bahwa mencegah perpindahan manusia secara total adalah hal mustahil. Maka jalannya adalah memastikan dia terisolasi dan sehat di tempat karantina, barulah dibolehkan menjalani isolasi mandiri di rumahnya bersama keluarga.

Kasus lain yang tejadi di kabupaten tetangga dimana satu orang pendatang, yang statusnya Orang tanpa Gejala (OTG) lalu menjadi imam sholat tarwih juga viral (terlepas benar tidaknya berita tersebut), dikemudian hari dia ditetapkan berstatus positif Covid-19, walhasil bukan hanya dirinya yang dikarantina dan dirawat, tetapi dua desa di wilayahnya.

Padahal apabila daerah tersebut menyediakan tempat karantina pendatang, maka yang dikarantina hanya satu orang bukan menjadi dua desa. Apa lacur nasi sudah menjadi bubur.

Saya tidak ingin mengatakan apakah kerja-kerja tim gugus tugas penanggulangan covid 19 yang bekerja di perbatasan, tidak berguna. Sumpah, itu adalah hal yang sangat keji apabila sempat terlintas di kepala kita. Sama halnya dengan tim kesehatan yang menangani langsung pasien, tim gugus tugas juga adalah garda terdepan dalam perang ini.

Hanya saja seperti yang saya sampaikan di atas, setelah pendatang diperiksa di perbatasan, lantas apa langkah selanjutnya? Bahwa ada pemeriksaan berkala pada pendatang, iya, itu sudah dilakukan, tapi bagaimana membatasi aktivitas mereka hanya dengan himbauan isolasi mandiri bersama keluarganya dalam statusnya yang belum jelas selama masa 14 hari tersebut? 

Statemen bupati Sinjai yang menegaskan bahwa 7 orang yang positif pertama di Sinjai adalah pendatang tentu saja sangat tidak memuaskan. Semua orang juga sudah tahu virus ini butuh sesuatu untuk membawanya berpindah. Isian konferensi pers yang dilakukan siang tadi hanyalah pemberitahuan, tidak lebih. Tidak ada solusi lain selanjutnya. Menunggu anggaran besar juga akan sangat terlambat.

Tidak disinggungnya tempat karantina pendatang ini tidak terlepas dari terkungkungnya imajinasi pemerintah pada formalitas. Logika kerja birokrasi gaya lama di Sinjai yang bisa bergerak hanya ketika ada anggaran besar masih sangat kuat bercokol di kepala mereka sampai hari ini. Tapi kita tidak akan membahasnya di sini. Pembahasan soal politik anggaran bencana pada pembahasan yang lain.

Penulis: DN
×
Berita Terbaru Update