Naurah Azizah Tamsil (Siswi SMP Negeri 4 Parepare) |
"Libur karena Covid-19, guru enak-enakan di rumah. Makan gaji buta dong?"
Naurah Azizah Tamsil
LorongKa.com - Pernyataan ini membuat para guru naik pitam. Bermacam tanggapan mereka ketika ada netizen yang mengunggah kalimat seperti itu yang diucapkan oleh beberapa wali murid. Dari yang membantah dengan nada keras sampai yang menitikkan air mata karena terluka.
Di samping itu, ada pula berita "Tak terima ditegur, 3 orang siswa SMA aniaya guru hingga babak belur, tiga orang pelajar SMA ini diamankan Aparat Kepolisian Sektor Fatuleu Polres Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Selasa kemarin".
Wah, baca berita di atas miris ya teman-teman. Berita pertama terjadi baru belakangan ini karena pelajaran online/daring baru dimulai sejak ada Covid-19. Beda dengan berita kedua yang terjadi bukan pertama kali tapi sudah berulang ulang kali.
Dua fakta tersebut setidaknya bisa menjadi bukti bahwa betapa guru hari ini sudah tak lagi dihargai. Lantas kenapa ya, hal tersebut bisa terjadi?
Pernyataan tentang guru makan gaji buta itu sangat tidak berdasar. Bukannya guru masih selalu ada buat kita meskipun dalam pelajaran online maupun offline?
Penyebab dari hal tersebut terjadi. Pertama, karena kurangnya pemahaman yang didapatkan dari lingkungan keluarga tentang adab kepada orang lain termasuk guru.
Kedua, krisis keteladanan, mereka lebih cenderung meniru aksi yang tidak pantas seperti meniru aksi aksi kekerasan yang kerap dia lihat, baik yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun di tayangan tayangan televisi yang sudah menjadi konsumsi hari hari.
Ketiga, kebebasan berpendapat menjadi salah satu penyebab mereka bebas mengekspresikan apa yang ingin Ia sampaikan meskipun dapat menyakiti hati dan tidak pantas untuk diucapkan apalagi terhadap guru. Bukankah salah satu adab terhadap guru adalah menjaga perasaannya? Dan berkata yang baik kepada mereka.
Diriwayatkan oleh Al–Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan: "Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian".
Dalil tersebut jelas menunjukkan bahwa di dalam Islam kita harus tawadhu alias bersikap rendah hati kepada guru sebagai bentuk rasa hormat dan menghargai guru.
Selain itu, Rasulullah SAW. bersabda: "Tidak termasuk golongan kami; orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama (guru)".
Berdasarkan dalil tersebut dapat dipahami bahwa di dalam Islam kita diperintahkan untuk menghormati, menghargai, dan memuliakan guru kapan saja dan dimana saja, baik ketika dia memberikan ilmu saat online maupun offline.
Setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, diantaranya adalah menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, memperhatikan guru yang mengajar, bersikap lembut dan tidak menyakiti baik secara fisik maupun perasaannya, menyapa ketika bertemu di jalan, izin ketika hendak meninggalkan pelajaran, dan tidak memotong pembicaraan guru. Semoga kita tergolong sebagai orang yang selalu menghormati dan meneladani para guru. Wallahu ’alam bisshowab
Penulis: Naurah Azizah Tamsil (Siswi SMP Negeri 4 Parepare)