Juniwati Lafuku, S.Farm (Pemerhati Sosial) |
Disaat yang sama, Pemerintah mengkampanyekan "Gerakan Kurva Landai". Ini merupakan seruan agar kasus positif virus corona bisa berkurang dan tak menularkan ke orang lain. Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan gerakan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus dengan cara memastikan tidak menularkan orang lain begitu juga sebaliknya. "Caranya ubah perilaku, jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, dan menjaga imunitas. Gerakan bersama masyarakat di Indonesia, Kalau kita bersama, virus tak akan menulari. Kalau lihat usia, ternyata usia yang paling rentan di atas 45 tahun. Menunjukkan kasus meninggal usia di atas 45 tahun total gabungan 85%. Jadi ini informasi penting, ini navigasi yang harus dilakukan harus melindungi orang-orang usia lanjut," jelasnya ujarnya saat video conference di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (9/5/2020).
Sementara itu, tim peneliti EOCRU yang terdiri dari Peneliti EOCRU Iqbal Elyazar, Ahli Statistik EOCRU Karina Dian Lestari, mahasiswi doktoral Nuffield Department of Medicine University of Oxford Lenny Lia Ekawati, dan epidemologis EOCRU Rosa Nora Lina. Dalam tulisan yang dipublikasikan di laman The Conversation pada Jumat (8/5/2020), mereka meragukan adanya klaim terjadinya penurunan kasus baru COVID-19. Alasan utamanya, sudah 68 hari setelah kasus pertama COVID-19 diumumkan, Indonesia belum menampilkan kurva epidemi COVID-19 yang sesuai dengan standar ilmu epidemiologi, Karena itu, adanya klaim terjadinya penurunan kasus baru COVID-19 cukup meragukan," sambungnya.
Kajian awal koordinator perekonomian, meliris target akan berakhirnya wabah Corona di Indonesia (06/05/2020), 1 juni 2020, buka operasional industri, 8 juni 2020, mall dibuka dan 15 juni 2020, sekolah dibuka. Dari kajian ini dapat dilihat, pemerintah mengalami dilema kesehatan dan ekonomi, karena itu dilakukan relaxasi pada sektor tertentu secara bertahap guna memulihkan kegiatan sosial ekonomi dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Menurut Pandu Riono, Pakar Epidemiologi FKM UI, kurva landai ditandai dengan penurunan kasus, dikonfirmasi dua pekan sekali, angka PDP menurun dua pekan sekali, testing meningkat, perilaku individu meningkat dan layanan kesehatan tersedia (APD, ICU, Nakes siap).
Dari data, kita bisa melihat adanya kebohongan publik yang dilakukan pemerintah dalam menangani wabah cenderung hanya melihat aspek ekonomi tanpa mempertimbangkan nyawa rakyat, wacana kurva landaipun digunakan untuk merenggangkan PSBB dan menyelamatkan bisnis segelintir orang yang terancam bangkrut. Bahkan pemerintah terkategori "percaya diri" dalam menangani wabah, sehingga menyelelekan saran ahli epidemiologi daripada saran menteri keuangan. Jika warga masih bebas bepergian, bisa jadi akan semakin sulit memprediksi kapan berakhirnya wabah.
Kebutuhan Masyarakat Paling Utama
Islam memiliki pandangan lain yang bertolak belakang dengan kapitalisme. Dalam sistem ekonomi Islam, standar pertama yang akan dilakukan negara adalah menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok hingga sekunder tiap individu masyarakat. Baik negara dalam kondisi aman ataupun terkena bencana –seperti bencana alam atau wabah seperti Covid-19–, negara akan menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat tiap individu.
Dalam kasus penularan wabah, maka akan dilakukan karantina wilayah tempat wabah tersebut berada. Dengan penjagaan ketat, warga daerah wabah tak boleh keluar daerah demi menghindari penularan secara bebas. Begitu pun warga daerah luar wabah, tak boleh masuk daerah wabah. Semua demi keamanan bersama.
Jika dilakukan karantina seperti itu, maka negara wajib menjamin kebutuhan tiap individu terdampak. Pasalnya, ketika menjalani karantina mereka pasti akan kekurangan uang dan bahan makanan untuk memenuhi hajat hidupnya. Di sinilah negara memberikan bantuannya meskipun akhirnya perekonomian di daerah itu mengalami kemunduran. Sebab, prioritas utama negara adalah keselamatan rakyat.
Dari mana negara mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat? Negara memiliki kas besar. Baik dari kas negara maupun kas umum. Kas umum bisa diperoleh dari pengelolaan sumber daya alam baik air, tambang, maupun hutan.
Jika semua SDA ini dikuasai dan dikelola oleh negara, maka hasilnya bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahkan bisa dipakai untuk pembiayaan mendadak kala bencana atau wabah.
Negara yang berdasarkan Islam tidaklah bersifat lokal. Oleh sebab itu, jika salah satu daerah benar-benar dalam kondisi kekurangan, daerah lain akan turut mengulurkan bantuan. Hal ini sesuai prinsip bahwa umat muslim bagaikan satu tubuh.
Jika yang satu sakit, yang lain ikut merasakan dan akan mengulurkan tangan. Bukan mengandalkan otonomi daerah yang akhirnya saling berlomba antara satu daerah dengan yang lain, menyebabkan daerah kaya akan sejahtera, sedangkan miskin tetap merana.
Penulis: Juniwati Lafuku, S.Farm (Pemerhati Sosial)