Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengembalikan Kejayaan Islam lewat Perpustakaan Islam

Rabu, 27 Mei 2020 | 15:52 WIB Last Updated 2020-05-27T07:52:21Z
Rina Devina, Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara, Medan

LorongKa.com - Tak terasa kita telah memasuki hari ke 4 di bulan Syawal, bulan kemenangan setelah umat muslim sedunia menunaikan puasa sebulan penuh dalam bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Rasa haru menyambut kemenangan yang biasanya kita nikmati dengan penuh kemeriahan tahun ini benar-benar berbeda. Ya, semua sudah bisa menebak, semua ini adalah imbas dari menyebarnya wabah COVID-19, yang menyebabkan kita semua harus menjalani hari dan aktifitas dalam gerak yang serba terbatas.

Mau tak mau kita harus menerima kondisi saat ini, yang dapat kita lakukan adalah selalu muhasabah diri dan menciptakan upaya maksimal agar dapat melewati dan mengatasi permasalahan dengan sikap yang bijak dan legowo. Jangan pernah untuk menyalahkan takdir Allah, sebaliknya mari kembali kepada Allah melalui kitab sucinya dan belajar dari masa lalu, bagaimana para pendahulu kita mengatasi berbagai masalah pada zamannya.

Ya, belajar dari masal lalu adalah cermin untuk menata langkah ke depan agar lebih selamat dunia akhirat. Seperti yang kita ketahui, sejenis wabah juga pernah menyerang pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab, namun umat Islam mampu melewatinya dengan selamat karena mengikuti instruksi pemimpinnya. Yang kita perlukan sekarang adalah mengikuti berbagai protokoler kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Kalau kita runut ke belakang, sungguh Pemerintahan Islam adalah model pemerintahan yang terbaik sepanjang zaman. Untuk itu, sangat wajib agar kiranya dapat di tiru dan di contoh. Model Pemerintahan Islam terbukti mampu mengatasi berbagai persoalan hidup pada masanya. Namun sebelum kita mengadopsi model Pemerintahan Islam, tak ada salahnya untuk kembali melihat awal dari sejarah kebangkitan Islam, yaitu dengan cara melihat dan mencontah kejayaan Peradaban Islam.

Peradaban Islam yang jaya terbukti adalah akumulasi dari keberadaan para cendekiawan Islam yang bermuara dari keberadaan Perpustakaan Islam. Perpustakaan Islam tumbuh dari penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan berkembang menjadi sebuah kebanggaan ummat. Ada 4 periode besar pertumbuhan dan perkembangan Perpustakaan Islam pada masa lalu, diantaranya adalah:

  1. Masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat adalah periode pembentukan
  2. Masa Kekhalifahan Bani Umayyah adalah periode pertumbuhan
  3. Masa Kekhalifahan Bani Abbasiyyah adalah periode Perkembangan, dan
  4. Pasca Abbasiyah I adalah periode kemunduran

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan perpustakaan sangat identik dan sejajar dengan fase perkembangan ilmu pengetahuan Islam yang terjadi pada era 661-750 M (Kekhalifahan Bani Umayyah) dan pada era 750-1250 M (Kekhalifahan Bani Abbasiyah I).

Khalifah Harun al-Rasyid (786-830 M) mendirikan Khizaah al-Hikmah, yang kemudian hari oleh putranya al-Makmun dikembangkan menjadi hayt al-Hikmah. Pada masa ini dunia mengenalnya sebagai The Golden Age of Islam, yang ditandai dengan berdirinya berbagai perpustakaan di hampir seluruh kota yang mayoritas di huni oleh penduduk yang beragama Islam, baik kota besar maupun kota kecil.

Perpustakaan Islam sebagai pusat belajar mengajar masyarakat adalah keniscayaan. Jadi jelaslah bahwa Perpustakaan Islam dapat menjadi pusat produksi dan inovasi budaya pengetahuan Islam melalui berbagai implementasi tradisi pengetahuan seperti menjadi pusat kajian dan penelitian. Hal ini sangat relevan apabila dihubungkan dengan keberadaan umat muslimin saat ini yang banyak memiliki akses ke perpustakaan, namun mengapa sulit untuk membangkitkan Ghiroh kebangkitan umat Islam?

Pakar Informasi Islam, Prof Ziauddin Sardar pernah berkata bahwa “Ummat Islam selalu bangga (membangga-banggakan) masa lalunya, tetapi kini dan masa depannya sudah diambil orang lain", lalu pertanyaanya adalah "Apa yang dapat kita perbuat hari ini, dan untuk generasi di masa mendatang?" Jawabannya adalah kembali kepada firman suci Allah yang pertama kali muncul, yaitu perintah untuk "Iqra".

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia ari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) engan pena. Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS. 96: 1-5).

Ayat diatas dikenal dengan sebutan Falsafah Iqra. Hal ini mengambarkan betapa pentingnya membaca yang dapat kita lakukan sebagai rutinitas dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga poin penting yang dapat disimpulkan, yaitu:

  1. Perpustakaan Islam menunjukkan hubungan yang unik dan saling terkait antara Islam dan pengetahuan serta tradisi kepustakawanan.
  2. Islam terbukti memberi inspirasi dan spirit dalam membangun kebudayaan perpustakaan dan tradisi kepustakawanan.
  3. Perpustakaan Islam menjadi dasar dan pondasi utama dalam peradaban melalui keberpihakannya terhadap ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Jadi sudah selayaknya bagi kita umat Muslim diseluruh dunia untuk kembali kepada perpustakaan dan mulai menggali berbagai ilmu pengetahuan yang ada di perpustakaan, tak lupa juga kita harus terlebih dahulu kembali kepada perintah Allah dan Rasulnya yang mulia, Muhammad SAW.

Dalam sebuah hadis shohih dikatakan bahwa Rasul Muhammad SAW, pernah bersabda bahwa : “Aku tinggalkan dua hal untuk kalian, selama berpegang teguh dengannya, maka kalian akan selamat dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran dan Al-Hadist". Salam Literasi.

Penulis: Rina Devina (Pustakawan pada Kanwil Kemenkumham Sumut)
×
Berita Terbaru Update