Keysa Neva N (Pegiat Literasi) |
"satu peluru dapat menembus satu kepala, akan tetapi satu tulisan dapat menembus ribuan kepala" (Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah ta'ala)
"Orang besar dilahirkan dan dibentuk dari tulisan dan orasinya" (H.O.S Cokroaminoto)
Dari ketiga quote di atas menunjukkan bahwa pentingnya dunia literasi dalam kehidupan. Bukan untuk mencari eksistensi diri, tapi untuk membangun sebuah peradaban. Kegiatan literasi tidak hanya sekedar menulis dan membaca tapi literasi juga mencakup membaca, menghitung, berbicara, dan kemampuan memecahkan masalah sehingga literasi tidak bisa dipisahkan dari bahasa, ibarat sayur asem dan garam yang saling melengkapi.
Jika dilihat dari bidang pendidikan kegiatan literasi menjadi tolak ukur kemajuan suatu peradaban. Apakah kegiatan literasi hidup? Sekarat? Atau wassalam alias tak ada tanda-tanda kehidupan?
Menghidupkan dunia literasi tak semudah membalikkan telapak tangan. Susah bukan berarti tak bisa. Ada banyak uslub yang bisa dilakukan untuk mencapainya. Salah satunya dengan ikut grup menulis, dan masih banyak uslub lain
Bahkan Islam sangat erat hubungan dengan literasi. Wahyu pertama yang Allah turunkan, ketika Jibril A.S mendatangi Nabi Muhammad S.A.W dan membacakan Q.S Al-Alaq ayat 1-5. Iqra'! (bacalah!) lantas Nabi menjawab "Ma ana biqoriin (aku bukanlah orang yang dapat membaca)" sampai mengulanginya tiga kali.
Nabi sangat ketakutan sehingga keringat bercucuran dan bergetar tubuh mulia beliau. Kemudian Jibril A.S mengajarkan ilmu literasi kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Saat masa kejayaan Islam banyak orang yang melahirkan karya-karya literasi yang bermanfaat sehingga lahirlah ulama-ulama besar yang lagi-lagi terkenang nama mereka karena karya yang mereka buat. Juga banyaknya perpustakaan dan institusi ilmu pengetahuan di masa peradaban islam, Baitul Hikmah salah satunya.
Matinya kegiatan literasi juga salah satu faktor mundurnya peradaban islam. Ketika umat acuh dengan ilmu pengetahuan. Kegiatan literasi yang berjalan juga telah menyeleweng dari qur'an dan sunnah. Perpustakaan ilmu pengetahuan dimusnahkan sebagai upaya penghancuran peradaban islam.
Obati peradaban yang sakit dengan literasi. "goresan pena seorang penulis adalah sejarah, maka dari itu perhatikanlah bagaimana pena bergerak". Rambu-rambu penulis untuk berhati-hati ketika menulis agar peradaban Islam kembali berjaya lagi. Dengan aksara kita dapat mengubah keadaan, menyibak rimba kebodohan mengukir sejarah emas.
Jadi, sebagai seorang muslim sudah sepatutnya ada kesadaran untuk ikut serta berkecimpung dalam dunia literasi. Menjadikan qur'an dan sunnah sebagai asas literasi untuk menghasilkan karya yang baik untuk menyokong perubahan. Allahu Akbar!
Penulis: Keysa Neva N (Pegiat Literasi)