Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Intervensi Berujung Pada Kematian Kader

Kamis, 11 Maret 2021 | 13:41 WIB Last Updated 2021-03-11T05:41:34Z


LorongKa.com - 
Sejak PERMAHI berdiri pada 5 Maret 1982, Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (PERMAHI) adalah organisasi mahasiswa hukum lintas universitas yang bertujuan membentuk kader profesi hukum yang profesional dan menciptakan sumber daya manusia di bidang hukum yang independen dan profesional. PERMAHI lahir murni dari beberapa mahasiswa hokum yang bersikap independen, tidak berdiri memihak pada salah satu golongan tertentu, termasuk partai politik, dan bukan merupakan kelompok agama atau kedaerahan. Dan itu yang masih dipertahankan sampai sekarang.


Pesatnya Perkembangan PERMAHI, menjadikan organisasi ini cukup disegani. Banyak Polemik dan tantangan di tubuh PERMAHI, salah satunya adalah intervensi dan ikut campur senior maupun alumni “Oknum DPP IKA PERMAHI” dalam ranah privat keorganisasian PERMAHI yang dapat mengakibatkan conflict interest atau konflik kepentingan sehingga memicu perpecahan ataupun dualisme.


Intervensi senior maupun alumni memang tidak bisa dipungkiri. Mereka hadir dengan wajah yang samar. Sehingga, intervensi dapat dilakukan dengan terselubung, sistematis, dan masif. Intervensi oknum senior maupun alumni lazimnya dilakukan dengan target memposisikan junior atau kader-kader PERMAHI yang terlibat dalam struktur kepemimpinan PERMAHI. Kader-kader yang diintervensi tidak dapat gerak bebas layaknya boneka atau kader titipan yang segala tindakannya berada dibawah pengaruh oknum senior maupun alumni. 


Untuk memperlancar intervensi, para junior dijadikan layaknya anak asuh atau orang terdekat yang tersayang dengan iming-iming tertentu (konspirasi). Para Oknum Senior maupun alumni bahkan rela menghibahkan harta benda (entah asal-usulnya jelas atau tidak) untuk melanggengkan hubungan demi kepentingan praktis dan pragmatis oknum belaka.


Intervensi oknum senior maupun alumni sudah pasti berbicara kepentingan ‘politik praktis’, terutama yang tidak memiliki alternatif lain untuk tempat meniti karir atau tidak memiliki kreativitas lain selain bergelut di dunia politik. 


Disisi lain, tidak ada yang bisa menjamin bahwa intervensi oknum senior atau alumni bersih dari pengaruh politik praktis dikarenakan terlalu jauh mencampuri urusan kebebasan kader PERMAHI sehingga dapat mengakibatkan pencakokan. Jika sikap tersebut dilanggengkan, efeknya terjadi penggerogotan harmonisasi kader dan melumpuhkan produktifitas. Akibat dari intervensi, kader PERMAHI akan membentuk kubu-kubu atau dinasti sendiri berdasarkan tali hubungan dengan senior karena psikologi mereka terancam.


Lingkaran yang terbentuk akibat politik dinasti akan menyuburkan dendam untuk saling menjatuhkan. Dinamika yang terbangun akan memperlihatkan ego masing-masing. Hubungan interaktif sebagai wahana pengembangan potensi menjadi tidak sehat. Kondisi yang demikian tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas kader. Dan yang lebih parah, kader PERMAHI tidak memandang bahwa sesamanya adalah saudara ideologis. Sehingga perpecahan akan rentan terjadi.


Implikasi dari rantai intervensi tidak hanya melahirkan dinamika destruktif bagi kader PERMAHI, namun juga oknum senior akan turut menjadi korban kehilangan wibawa dan marwah dimata juniornya. Bagi antek-anteknya, mereka akan mendapat tempat dan perlakuan  istimewa. Namun jika berada dipihak yang kontra atau tidak senang, mereka akan dihujat. 


Maka dari itu, budaya intervensi yang terlalu jauh dari oknum senior dan alumni yang berujung pada ‘politik praktis’ harus di basmi karena akan mengakibatkan kematian kreatifitas kader PERMAHI. Jika budaya ini dilanggengkan, kader PERMAHI tidak akan maju! Tidak akan berkembang! Jika ingin kader PERMAHI tumbuh dan berkembang, jawabannya hanya LAWAN. Salam Permahi!


Penulis: Reza Bagoes Widiyantoro (Ketua DPC Permahi Semarang)

×
Berita Terbaru Update