Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pemuda dan Perubahan

Minggu, 28 Maret 2021 | 19:10 WIB Last Updated 2021-03-28T11:10:48Z

Ulianafia

LorongKa.com - 
Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. Sebanyak 25,7 persen anak muda yang menilai para politisi sudah cukup baik mendengarkan aspirasi. (Merdeka[dot]com)


Hasil survei ini tentu memberi peluang untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Dimana perubahan hanya bisa terjadi ketika ada kesadaran akan kondisi buruk dalam kehidupan dan dibarengi dengan solusi alternatif yang mampu untuk menggantikankan. Tanpa kesadaran ini tentu tidak akan ada kata untuk merubah bahkan cenderung untuk mempertahankan sekalipun kerusakan telah telanjang di depan mata.


Begitupun kesadaran akan buruknya kinerja partai politik dalam mewakili aspirasi rakyat. Ini berarti telah membuka kesadaran para pemuda akan buruknya sistem politik yang terjadi pada kehidupan ini. Sehingga, ada keinginan untuk merubah ke arah yang lebih baik. 


Namun, sayangnya dari hasil survei itupun para pemuda masih bingung akan sistem politik alternatif yang mau ditawarkan. Yang ada malah masih ingin tetap mempertahankan sistem politik yang ada dengan harapan akan ada  perbaikan-perbaikan di dalamnya. 


Sikap demikian tentu tidaklah tepat. Bagaimana tabiat pemuda adalah perubah, pemikir, dan pencinta tantangan. Tentu tantangan ini bukan hanya sekedar uji nyali melainkan menuju pada perbaikan. Sehingga sikap mempertahankan dan sikap berharap tanpa ada tindakan nyata tentu hanya menunjukkan bahwa ada cacat dan kekurangan untuk menuju perubahan hakiki yang diinginkan. Sebab, sadar saja tanpa solusi yang tepat hanya akan mempertahankan keburukan yang ada.  Meski, nampak wajah-wajah penguasa itu berganti. 


Begitupun pergantian para pemimpin yang terus terjadi selama ini tidaklah mampu memberi perubahan yang berarti bagi kehidupan rakyat. Permasalahan dan kecurangan tetap terus berjalan. Yang berubah hanya wajah-wajah penguasa sedang kerusakan tetaplah ada dan bahkan semakin meningkat. 


Hal ini harusnya menjadi perhatian pula oleh para pemuda. Sehingga bukan hanya melihat keburukan yang nampak saja melainkan menemukan penyebab semua keburukan yang terus berulang itu. Terkhusus bagi pemuda-pemuda muslim yang padanya terbimbing oleh wahyu.


Sebagai seorang muslim terkhusus bagi para pemudanya, menjadi kritis dan ideologis adalah modal utama yang harus dimiliki. Sebab, tanpa kedua hal itu mustahil akan terjadi perubahan. 


Kritis merupakan wujud keberanian dalam menyampaikan mana yang benar dan mana yang salah secara lantang. Tanpa ada embel-embel apapun kecuali hanya untuk penegakkan pada kebenaran. Sedang, pemahaman ideologis ialah modal dasar dan menyeluruh sebagai solusi untuk ditawarkan. 


Pemuda muslim yang ideologis tentu wajib paham akan agamanya sebagai petunjuk kepada kebaikan dan peraturan kehidupan. Dengan pemahaman yang baik dan benar akan agamanya tentu ia akan bisa memberikan tawaran sistem politik yang tepat. Sebab, hanya sistem politiklah tandingan dari sistem politik yang ada.


Jika mampu memahami sistem politik masa ini, maka dapat tergambar dengan jelas bahwa sistem masa ini telah menjauhkan manusia-manusia dari penciptanya. Jadilah manusia lupa atau bahkan tidak paham akan apa hak Tuhannya dan apa tujuan Tuhan menciptakannya. Jadilah, manusia-manusia itu kebingungan. Tahu akan masalah namun bingung akan solusinya. Jadilah, mereka tetap berada dalam siatem yang salah dengan upaya otak atik bagian-bagian yang sekiranya bisa diperbaiki. 


Seperti halnya jika bicara masalah pendidikan maka mereka akan berbicara tentang menteri pendidikan, kurikulum dan sekolah; Jika berbicara masalah kerusakan remaja, maka mereka akan membicarakan orangtua; Atau jika melihat para pemimpin yang korup maka mereka hanya akan berbicara pada sosok-sosok pemimpinnya semata. Padahal, kerusakan-kerusakan itu bukan hanya disebabkan pada bagian-bagian tertentu saja melainkan keseluruhan dari sistem yang berjalan.


Faktanya, semua perbaikan demi perbaikan yang dilakukan pada sebagian aspek tidaklah mampu memberi perbaikan, melainkan malah menimbulkan problem baru yang semakin komplek. Yang pada akhirnya masalah semakin rumit. Seakan menjadi sebuah hayalan jika terjadi perbaikan disemua sisi. Jadilah lahir pemahaman-pemahaman utopis pada perjuangan perbaikan yang hakiki.


Manusianyapun terkukung dan terjebak pada solusi-solusi praktis. Padahal yang dibutuhkan adalah solusi sistemis. Sebagaimana penyebab akan semua kerusakan ini ialah dicampakkannya Allah sebagai Tuhan Pencipta dan pengatur kehidupan kemudian memilih mengambil siatem buatan manusia yang lemah. Berbagai dalihpun membersamainya, baik sudah sesuai Islam ataupun yang sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu sistem kapitalisme.


Kapitalisme yang menjadikan sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) sebagai asasnya telah melahirkan manusia-manusia yang anti dengan aturan agama pula. Tidak mengenal tuhan dan agamanya. Sehingga menjadi wajar jika bermunculan pemimpin-pemimpin yang korup dan hianat. Sebab, mereka tidak melihat lagi akan tuhannya dan lupa akan tujuan hidupnya. Serta terkukung dengan cinta dunia.


Jadilah mereka menghalalkan segala cara untuk memperoleh tapuk kekuasaan, mengambil kebijakan yang memiskinkan rakyat namun mengeyangkan diri dan tuannya. Lupa akan janji-janji manisnya pada pemilu-pemilu sebelumnya. 


Rakyatpun termiskinkan dan terbodohkan akibat pendidikan sekuler yang dicekokkan kepada umat terkhusus para pemudanya yang hampir seabad lamanya ini. Mereka tahu agama namun tidak paham esensi islam dalam kehidupan bahwa ia harus diterapkan.


Maka, bertebaranlah perilaku-perilaku menyimpang. LGBT, pergaulan bebas, narkoba, miras, pembunuhan, keretakan rumah tangga dan tindak kriminal lainnya yang terus membajiri berita-berita anak negeri. 


Jika hal ini mampu dipahamai oleh para pemuda. Maka, tentu perubahan pada perbaikan itupun akan mampu terwujud. Bukan hanya pada satu aspek kehidupan melainkan diseluruh aspek kehidupan. Rahmatan lil'alamin, seperti itulah kehidupan dunia saat islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. 


Dikisahkan saat pemerintah khalifah Abdul Aziz tidak ada seorangpun yang mau menerima zakat. Disebabkan semua warga merasa mampu dan tidak layak menerima zakat. Inilah contoh sebutir kebaikan saat islam diterapkan secara keseluruhan. Maka yang demikian itu haruslah menjadi tujuan dan perjuangkan para pemuda hari ini. Sehingga kebaikan dalam kehidupan nyatalah dapat dirasakan.


Penulis: Ulianafia.

×
Berita Terbaru Update