Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Antara Guru Honorer dan Gorden DPR, Catatan Hilangnya Kepekaan Dewan

Minggu, 03 April 2022 | 11:07 WIB Last Updated 2022-04-03T03:07:23Z

Faizul Firdaus, S.Si.

LorongKa.com - 
Rilis dari Sekretariat DPR bahwa akan dianggarkan dana Rp48,7 miliar untuk kebutuhan pembelian gorden baru untuk rumah dinas anggota DPR menuai berbagai kritik. Pasalnya apa yang dilakukan para anggota dewan tersebut dinilai tidak etis bahkan tidak mencerminkan sense of crisis. Dimana saat ini hampir seluruh rakyat di negeri ini sedang prihatin. Setelah melambung dan tidak tejangkaunya harga minyak goreng  kini rakyat juga harus menelan pil pahit menjelang bulan puasa karena naiknya harga komoditas yang lain seperti telur dan gula. 


Berita nestapa juga mewarnai dunia pendidikan. Di beberapa kabupaten seperti di banjarmasin juga di maluku utara gaji guru honorer sudah beberapa bulan belum dibayarkan. Padahal umumnya para guru tersebut bukan orang yang berlebih. Dan gaji mengajarnya tersebut justru sangat dinantikan. Tidak hanya di banjarmasin dan maluku utara. Guru honorer di beberapa daerah lain juga mengalami hal yang serupa.


Dalam keadaan serba sulit ini tentu rasa kepekaan para pejabat negara harusnya muncul. Dengan kewenangan yang ada di tangannya harusnya bisa segera mengupayakan kebijakan-kebijakan strategis untuk menghilangkan beban rakyat atau setidaknya mengurangi. 


Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Para anggota dewan masih sempat berfikir meminta uang negara untuk membeli gorden di rumah dinas mereka. Maka wajar apabila publik mengatakan bahwa sense of crisis pada para dewan sudah menipis atau bahkan sudah hilang.


Berbeda dengan keteladanan yang pernah ditunjukkan oleh Rasulullah maupun para pemimpin kaum muslimin pada masa sepeninggal Beliau SAW. Seperti peristiwa bergegasnya Rasulullah seusai sholat ashar, demi segera membagikan lantakan emas yang baru di dapat dari harta zakat kepada para fakir miskin. Begitu juga dengan eekaman sejarah bagaimana para Khulafaur Rasyidin hidup sederhana walaupun mereka kepala negara. Mereka sangat khawatir bila menggunakan harta negara untuk kepentingan pribadi. 


Konsisitensi Islam selama berabad-abad dalam melahirkan kepemimpinan yang amanah dan wara' (berhati- hati) dalam menggunakan uang negara,menunjukka  bahwa masalalh tersebut bukan hanya terkait dengan karakter personal saja. Akan tetapi ini adalah hasil bentukan sistem, baik sistem pendidikan, sistem sosial maupun mekanisme siatem politik bernegara.


Sistem pendidikan dalam Islam yang tujuan utama nya untuk mencetak para peserta didik berkepribadian Islam. Yaitu pribabdi yang memiliki pola pikir Islami dan pola sikap yang Islami. Hal tersebut yang menjadikan output pendidikan menjadi generasi cememerlang.


Sistem sosial dalam Islam yang mempunyai sistem kontrol yang kuat karena memandang bahwa amar ma'ruf nahi mungkar adalah sebuah kewajiban yang Allah tetapkan dan harus dijalankan. Hal tersebut yang menjadikan masyarakat tetapa berjalan lurus.


Sistem politik bernegara dalam Islam meletakakan kedaulatan ditangan Syariat. Sehingga tidak ada kepentingan penguasa ataupun kelompok penguasa. Semua standarnya adalah hukum syariat.


Keseluruhan inilah yang membuat terwujudnya pemimpin amanah secara konsisten selama berabad- abad. Wallahua'lambisshowwab


Penulis: Faizul Firdaus, S.Si (Analis Politik Dan Kebijakan Publik)

×
Berita Terbaru Update