Penulis |
Agama yang semestinya mendorong terciptanya peradaban manusia dengan keadilan, kedamaian, dan toleransi. Justru tak jarang menampilkan hal-hal yang buruk untuk dicontoh seperti permusuhan, kekerasan, kebangisan, bahkan minus toleransi yang masih marak terjadi.
Agama tidak pernah salah, Namun yang keliru adalah penganut agama itu sendiri. Mengatasnamakan agama untuk kepuasan pribadi maupun kelompok adalah sesuatu yang licik dan tidak terpuji. Miris, kata yang tepat untuk mengungkapkan kekecewaan dalam beragama para penganut agama di dunia ini, yang sering kali mengedepangkan agamanya untuk hal-hal politik. Korban dari pemahaman dangkal tentang agama banyak melahirkan tindak kekerasan yang menciptakan perang antara penganut agama A dan B.
Kita akan melihat itu bila kita mengamati postingan-postingan di media sosial yang banyak terjadi pro dan kontra dikolom komentar. Bahkan penganut agama yang sama juga tak jarang dijumpai berdebat sengit, merasa pendapatnya palingbenar. Atas nama agama sering kali diartikan keliru seperti halnya orang tua dan anak memiliki hubungan yang renggang karena ada yangmemilih agama A dan ada yang lebih memilih agama B.
Seharusnya perbedaan pemahaman tidak menjadikan silaturahmi terputus. Namun bisa menjadi dakwah untuk saling menasehati dalam hal-hal baik.
Agama harus menghadapi kekerasan bukan karena kekerasan sulit dikendalikan dan harusditundukkan, tapi karena agama sebagai pernyataan akhir dari kebermaknaan hidup harus selalu mengajarkan keutamaan dan kearifan dalam menghadapi kekacauan. Karena alasan inilah agama kemudian mengemban tugas menciptakan tatanan yang tidak bisa dipungkiri sekaligus menegaskan kebermaknaan hidup sekalipun untuk itu agama kemudian melegitimasi penggunaan kekerasan. Dalam Islam dikenal dengan jihad fisabilillah, atau perang suci yang pernah terjadi antara dunia Islam dan Kristen. Sebenarnya kekerasan tidak pernah dapat dibenarkan.
Kekerasan selalu bersifat jahat, kriminal atau anmoral. Hanya letak persoalannya barangkali bukan di sini, tetapi pada kenyataan bahwa agama dan kekerasan mempunyai keterkaitan ketika dikaitkan dengan pertimbangan etika-religius seperti perangsuci tadi. Sehingga teks-teks keagamaan. Atas nama agama? Mengapa orang-orang begitu enteng melaungkan kalimat itu disaat melakukan tindak kekerasan, kebengisan dan ujaran kebencian. Padahal mereka sadar bahwa apa yang diperbuatnya adalah hal yang tak pernah disyariatkan agama yang mereka anut. Toleransi beragama? kata ini terdengar indah bila penganutnya melaungkan kalimat itu dalam perdamaian yang haqiqi dan di terapkan di setiap penganut agama. "Untukmu agamamu dan untuk ku Agamaku".
Allahu a'lam bisawab
Oleh: Tirta Sugiarto
Allahu a'lam bisawab
Oleh: Tirta Sugiarto