Notification

×

Iklan

Iklan

Artikel Terhangat

Tag Terpopuler

Fear of Missing Out

Jumat, 14 Juli 2023 | 18:41 WIB Last Updated 2023-07-14T10:41:45Z

Mia Annisa (Pemerhati Remaja)

LorongKa.com -
“Then again, kan gak semua-semua mesti ikut, yak. Kadang suka bingung kalau ditanyain ke pas konser Blackpink. Kak, kakak kok, ga ikutan nonton. Kan artis/influencer lain aja pada nonton. Lah, emang jadi wajib apa gimana, ya masa demi Fomo, gue mesti nonton"


Di atas adalah salah satu komentar influencer dalam unggahan story Instagramnya mengenai ramainya war tiket konser artis-artis luar negeri yang akan melakukan jadwal manggungnya di Indonesia.


Di tengah pesatnya revolusi teknologi informasi dan komunikasi di era industri 4.0 semua dalam genggaman. Menyebabkan banyak munculnya fenomena-fenomena baru seperti fear of missing out atau yang disebut dengan FoMO.


Apa itu FoMO?


FoMO adalah istilah yang seringkali dijumpai di media sosial. Menggambarkan perasaan cemas (anxiety), khawatir bahkan takut tertinggal atau ketinggalan terhadap satu hal tertentu. Sehingga ia akan melakukan tindakan yang kompulsif agar tidak merasa ketinggalan. Mereka yang tidak mau dikatakan ketinggalan jaman alias jadul inilah disebut dengan Fear of Missing Out (FoMO).


Problem FoMO sangat jamak dijumpai hari ini di sosial media. Misalnya jika tidak for your page (FYP) di tik tok maka ada perasaan kecewa, tidak puas. Atau mengikuti sesuatu yang lagi happening, nonton konser band idolanya dengan alasan, kapan lagi mau nonton konsernya yang belum tentu setahun sekali diselenggarakan di Indonesia supaya tidak dianggap primitif atau tidak mengetahui apa-apa.


Seperti yang dilakukan warga Bekasi yang menyertakan tiket konser Coldplay sebagai mahar pernikahannya hasil dari war tiket hari pertama dibukanya penjualan tiket konser Coldplay di Jakarta, (infobekasi.co.id).


FoMO sendiri pertama kali mulai dikenal pada tahun 2004 yang muncul pada jejaring sosial media Facebook dilaporkan saat menemukan tindakan masyarakat yang melakukan penyegaran pada halaman muka Facebooknya. Penyegaran ini dilakukan untuk mengecek notifikasi dan status orang lain agar tidak tertinggal dengan tren yang berlangsung (kompasiana.com).


Padahal jika diteliti FoMO memiliki dampak yang berbahaya. Dari hasil laporan data statistik pada tahun 2020, menyatakan bahwa jumlah pengguna media sosial di kalangan remaja dengan usia 18-24 tahun menduduki peringkat kedua di Indonesia, dengan persentase laki-laki sejumlah 16,1% dan perempuan 14,2%. (kumparan.com). Itu artinya, generasi Z adalah orang-orang yang rentan mengalami FoMO.


Apa sebab wabah-wabah semacam ini menggejala di tengah-tengah umat? Media-media mainstream yang bertebaran menyihir umat secara massif nyaris tanpa cela memamerkan gaya hidup (live style) sehingga merubah cara pandang bahwa hidup yang membahagiakan adalah ketika dipenuhi komentar-komentar pujian serta like dari ribuan hingga jutaan penggemar sosial media ketika bisa melakukan hal-hal yang serba viral.


Ini semua karena dipengaruhi oleh rendahnya level berpikir umat, serta kaburnya tentang visi misi kehidupan di dunia ini untuk apa. Jika dalam sistem sekuler hari ini meletakkan bahwa visi misi hidup di dunia adalah sebatas kesenangan duniawi, hal-hal bersifat materialistik dan hedonisme maka jawaban ini salah besar.


Padahal di dalam Islam visi misi terbesar seorang manusia di dunia adalah dalam rangka beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala ini sebagaimana difirmankan dalam Quran surah Adz-Zariyat ayat 56," Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".


Jika sudah tahu tujuan kita di dunia hanyalah untuk beribadah untuk taat, tidak perlu kuatir meskipun kita tidak menonton konser atau mengikuti hal-hal yang sedang viral. Sebab semuanya itu adalah bagian dari propaganda Barat untuk membius umat Islam yang tanpa sadar membuat iman pun tergadai.


Umat Islam sejatinya adalah umat yang kaya akan cita-cita mulia. Hidupnya tak boleh diisi dengan aktivitas yang melenakan, melalaikan dan maksiat yang semakin menjauhkan dari tujuan utama kehidupan yang kekal yaitu akhirat. Seperti contoh bagaimana Muhammad Al Fatih kecil yang dididik oleh ibunya Huma Hatun setiap pagi naik ke atas bukit memandangi benteng konstantinopel dikejauhan sambil menceritakan nubuwwah nabi Muhammad Saw dalam hadits riwayat Ahmad. Tentang ditaklukannya benteng itu dan pujian bagi panglima dan tentara yang menaklukkannya.


And then, kita butuh support sistem yang ideal agar tetap dan terus menjadi orang-orang yang bervisi misi akhirat yaitu negara. Negara Islam akan senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan individu serta menjauhkan dari berbagai aktivitas hingar bingar dunia yang dapat merusak.


Allah Swt. berfirman: "Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar-Ra’du [13]: 26). 


Wallahu'alam bi shawab.


Penulis: Mia Annisa (Pemerhati Remaja).

×
Berita Terbaru Update