Faizul Firdaus, S.Si
LorongKa.com - Belakangan marak kejahatan yang justru pelakunya masih terkategori anak anak menurut sistem hukum di Indonesia. Di medan, segerombolan anak yang masih berseragam sekolah merampas dua unit kendaraan bermotor yang sedang melintas di jalan. Ironinya seolah tidak mengenal takut mereka melakukannya di siang hari di jalan besar yang sedang ramai dengan membawa senjata tajam untuk mengancam korbannya.
Beberapa minggu lalu, pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis di padang juga di Palembang yang juga dilakukan oleh sekelompok anak laki-laki yang beberapa diantaranya masih dibawah 17 tahun. Di demak seorang siswa tega membacok gurunya saat membagikan soal ujian dan pelaku dating terlambat. Di Gresik Jawa Timur, siswa sekolah dasar menusuk mata adek kelasnya karena tidak mau memberi uang hingga mengakibatkan mata siswa SD tersebut terancam buta. Di Jakarta setidaknya 21 siswa sekolah terlibat kasus prostitusi online. Dan masih banyak lagi fakta maraknya kriminalitas yang melibatkan anak-anak.
Ada apa dengan generasi kita?
Dunia anak-anak hari ini tidak baik baik saja. Maraknya kejahatan yang melibatkan anak-anak menjadi sederet bukti bahwa harus ada perubahan dalam sistem kehidupan kita. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki posisi yang sangat penting bagi masyarakat. Anak-anak adalah aset berharga bagi peradaban manusia. Merekalah adalah masa depan sebuah bangsa.
Abai terhadap masa depan generasi berarti kita berkontribusi terhadap hancurnya bangsa dan masyarakat di masa mendatang. Oleh karena itu ita harus serius mengambil peran untuk ikut menyelesaikan problem generasi ini
Anak-anak hari ini tumbuh di dalam dunia yang dipenuhi oleh berbagai rangsangan dari dunia digital. Dunia digital hampir-hampir tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak. Bisa dikatakan mereka ini adalah penduduk asli dunia maya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa sebagai sebuah system informasi maka dunia digital ibarat pisau bermata dua. Bisa bermanfaat bisa juga menjadi sumber masalah. Hal ini akan semakin parah Ketika anak-anak tidak dibimbing dalam menetapkan benar-salah, baik-buruk, terpuji-tercela, ataupun halal-haram.
Harus diakui bahwa tata kehidupan yang hari ini diterapkan di negeri ini adalah tata kehidupan yang sekuler. Tata kehidupan yang memisahkan agama dan penerapan agama dalam kehidupan. Sebenarnya inilah pangkal kerusakan itu bermula. Sistem sekuler menjadi asas menetapkan kurikulum di negeri ini akhirnya tidak hanya generasi anak-anak bahkan generasi orang tua pun tidak memahami agamanya. Tidak tahu halal-haram. Baik-buruk, benar-salah, terpuji-tercela yang sesuai standar agama.
Baik-buruk maupun benar-salah yang beredar di masyarakat berjalan sesuai selera manusianya. Diperparah lagi sistem informasi dan kebijakan informasi publik negara ini juga sekuler sehingga dipernah merujuk pada halam atau haram nya jenis informasi yang beredar. Itu semua membuat masyarakat kita hidup dalam kubangan informasi sampah yang berbalut syahwat. Sehingga lahirlah masyarakat yang rusak seperti hari ini.
Sistem sekuler mesin perusak perilaku.
Jelaslah bahwa cara hidup yang menjauhkan agama dan penerapan agama dari kehidupan sehari hari juga dari menata negara, menjadi pangkal rusaknya tata kehidupan yang lain. Akibat sekularisme oleh negara maka kurikulum pendidikan akan berorientasi hanya pada capaian materi dan mengabaikan pembentukan karakter. Budaya masyarakat menjadi didominasi oleh budaya hedonisme.
System hukum yang tidak dirujukkan dengan Islam justru tidak mampu mencegah maraknya berbagai kriminalitas tersebut. Sistem politik informasi yang sekuler juga menjadikan informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat kita mengabaikan halal-haram. Dal hal tersebut menyebabkan pemikiran generasi dan masyarakat kita dipenuhi oleh informasi-informasi sampah yang tidak berfaedah.
Dari sini maka jelaslah bahwa akar persoalannya adalah karena negeri kita menerapkan cara hidup yang sekuler. Maka apabila kita menginginkan perbaikan masyarakat dan generasi maka kita harus merubah cara hidup negeri ini dari sekuler menjadi cara hidup yang Islam. Yang terbukti pernah berhasil membawa peradaban dunia menjadi gemilang selama lebih dari 13 abad. Sehingga kebaikan-kebaikannya akan dirasakan oleh smua manusia. Muslim dan non muslim. Wallahua’lam bisshowab.
Penulis: Faizul Firdaus.