Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hari Merdeka, Penghibur di Tengah Duka

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 22:04 WIB Last Updated 2019-08-03T14:06:01Z
Lorong Kata --- Semarak kemerdekaan telah digerakan. Dari instansi pusat hingga pelosok desa mulai terlibat. Menyibukan diri dengan rutin latihan dari baris-berbaris hingga berbagai perlombaan dan pertandingan. Tak jarang perlombaan- perlombaan aneh dan nyeleneh diada-adakan, dengan alasan sekedar memeriahkan. Seperti, lompat karung, panjat pinang, goyang balon, bola daster, dan lainnya yang sekedar mengundang tawa tanpa makna.

Presiden Joko Widodo melalui akun twitternya juga menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia untuk memeriahkan HUT RI dengan membangun gapura. Festifal gapura ‘Cinta Negeri’ dijadikan tema. Dengan membangun gapura kemerdekaan di masing-masing lingkungan sekreatif dan semenarik mungkin. Hadiah beragam dan piala bergilir presiden dijanjikan untuk satu gapura yang terbaik senusantara.

Sudah Merdeka

Segala sesuatu yang kita lakukan tentu harus punya tujuan. Termasuk perayaan hari kemerdekaan. Secara umum makna merdeka adalah bebas dari penindasan. Seperti yang kita rasakan, dimana negeri ini bebas dari penindasan dan penjajahan Belanda dan Jepang. Secara fisik, memang kita bisa dikatakan sudah tidak terjajah seperti nenek moyang kita dulu. Perang fisik memang telah berakhir saat bendera merah putih berhasil dikibarkan pertama kalinya pertanda musuh telah menyerah. Tetapi, benarkah kita telah benar-benar merdeka. Tidak lagi diatur oleh peraturan kafir penjajah?

Mari kita melihat fakta. Kaum kafir (yang memusuhi Islam) memang telah berhenti menyerang fisik bangsa ini. Tetapi, mereka telah merubah metode perang meraka, yakni perang pemikiran. Mereka menyerang kita dengan opini sesat tuduhan Islam radikal dan ekstim serta teroris. Mereka menyebarkan firus Islamphobia ditengah-tengah kehidupan kita. Mereka menuduh syariat Islam mengekang dan membuat perpecahan. Sehingga kebanyakan kaum Muslim sendiri takut dan tidak percaya diri untuk menjalankan ajaran agamanya. Sembari mereka (musuh Islam) menawarkan ide-ide sesat mereka, seperti Feminisme, Liberalisme, Sekularisme, Kapitalisme, Komunisme, dan masih banyak lagi.

Tanpa sadar, saat ini kita pun diatur dengan system Kapitalis Sekular buatan mereka. Dimana kita dibolehkan menjalankan aturan agama kita hanya sebatas ibadah mahdo belaka. Seperti sholat, puasa, haji dan zakat. Selebihnya, aturan kehidupan berbudaya, ekonomi, politik dan sosial kita masih menggunakan aturan mereka. Aturan Islam tidak hadir mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Inilah bukti kita masih terjajah. Syariat Islam belum tegak dalam aturan Negara. Inilah pintu masuk mereka untuk menjajah ekonomi bangsa ini dengan lilitan hutang berbasis riba, perampokan sumber daya alam berbasis investasi dan lainnya yang semua diharamkan dalam Islam dan tidak akan terjadi jika Negara ini menerapkan aturan Islam secar total.

Hingga sangat wajar, jika mereka selalu ketakutan akan kebangkitan Islam. Dengan liciknya pula, mereka menggunakan ‘kaki tangan’ meraka di negeri ini untuk memadamkn cahaya Islam, yakni penguasa dan ulama yang cinta dunia. Penguasa dan ulama yang didukung dengan mayoritas kaum Muslim namun kebijakannya justru berpihak pada barat, bukan pada Islam dan kaum Muslim. Mereka berupaya membubarkan ormas-ormas Islam yang lantang memperjuangkan syariat Islam. Mereka mewanti-wanti kebangkitan Islam dengan mengatakan khilafah mengancam kebhinekaan. Mereka meneropong kebangkitan pemuda Islam melalui jalur pesantren dengan mengecap pesantren adalah sarang teroris dan sebagainya.

Sejatinya, Kaum Muslim Belum Merdeka

Nasionalisme sebagai ide dan paham yang dititipkan Barat kepada negeri-negeri Muslim memang telah membuat kita menutup mata. Yah, menutup mata dan pura-pura tidak tahu akan nasib saudara seiman kita disebrang sana. Kita terlalu tega jika bangga teriak merdeka sementara mereka masih terus diserang dengan musuh. Kita terlalu egois untuk teriak merdeka, sementara mereka nyawanya selalu terancam. Seperti Palestina, Myanmar, Rohingya, Uigur, dan negeri Islam lainnya. Nasionalisme telah berhasil memutuskan ikatan akidah kita dengan mereka. Dengan opini, masalah mereka bukan masalah kita, yang penting negeri kita aman-aman saja. Dengan dalih, jangan mencampuri urusan Negara lain. Inilah bagian dari keberhasilan musuh-musuh Islam. Membuat kaum Muslim terpecah-belah hingga tiada berkekuatan. Lemah, tiada persatuan.

Inilah kemerdekaan hakiki yang Allah janjikan, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun degan Aku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang fasik.” (QS An Nur: 55).

Hanya dengan khilafah, sekat-sekat Nasionalisme akan musnah. Sehingga kaum Muslim diseluruh Negara memiliki satu kepemimpinan, satu aturan yakni Islam. Hanya khilafah yang berani memutus mata rantai segala bentuk perampokan sumber daya alam oleh penjajah.

Inilah kemerdekaan hakiki, ketika kita tidak lagi tunduk pada aturan manusia. Tapi hanya tunduk pada aturan Allah Swt. Waallahu a’lamu bishowab.

Penulis: Siti Maisaroh.
×
Berita Terbaru Update