PUISI, LK --- Ketika bumi menengadah
Langitpun turut menyanggupi
Segera ia berkabar kepada hujan
Seketika itu pula turunlah air membasahi
Sebagai ketundukan hujan pada langit
Bermula dari langit jatuh hati
Kemudian merindui bumi
Lalu gelora memuncak dan bersahutan
Ego dan keterpaksaanpun diraibkan
Dan bercintalah keduanya.
Cinta itu hidup dan menghidupkan
Penuh ragam metafora
Syahwat adalah salah satunya
Ditambahi ilmu, kekuasaan, perempuan dan harta
Namun ilmulah rajanya,
Ketahuilah,
Dusta tak sedikitpun membawa kejujuran
Demikian sejuta benci dalam jiwa
Sebab dusta dan benci adalah penghianat
Yang sentiasa bercumbu mesra
Cinta memiliki derajatnya sendiri-sendiri,
Mengumpulkan harta tidaklah salah
Namun rupa harta adalah material,
Yang sekali waktu bisa menghambatmu menanjak
Hingga menjatuhkanmu pada kepalsuan cinta
Ketahuilah,
Kau takkan mengenali jiwamu
Jika hina disertai abai abadi padamu
Pahamilah,
Perempuan ialah lokus menuju TuhanMu
Tidaklah dikatakan bermakrifah
Sebelum engkau lebih dahulu memuliakan perempuanmu.
Penulis: Ana Mardiani Hyphatia Al-Makassari (Direktur Makassar Women Studies).