Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mitos Kerajaan Dan Kegagalan Kapitalisme Mensejahterakan

Jumat, 24 Januari 2020 | 22:17 WIB Last Updated 2020-01-24T14:17:27Z

Lorong Kata - Aneh tapi nyata, bagaikan berada di negeri dongeng. Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia kembali digegerkan dengan fenomena munculnya Kerajaan Keraton Agung Sejagat yang mendulang ratusan pengikut di Purworejo. Fenomena mitos “kerajaan” ini terus bermunculan ditengah frustasi sosial dan ekonomi masyarakat. Fenomena ini pun bukanlah baru kali ini terjadi, tetapi sudah berulang kali bahkan ada gerakan millenarianism yang mucul setiap waktu tertentu.

Sebagaimana dilansir (kompas.com 19/1/2020), kemunculan Keraton Agung Sejagat beberapa waktu silam menghebohkan masyarakat. Dua orang mengklaim diri mereka sebagai pimpinan kerajaan. Mereka adalah Toto Santoso yang menyebut dirinya Sinuhun dan Fanni Aminadia sebagai ratunya. .

Adapun beberapa kelompok kerajaan dan organisasi yang pernah muncul di Indonesia dan menggegerkan masyarakat yaitu kerajaan Ubur-ubur muncul di kota Serang Banten pada 2018 lalu. Menurut kerajaan ubur-ubur ini untuk membuka pintu kekayaan, mereka harus melakukan ritual ala kerajaan ubur-ubur. Ada juga Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), organisasi ini dibubarkan pada 13 agustus 2015 melalui kongres luar biasa. Saat dibubarkan anggota gafatar mencapai 50.000 orang. Kemudian warga bandung juga sempat digegerkan dengan keberadaan Sunda Empire. Kelompok tersebut viral setelah salah satu akun facebook membagiakan foto-foto kegiatan Sunda Empire yang tampak mengenakan seragam militer.

Buah Busuk Gagalnya Sistem Sekuler-Kapitalis

Kemunculan fenomena “kerajaan” aneh dimasyarakat ini merupakan bukti kegagalan sistem sekuler-kapitalistik dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat. Pasalnya kemuculan mitos-mitos kerajaan ini datang memberi tawaran solusi bagi masyarakat dalam menghadapi himpitan problem hidup yang tak berkesudahan. Kegagalan kapitalisme dalam menciptakan kesejahteraan dan keadilan masyarakat sebenarnya wajar-wajar saja karena kesalahan bukan hanya terkait dengan problem cabangnya tetapi dari keberangkatan akidahnya yaitu kapitais-sekuler yang menolak peran agama dalam kehidupan. Sistem sekulerism sedikitpun tidak memberi celah aturan Allah masuk dalam ranah kehudapan masyarakat.

Akibatnya masyarakat tak lagi memiliki solusi lain dalam menghadapi himpitan ekonomi ditengah minimnya keimanan. Kondisi masyarakat dalam kebuntuan ini dimanfaatkan oleh kalangan tertentu untuk mencari keuntungan materi. Tentu tidak heran apabila muncul ditengah masyarakat mitos-mitos kerajaan yang memberikan iming-iming kekayaan, menjadikan masyarakat pun tergiur untuk tergabung didalamnya meskipun itu hal yang tidaklah rasional.

Pemerintah Tidak Mengambil Tindakan Tegas Dan Antisipatif

Sayangnya, meskipun kasus-kasus munnculnya fenomena kerajaan berulang kali bermuculan dan telah memakan korban berupa kerugian materi, nampaknya kasus ini tak ditangani secara tegas dan serius oleh pemerintah. Buktinya kasus-kasus serupa terus bermunculan menandakan pemberian hukuman atas kasus ini tidak memberikan efek jera bagi pelaku dan masyarakat. Dan yang lebih penting lagi pemerintah tak mengambil langkah antisipatif menyelesaikan akar permasalahan yang menjadi factor penyebab munculnya penipuan berkedok kerajaan tersebut yaitu sistem ekonomi kapitali-sekuler.

Sistem ekonomi kapitalis-sekuler yaitu pada hakikatnya merupakan segala aturan kehidupan masyarakat, termasuk bidang ekonomi tidaklah diambil dari aturan agama tetapi sepenuhya diserahkan kepada manusia, apa yang dipandang memberikan manfaat. Dalam masyarakat kapitalis, ada sekelompok orang-orang super kaya ibaratnya mereka menempati puncak pyramid dan ada kelompok masyarakat miskin bahkan miskin absolute yakni tidak memiliki akses terhadap kebutuhan mereka. Kelompok masyarakat miskin inilah yang banyak terjerat dalam penipuan iming-iming kekayaan.

Akibatnya fenomena kemunculan “kerajaan” begitu mudah mempengaruhi umat yang belum matang akidahnya ditengah guncangan paham sekuler. Umat islam yang sekuler meski rajin sholat jika diiming-imingi kekayaan maka ia akan mudah terpengaruh sebab ia menganggap sholat tak ada hubunganya dengan bagaimana cara menghasilkan uang. Meskipun dengan menggadaikan akidah dan terjatuh dalam lubang kesyirikan. Padahal Allah SWT telah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa:48) Wallah `alam bish shawwab.

Penulis: Nurlina, S.Pd (Ibu Rumah Tangga)
×
Berita Terbaru Update