Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Corona Makin Buas, Investasi Asing Membius

Kamis, 05 Maret 2020 | 20:18 WIB Last Updated 2020-03-05T12:23:43Z
Lorong Kata - Hal yang wajar apabila kemudian terjadi sesuatu hal pada Cina pasti akan berimbas pula pada Indonesia sebagai negara yang terikat hubungan kerja sama, termasuk wabah corona. Terlebih investasi yang diberikan selama ini bukan sekadar investasi biasa.

Wabah virus corona alias Covid-19 yang berasal dari Wuhan, Cina, dijadikan alibi pemerintah Indonesia terhadap kondisi ekonomi domestik yang anjlok. Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam banyak forum mengatakan virus corona membuat prediksi pertumbuhan ekonomi global dan banyak negara direvisi. Alasan yang dipakai menteri keuangan terbaik dunia ini mengacu pada ekonomi Cina yang diprediksi anjlok karena wabah Covid-19.

Tercatat ekonomi Cina pada akhir 2019 masih tumbuh sekitar 6 persen, tapi pada kuartal I tahun ini diprediksi turun 1 persen. Jika ekonomi Cina turun 1 persen, maka Indonesia yang menjadi mitra dagang terbesar kedua Cina akan turun juga. Diprediksi pertumbuhan ekonomi RI turun dari sekitar 5 persen menjadi sekitar 4,7 persen. Semua alasan ini dipakai Sri Mulyani namun untuk langkah konkret mengantisipasi semua itu nihil.

Demikian pernyataan Mantan Menko Ekuin Dr. Rizal Ramli (RR). RR menukas isu corona hanya dijadikan pemerintah dan menterinya untuk melegitimasi ketidakbecusan bekerja. “Padahal tanpa (virus) corona pun, ekonomi Indonesia semakin nyungsep karena salah kelola. Benar-benar ilmu pengibulan sudah tingkat Dewa,” ujarnya (28/2/2020).

Dilansir dalam Jakarta, CNN Indonesia -- Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan menyediakan dana untuk membantu negara anggota menghadapi virus corona. Kebijakan tersebut disampaikan setelah sebelumnya Bank Dunia menyatakan akan menggelontorkan dana US$12 miliar atau Rp120 triliun (kurs 14.221) untuk mengatasi masalah yang sama.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyatakan pihaknya saat ini memiliki kapasitas pendanaan US$1 triliun. Dalam pendanaan tersebut, terdapat uang senilai US$50 miliar yang bisa digunakan di luar program resmi IMF dan US$10 miliar lainnya yang bisa digunakan untuk pinjaman tanpa bunga bagi negara miskin dan bisa digunakan untuk mengatasi dampak virus corona.

"Kami bertekad untuk memberikan dukungan yang diperlukan untuk mengurangi dampak, terutama pada orang-orang dan negara-negara yang paling rentan," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva seperti dikutip dari AFP, Kamis (5/3).

Sebagai informasi virus corona telah menyebar ke China dan beberapa negara di penjuru dunia selama dua bulan belakangan ini. Virus telah membunuh 3.285 orang sampai dengan Kamis ini. Virus juga sudah menginfeksi 95.415 orang lainnya. Selain mengancam manusia, penyebaran virus juga telah menimbulkan ancaman serius bagi ekonomi.

IMF meramal wabah tersebut akan menekan pertumbuhan ekonomi dunia hingga ke bawah 2,9 persen pada tahun ini. Angka pertumbuhan tersebut jauh dibandingkan proyeksi yang dikeluarkan IMF awal tahun lalu. Pada Januari, IMF memperkirakan ekonomi dunia bisa tumbuh 3,3 persen pada tahun ini.

"Tetapi seberapa jauh itu (pertumbuhan ekonomi) akan jatuh dan berapa lama dampaknya masih sulit diprediksi," katanya.

Ketika mayoritas negara waspada dan melakukan tindakan pencegahan terhadap penyebaran Corona, pemerintah Indonesia tidak melarang masuknya dan keluarnya wisatawan Cina karena bisa merugikan bisnis. "Kita tidak melakukan restriksi, pembatasan perjalanan orang, karena bisnis bisa merugi, ekonomi bisa berhenti," kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I, Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Ma'aruf di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (22/1/2020) malam. (Jakarta, Harianjogja.com, 2020).

Inilah bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah lebih memikirkan untung rugi bisnis dibandingkan Total perlindungan terhadap rakyat, sehingga apapun yang terjadi dianggap tidak urgen untuk segera diatasi selama bisnis untuk meraup banyak keuntungan bisa berjalan dengan baik.

Ketika materi yang menjadi tujuan utamanya, maka nyawa dan perlindungan hidup warga negara tidak begitu penting, dibanding upaya penyelamatan bisnis yang telah berjalan separuh jalan, demi menyelamatkan "ekonomi negeri". Inilah yang terjadi didalam negara yang menganut paham negara korporatokrasi. Hal ini juga menunjukan jika sistem sekuler-kapitalis telah membentuk individu-individu egois yang hanya memikirkan kepentingan diri dan golongannya saja. Alhasil, independensi negara akhirnya tergadaikan dengan skema utang berbalut investasi, belum lagi praktik riba yang ada di dalamnya.

Islam Solusi Hakiki Bagi Indonesia

Sungguh, berbeda dengan sistem Islam. Di dalam Islam, hubungan kerja sama antarnegara tentu diperbolehkan. Hanya saja, dengan catatan tanpa meninggalkan dampak tekanan antara negara yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana Indonesia yang terikat dalam hal kebijakan, karena kucuran investasi yang diberikan oleh negara-negara investor. Hal ini menjadikan kedaulatan negara akhirnya dipertanyakan. Di sinilah dibutuhkan politik ekonomi Islam yang mengatur perekonomian Negara.

Selain itu, sosok pemimpin dalam Islam adalah sosok yang sangat peduli dengan keselamatan warga masyarakatnya. Semua upaya akan dilakukan agar warga masyarakat yang dipimpinnya sehat selamat bahagia. Walaupun harus dibayar mahal.

Sistem Islam juga telah menetapkan seorang pemimpin sebagai penanggung jawab dan pelindung seluruh warganya, tanpa kecuali. Semua akan diselamatkan dan ditempatkan ditempat yang aman jika terjadi wabah penyakit. Dengan demikian, Pemimpin dalam Islam akan sangat menjaga kehidupan rakyatnya, sebab harga nyawa dalam sistem Islam sangat tinggi, tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

Allah SWT telah berfirman, "Dan hendaklah kamu berhukum dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka. Dan waspadalah terhadap mereka jangan sampai mereka memperdayaimu atas sebagian yang Allah turunkan kepadamu. Jika mereka berpaling dari hukum yang Allah turunkan, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menumpahkan musibah kepada mereka karena dosa-dosa mereka. Dan sungguh kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik". (QS. Al. Ma'idah: 49). Wallahu a’lam.

Penulis: Risnawati (Penulis Buku Jurus Jitu Marketing Dakwah)
×
Berita Terbaru Update