LorongKa.com - Zaman yang semakin modern, arus teknologi canggih yang semakin deras, ditambah lagi dengan hantaman ‘industrialisasi’ syariat, mengakibatkan terjadinya penyempitan makna hijrah. Masuk organisasi tertentu, dibilang sudah hijrah. Ikut kelompok tertentu, dibilang sudah hijrah. Merubah penampilan, dibilang sudah hijrah. Apakah hanya sebatas itu saja indikator hijrah seseorang?
"Cinta". Apa kaitannya dengan hijrah? Banyak orang yang membatasi makna hijrah sebatas perubahan agar lebih mudah mendapatkan jodoh yang shalih/shalihah. Kita harus berani mengakui bahwa itulah yang sedang banyak terjadi hari ini.
Tak heran, kajian-kajian bertemakan nikah muda lebih banyak digandrungi kawula muda ‘pelaku’ hijrah daripada kajian aqidah, fiqih, akhlaq, dan sebagainya.
Ditambah lagi dengan munculnya pasangan-pasangan selebgram, pelaku nikah muda yang istiqamah ‘menginspirasi’ para jomblo dengan galeri kemesraan mereka. Wah, semakin membuat hijrah ini ingin cepat berbuah hasil; mendapatkan si dia.
Sabda Rasulullah saw. dalam hadits berikut:
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Apa maknanya? Jika hijrahmu hanya sebatas agar segera mendapatkan pasangan yang shalih, wahai ukhti, ketahuilah bahwa hijrahmu itu sia-sia. Bukan keridhaan Allah sebagai tujuan utamamu. Yang kau usahakan itu tidak bernilai harganya.
Mari bersihkan niat, luruskan tekad. Katakan kepada hatimu, “Hijrahku hanya untuk Rabbku”. Sibukkan diri menuntut ilmu syar’i. Kenali ia sebenar-benarnya dengan mempelajari tauhid. Asah pengetahuanmu tentang ilmu fiqih. Perlembut akhlakmu dan percantik adabmu. Bekali diri dengan pengetahuan.
Penulis: Nurul Durotul Jannah
"Cinta". Apa kaitannya dengan hijrah? Banyak orang yang membatasi makna hijrah sebatas perubahan agar lebih mudah mendapatkan jodoh yang shalih/shalihah. Kita harus berani mengakui bahwa itulah yang sedang banyak terjadi hari ini.
Tak heran, kajian-kajian bertemakan nikah muda lebih banyak digandrungi kawula muda ‘pelaku’ hijrah daripada kajian aqidah, fiqih, akhlaq, dan sebagainya.
Ditambah lagi dengan munculnya pasangan-pasangan selebgram, pelaku nikah muda yang istiqamah ‘menginspirasi’ para jomblo dengan galeri kemesraan mereka. Wah, semakin membuat hijrah ini ingin cepat berbuah hasil; mendapatkan si dia.
Sabda Rasulullah saw. dalam hadits berikut:
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Apa maknanya? Jika hijrahmu hanya sebatas agar segera mendapatkan pasangan yang shalih, wahai ukhti, ketahuilah bahwa hijrahmu itu sia-sia. Bukan keridhaan Allah sebagai tujuan utamamu. Yang kau usahakan itu tidak bernilai harganya.
Mari bersihkan niat, luruskan tekad. Katakan kepada hatimu, “Hijrahku hanya untuk Rabbku”. Sibukkan diri menuntut ilmu syar’i. Kenali ia sebenar-benarnya dengan mempelajari tauhid. Asah pengetahuanmu tentang ilmu fiqih. Perlembut akhlakmu dan percantik adabmu. Bekali diri dengan pengetahuan.
Penulis: Nurul Durotul Jannah