Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menangkal Wabah Dengan Tradisi

Jumat, 03 April 2020 | 19:05 WIB Last Updated 2020-04-03T11:05:49Z
Lorong Kata - Pandemi virus Covid-19, menjadikan masyarakat semakin pintar mengantisipasi penyebaran. Berbagai cara pencegahan dilakukan, agar terhindar dari wabah penyakit. Setelah masker, hand sanitizer, vitamin c dan empon-empon hilang di pasaran, kini masyarakat lebih kreatif dengan berjemur diri, membuat masker sendiri, juga hand sanitizer dari bahan alami.

Namun, ada yang berbeda dengan Desa Tegalgubug Lor, Kabupaten Cirebon, yang masih kental dengan nilai tradisi. Mereka menggelar Baritan sebagai ungkapan doa dan tolak bala terhadap wabah virus corona Covid-19. Ribuan masyarakat, anak-anak hingga dewasa, memadati jalan membawa obor dan melantunkan sholawat tho'un. (Liputan6.com, 20/3/2020)

Penduduk di Blok Kopyah Kulon RT 01 RW 04 Desa Kopyah Kecamatan Anjatan menggelar baritan, dengan cara yang berbeda. Mereka duduk berkelompok beralaskan tikar, melingkar atau berhadap-hadapan. Acara dimulai dengan sambutan dari tokoh ulama setempat, memimpin tahlil dan diakhiri dengan membacakan doa keselamatan bagi semua penghuni desa. (Radarcirebon, 26/3/2020)

Baritan merupakan tradisi ritual tolak bala yang dipercaya masyarakat sekitar bisa menjadi penangkal dari segala marabahaya, termasuk penyebaran Covid-19. Selain itu, sebagai upaya merawat dan menjaga kelestarian tradisi leluhur. Tujuannya satu, yaitu memohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala bentuk bencana.

Sejatinya setiap manusia akan merespons persoalan, dengan caranya masing-masing. Akan tetapi yang perlu dipastikan adalah perbuatan seorang muslim harus selalu terikat dengan hukum syara'. Maka respons yang munculpun tidak boleh ke luar dari akidah. Tidak boleh melakukan sembarang aktivitas, tanpa mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya.

Oleh karena itu, agar menjadi ihsanul amal atau aktivitas yang baik, maka perlu dua syarat. Yaitu dilaksanakan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam. Karena amal yang diterima Allah adalah yang terpenuhinya dua syarat tadi. Sedangkan aktivitas tanpa pemenuhan kedua syarat tersebut atau salah satunya, maka tertolak.

Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Sesungguhnya apabila suatu aktivitas itu ikhlas namun tidak benar, maka tidak akan diterima. Dan apabila amalan itu benar namun tidak ikhlas, juga tidak akan diterima. Sampai amalan itu ikhlas dan juga benar. Amalan yang murni adalah yang hanya ditujukan untuk Allah, sedangkan yang benar adalah yang sesuai dengan sunnah (tuntunan).”

Dari ‘Umar bin Al Khaththab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 54 dan Muslim no. 1907).

Islam memiliki aturan sendiri saat sebuah wilayah terkena wabah penyakit. Rasululkah shallallahu alaihi wassalam bersabda.

"Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninginggalkan tempat itu" (HR al-Bukhari).

Sebagaimana pernah terjadi di masa Umar bin Khaththab, kebijakan yang diambil oleh beliau adalah menutup wilayah terjadinya wabah, agar manusia terbatas geraknya. Tidak bisa masuk, juga tidak ada yang ke luar. Kebijakan karantina untuk mencegah penyakit menyebar. Riwayat ini juga dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Kitab Al-Bidayah wa al-Nihayah.

Menurut Imam al-Waqidi saat terjadi wabah Tha’un yang melanda seluruh negeri Syam, telah memakan korban hingga lebih dari 25.000 jiwa. Bahkan di antara para sahabat ada yang terkena wabah ini. Mereka adalah Abu Ubaidah bin Jarrah, al-Harits bin Hisyam, Syarahbil bin Hasanah, Fadhl bin Abbas, Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan dan Abu Jandal bin Suhail.

Maka kembalikan solusi mengatasi wabah, pada penguasa. Merekalah yang memegang peran sentral dalam menjaga kesehatan warganya. Berbagai upaya pencegahan hingga penyembuhan menjadi tanggung jawab negara. Karenanya, rakyat membutuhkan pengurusan optimal.

Tidak hanya itu, rakyat juga memerlukan edukasi yang jelas terkait wabah. Sehingga, saat rakyat telah dibekali ilmu dengan berlandaskan iman, maka dengan mudah mereka bersinergi dengan penguasa. Dengan sendirinya seluruh aktivitas yang munculpun baik itu dari pemegang kekuasaan, hingga rakyat, adalah aktivitas yang bernilai luhur. Wallahu' alam

Penulis: Lulu Nugroho, Muslimah Revowriter Cirebon
×
Berita Terbaru Update