Shofiyah Binti Utsman (Siswi Pondok Pesantren Imam Syafi'i Batam) |
Menurut data yang diperoleh dari berbagai media pada tahun 2018-2019 tercatat beberapa kasus siswa yang melakukan kekerasan atau bullying terhadap guru disekolah.
Pertama, peristiwa guru disebuah Madrasah di Pontianak. Ia dipukul siswanya karena pelaku tidak terima ditegur saat menggunakan Hp di jam pelajaran untuk bermain game.
Kedua, seorang guru kesenian di SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur meninggal dunia akibat dianiaya oleh siswanya.
Ketiga, murid-murid SMK swasta di Kendal bercanda dengan menyerang gurunya secara beramai-ramai.
Keempat, guru perempuan di Kalimantan Barat dipukul muridnya karena sang murid tidak naik kelas.
Kelima, siswa SMP yang mengamuk saat ditegur gurunya karena merokok di dalam kelas. Siswa tersebut melawan dan menarik kerah baju gurunya serta memegang kepala sang guru. Anehnya tidak satupun teman sekelasnya yang melerai atau menasehati temannya yang kurang ajar pada gurunya, malah mereka menertawakan aksi tidak terpuji itu.
Seharusnya kasus-kasus seperti ini tidak terjadi di negeri tercinta kita indonesia, yang terkenal dengan budaya ketimurannya, dengan keramah tamahannya, yang memiliki adab sopan santun dan memuliakan kepada yang lebih tua.
Sejatinya seorang guru adalah orang tua bagi siswa di sekolah. Mereka juga berhak dihormati.
Rasulullah Salallahu 'Alaihi wassalam bersabda: "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama (HR. Ahmad).
Namun, kejadian-kejadian ini tidak semuanya menjadi kesalahan siswa tapi, sistem pendidikan kita yang perlu untuk dibenahi, kurangnya pendidikan adab dan akhlak dibandingkan pendidikan umum lainnya di sekolah.
Kurangnya perhatian orang tua di rumh juga sebagai pemicu tindakan buruk siswa di sekolah, tidak adanya kontrol orang tua sebagai penasehat dan pendamping anak sehingga anak berbuat sekehendak hatinya, anak melihat tontonan yang tidak pantas dan tidak mendidik serta bebasnya mereka menggunakan gadged dan berselancar di media sosial tanpa kontrol orang tua, dan orang tua lalai tidak memberikan pendidikan adab dan akhlak yang baik di rumah.
Padahal pendidikan Adab dan Akhlak sangatlah penting dan utama sebelum mereka menyerap ilmu pengetahuan yang lain. Imam Malik Rahimahullah mengatakan: "Belajarlah Adab sebelum belajar Ilmu" (Hilyatul Auliya (6/330)).
Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka hilanglah keberkahan dari ilmu yang didapatnya. Dia tidak akan bisa mengamalkan ilmunya dan tidak pula dapat menyebarkannya. Solusi untuk memperbaiki tingkah laku siswa yang buruk kepada guru adalah mempelajari adab.
Agama Islam telah mengajarkan bagaimana adab seorang murid yang semestinya kepada guru.
Di antaranya, adab ketika bertemu. Ucapkanlah salam sebagai penghormatan dan memuliakan dirinya.
Adab ketika berbicara. Berbicara yang baik dan sopan, tidak tertawa untuk bertujuan menghina atau merendahkan martabatnya, jangan memotong ucapannya, jangan mengeraskan suara di hadapannya. Seorang guru bagaikan orang tua kita di sekolah maka berhak dihormati.
Adab duduk. Syaikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tholibil Ilmi mengatakan "Pakailah adab terbaik saat kau duduk bersama syaikhmu (gurumu) pakailah cara terbaik dalam bertanya dan mendengar".
Duduklah dengan duduk yang beradab tidak membentangkan kaki, tidak bersandar, jangan menggeser kursi sehingga berbunyi yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
Adab bertanya. Jika seorang siswa ingin bertanya kepada guru maka minta izinlah terlebih dahulu, cari waktu yang sesuai, betanya dengan nada tenang, penuh kelembutan, jelas, singkat, padat, tidak betanya dengan pertanyaan yang jawabannya sudah diketahui. Do'akanlah guru setelah bertanya, seperti ucapan "Baarokallahu fiik" atau "Jazakallahu Khoiron".
Adab dalam mendengar. Hargai guru dalam menyampaikan materi, dengarkan dengan baik dan seksama, jangan berbicara atau membuat forum sendiri.
Adab Dalam Menyikapi Kesalahan Guru, Rasulullah Salallahu Alaihi wassalam bersabda "setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan dan yang terbaik dari mereka adalah yang suka bertaubat" (HR.Ahmad)
Guru bukan malaikat mereka juga memiliki kesalahan dan janganlah mencari kesalahannya ketika seorang guru berbuat salah tegurlah dengan baik sopan dan lembut, tidak menegurnya dikhalayak ramai apalagi memposting kesalahannya di media sosial.
Meneladani Penerapan Ilmu Dan Akhlaknya. Contohlah kebaikan akhlak seorang guru. Karena tujuan seorang penuntut ilmu mengambil kebaikan seorang guru bukan mengambil atau mencontoh keburukannya.
Sabar dalam membersamainya. Imam As Syafi'i Rahimahullah mengatakan "Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru sesungguhnya gagalnya membelajari ilmu karna memusuhinya".
Wahai guruku, besarnya jasamu mendidik murid muridmu. Besarnya kesabaranmu menahan amarah. Tak pantas rasanya kami melupakan pengorbanan. Terima kasih guruku. Semoga Allah memberikan Rahmad dan kebaikan kepadamu. Semoga pengorbananmu menjadi amal pembuka pintu surga bagimu. Semua Ilmu yg telah kau berikan menjadi bekal untuk kami dunia dan akhirat. Wallahu 'alam bisshawab.
Penulis: Shofiyah Binti Utsman (Siswi Pondok Pesantren Imam Syafi'i Batam)