Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Prankster-Prankster Dalam Demokrasi

Senin, 25 Mei 2020 | 17:21 WIB Last Updated 2020-05-25T09:21:28Z
Bang Omar (Aktivis Malang Raya)
LorongKa.com - Beberapa hari yang lalu diadakan konser amal Berbagi Kasih bersama Bimbo dengan maksud untuk penggalangan dana penanganan kasus covid-19 yang telah menimpa negeri ini. Acara ini diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Namun sayangnya, konser amal yang berniat dengan serius untuk penggalangan dana malah berubah menjadi acara prank sehingga tak henti-hentinya menjadi sorotan warganet. Publik dibuat geleng-geleng kepala dikarenakan selain konser amal tersebut melanggar protokol kesehatan, tapi juga terjadi penipuan pemenang lelang motor listrik bertanda tangan Presiden Joko Widodo dalam acara tersebut.

Muhammad Nuh merupakan pemenang lelang motor listrik tersebut, namun setelah namanya keluar sebagai pemenang lelang, Muhammad Nuh tak kunjung mentransfer uang yang ia sepakati dalam lelang. Dia telah dianggap sebagai prankster (tukang prank) dengan menawar motor listrik bertanda tangan Presiden Joko Widodo. Muhammad Nuh disebutkan sebagai pengusaha Jambi yang tinggal di kampung Manggis, Kota Jambi. Informasi yang beredar luas menyebutkan bahwa Muhammad Nuh ternyata bukan seorang pengusaha seperti yang disebutkan tapi bekerja sebagai buruh harian lepas.

Polisi mengatakan Muhammad Nuh mengaku tak tahu bahwa itu ia mengikuti lelang yang diadakan presiden, ia justru menyangka mendapatkan hadiah. Pengakuan ini dirasa sebuah keanehan, karena sebelumnya para peserta lelang sudah dilakukan verifikasi. Dilansir dari okezone.com, Arif Puyuono mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah kena prank dalam kejadian ini. “Menurut saya Presiden Joko Widodo kena prank dalam lelang motor listrik yang ada tanda tangan presiden di konser amal yang dilakukan secara virtual oleh BPIP dan dihadiri ketua MPR” (22/5).

Dalam sistem demokrasi, prank merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh penganut-penganutnya. Prank seperti menjadi kebutuhan hidup primer bagi pejabat demi melancarkan proyek-proyek besar yang telah direncanakan demi mendapatkan keuntungan kantong pribadi. Dalam demokrasi, para pejabat di paksa untuk meng-prank rakyat demi mendapat simpati dan suara.

Banyak sekali kita temui bahwa calon pejabat pada saat kampanye menyampaikan visi dan misi serta target apa saja yang akan dicapai jika telah menjabat, akan tetapi setelah mendapat jabatan lupa pada pemilih dan janji manis yang telah dilontarkan beberapa hari silam. Pernah pemerintah mengumumkan untuk meringankan kredit bagi masyarakat yang terdampak covid-19 dalam konferensi pers Istana Kepresidenan pada Selasa (24/3/2020) lalu, namun bagaimana realisasi dari pengumuman tersebut? Lagi-lagi masyarakat merasa di prank oleh pemerintah.

Dilansir dari tirto.id pengemudi OJOL bernama Adi merasa kewalahan dan putus asa karena rumitnya skema pengajuan keringanan ““Bukan kesulitan mengajukan jadinya, serasa mimpi bakal dapat keringanan,” ucap Adi (31/3/2020).

Adalagi prank pemerintah terkait kebijakan impor, pemerintah mengatakan bahwa Indonesia tidak perlu impor hasil pertanian, tetapi tak lama dari ucapan itu dilontarkan malah berton-ton beras masuk hasil impor. Dilansir dari Republika.com, hingga 2020 total stok beras impor di bulog mencapai 600 ribu ton dari total stok bulog 1,4 juta ton (27/4). Berita terkait mobil esemka pun tak kalah panasnya, mobil yang digadang-gadangkan akan produksi membanjiri negeri dan digunakan oleh pejabat-pejabat negara hingga kini tak ada suara. Ditambah lagi anjuran pemerintah untuk masyarakat tetap dalam rumah karena covid-19, malah pemerintah menerima kedatangan tenaga kerja asing asal cina.

Demokrasi adalah sistem prank. Menjanjikan kebaikan bagi negeri padahal sebenarnya merusak dan menghancurkan. Menjanjikan kekayaan padahal memiskinkan, menjanjikan adanya keadilan padahal mempermudah jalan kongkalikong antar penguasa. Karena demokrasi buatan manusia, dan kepentingan setiap manusia juga berbeda. Sehingga aturan bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan penguasa yang berkuasa pada periode itu.

Berbeda dengan Islam, Islam diturunkan oleh Sang Pencipta demi untuk mengatur kehidupan manusia. Setiap pencipta pasti memberikan cara kerja atau aturan supaya ciptaannya tidak mengalami kerusakan. Seperti robot diciptakan oleh penciptanya dengan menjelaskan cara kerjanya, pisau diciptakan dan dipelajari cara kerjanya, begitu juga dengan manusia. manusia diciptakan beserta aturan cara kerjanya. Itulah Islam mengatur kehidupan manusia dengan sempurna, jika ingin hidup bahagia sesuai dengan aturan dan cara kerja, berpegang teguhlah pada Islam.

Penulis: Bang Omar (Aktivis Malang Raya)
×
Berita Terbaru Update