Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP) |
Sesungguhnya tatkala kita beriman kepada Allah SWT itu menjadi pengakuan sadar akan penyerahan diri total kepada Allah SWT. Kita meyakini bahwa semua yang menjadi ketetapan Allah SWT adalah yang terbaik bagi diri kita selaku hambaNya. Bukankah manusia itu lemah dan tidak mengetahui apa yang baik dan buruk bagi hidupnya? Hal demikian ditegaskan oleh Allah SWT dalam firmannya:
Artinya: Diwajibkan perang atas kalian, padahal perang itu kalian benci. Bisa jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu baik bagi kalian. Bisa jadi kalian mencintai sesuatu, padahal itu buruk bagi kalian. Allah itu Maha Mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui (Al - Baqarah ayat 216).
Di dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa perang itu merupakan sesuatu yang dibenci manusia. Akan tetapi justru Allah memerintahkannya. Di dalam perang yang diperintahkan tersebut terkandung kebaikan yang banyak. Dengan perang akan bisa diperoleh kemenangan dan kemuliaan atas musuh; mempertahankan negeri, harta, dan anak keturunan dari serangan musuh. Ini satu contoh.
Bahkan dengan syariat jihad yakni perang, bangsa Indonesia bangkit untuk merebut kemerdekaan yang dirampas penjajah dan mempertahankannya kemerdekaannya. Di samping itu, pahala syahid bagi yang gugur akan diperoleh dalam jihad.
Contoh yang lain mengenai syariat poligami. Syariat poligami dianggap tidak adil bagi perempuan. Akhirnya ada tuntutan poliandri. Hal ini dianggap keadilan. Kalau laki - laki dibolehkan beristri lebih dari satu wanita, wanita harusnya boleh juga bersuami lebih dari satu laki - laki. Memang seolah - olah baik tapi sebenarnya hal tersebut mengandung keburukan. Masalah nasab anak yang menjadi bias, wanita menjadi piala bergilir di antara suaminya, dan suami - suaminya tersebut terkategori suami dayyus yang hanya menjerumuskan istri ke jurang neraka.
Jadi semua yang diperintahkan oleh Allah adalah kebaikan bagi hambaNya. Sedangkan semua hal yang dilarang Allah adalah keburukan bagi hambaNya. Walaupun akal kita belum mampu mengungkap kebaikan dari perintah Allah dan keburukan dari sesuatu yang dilarang Allah.
Termasuk dalam hal berbusana muslimah. Jilbab juga kerudung diperintahkan Allah, tentu di dalamnya mengandung hikmah kebaikan yang besar bagi wanita muslimah. Wanita menjadi terlindung dari pandangan - pandangan syahwat lawan jenisnya. Di samping itu, wanita dengan memakai busana muslimah itu menolong laki - laki untuk menundukkan pandangannya dari hal yang diharamkan. Dengan begitu laki - laki bisa terhindar dari dosa. Di samping itu, kesucian wanita terpelihara dan dihormati. Bukankah tatanan masyarakat yang berisi penjagaan kehormatan wanita akan bisa melahirkan ketenteraman dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat?
Berbeda tatkala wanita memakai busana yang masih memperlihatkan auratnya. Dengan memperlihatkan perhiasan dan kecantikannya dalam kehidupan umum, wanita menjadi korban nafsu. Iklan - iklan, poster, baliho dan berbagai media tidak sepi dari menayangkan sisi sensual wanita. Efeknya, kehidupan pergaulan laki - laki dan wanita dihiasi nafsu dan kerusakan demi kerusakan. Pemerkosaan terjadi. Perzinahan tidak lagi tabu untuk dilakukan. Hancurlah tatanan keluarga dan masyarakat. Bukankah fragmen demikian adalah keburukan?
Oleh karena itu, orang tua yang mengenakan pada anak perempuannya sejak dini berupa busana muslimah tentu merupakan bentuk pembiasaan. Di samping itu, orang tua perlu untuk memberikan pemahaman yang memadai terkait kewajiban memakai jilbab dan kerudung sesuai dengan tingkat kematangan berpikir anak. Jadi tidak ada unsur pemaksaan di dalam proses mendidik anak.
Sementara disebut dengan proses mendidik tentunya hanya dengan membiasakan hal yang baik. Bukan lantas diberikan pilihan mau dan tidak mau. Guru di sekolah saja dalam memberikan tugas kepada siswanya, tentunya hanya membimbing agar siswa bisa mengerjakan tugas dengan benar dan mengumpulkannya tepat waktu. Mustahil guru memberi pilihan agar siswanya tidak perlu mengerjakan tugas. Akhirnya siswa terbiasa disiplin dan tertanam sikap tanggung jawab. Jadi saat dewasa, mereka menjadi sosok yang disiplin. Tentunya, mereka akan merasa bahagia bila melakukan sikap disiplin dan punya rasa tanggung jawab. Proses mendidik itu adalah proses membiasakan hal - hal yang baik. Dengan kata lain, proses mendidik itu dilakukan dalam rangka memcetak generasi yang terbaik. Sedangkan generasi terbaik dalam Islam adalah generasi yang sholih dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Jadi anak perempuan yang dibiasakan berjilbab akan menjadi enjoy hingga dewasa. Mereka memahami bahwa jilbab itu bentuk ketaatannya kepada Allah, bukan bentuk pengekangan. Mereka menjadi bahagia dalam keta'atan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Penulis: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)