Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Muhasabah Dibalik Bencana Bertubi-tubi

Minggu, 24 Januari 2021 | 21:06 WIB Last Updated 2021-01-24T13:06:17Z

LorongKa.com - Sudah jatuh tertimpa tangga pula sepertinya peribahasa yang cocok dengan kondisi Indonesia sekarang. Hari demi hari di awal tahun, Indonesia diguncang berbagai bencana. Dimulai dari jatunya pesawat Sriwijaya Air, banjir di Kalimatan Selatan dan beberapa kota lain di Indonesia, kemudian disusul dengan gempa di Sulawesi Barat, tanah longsor, erupsi gunung semeru dan masih banyak lagi bencana kian melanda negeri kita pertiwi. 


Dilansir dari suara.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat sebanyak 185 bencana telah terjadi dalam waktu 21 hari pertama tahun 2021. Data per Kamis, 21 Januari 2021 pukul 10.00 WIB, bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung masih mendominasi jumlah bencana hingga minggu ke empat januari tahun ini. Kondisi ini pun tidak luput memakan korban hingga kerusakan fasilitas publik. BNPB mencatat korban meninggal akibat gempa bumi berjumlah 91 jiwa, tanah longsor 41 dan banjir 34 sedangkan hilang banjir 8 dan gempa 3. Sedangkan kerusakan rumah akibat gempa bumi yakni rumah berjumlah 1.896 unit dengan kerusakan berat 147 unit, rusak sedang 63 dan rusak ringan 1.686. Dari kategori rusak berat, tanah longsor masih menyebabkan kerusakan paling tinggi yaitu 45 unit, disusul gelombang pasang 40, banjir 38 dan puting beliung 24. Fasilitas publik seperti rumah ibadah, kesehatan, kantor dan jembatan juga mengalami kerusakan. 


Kejadian ini memang merupakan hal biasa terjadi di awal tahun. Sebab Indonesia memasuki musim penghujan dimana berpotensi mengalami cuaca dan iklim dengan berbagai parameter semisal peningkatan curah hujan atau sebaliknya, suhu ekstrem, cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang disertai angin kencang, kilat atau petir dan lain sebagainya. Namun yang mencengangkan di awal tahun ini adalah kejadian yang terus berulang-ulang dari hari ke hari menjadikan masyarakat resah dan nelangsa. Apalagi kebutuhan mereka pasca bencana belum juga terpenuhi di tempat pengungsian. Ini menjadi dilema bagi masyarakat Indonesia yang terdampak bencana. 


Bencana yang melanda negeri muslim terbesar ini merupakan ketetapan Allah Swt. Kejadian ini merupakan sunnatullah yang telah Allah Swt tulis di dalam lauhul mahfudz. Faktanya Indonesia masuk wilayah cicin api pasifik yang menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana letusan gunung api, gempa bumi dan tsunami. Namun berbeda dengan bencana banjir yang terjadi, banjir merupakan bencana alam yang masih masuk wilayah campur tangan manusia. 


Pengelolaan tatanan lingkungan yang tidak benar dan penebangan hutan untuk pembukaan perkebunan dapat menyebabkan banjir di wilayah terdampak. Contoh saja Kalimantan Selatan, banjir yang telah menenggelamkan setidaknya 10 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan ini diduga berasal dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan tambang. Dikutip kompas.com, rentan tahun 2009 sampai 2011 telah terjadi peningkatan luas perkebunan sebesar 14 persen dan terus meningkat di tahun berikutnya sebesar 72 persen dalam 5 tahun. Sedangkan untuk tambang, bukaan lahan meningkat sebesar 13 persen hanya 2 tahun. Luas bukaan tambang pada 2013 adalah 54.238 hektar. 


Sungguh ironi, Kalimantan yang dikenal dengan hutan belantaranya dan paru-paru dunia kini menjadi sumber petaka bagi masyarakatnya karna disebabkan alih fungsi yang dilakukan oleh para korporasi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa penguasa dan pengusaha telah berselingkuh demi mewujudkan kepentingan hawa nafsunya. Ini berakar dari diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Pengelolaan lingkungan tak lagi dihiraukan pihak pengusaha demi minimnya modal yang dikeluarkan dan tingginya keuntungan yang didapat. Apalagi penguasa tak lagi menghiraukan perlakuan selingkuhannya yang semena-mena karna tak mau ambil pusing. Alhasil rakyatlah yang menjadi tumbal atas keserakahan kedua belah pihak.


Kontras dengan kapitalisme, Islam justru sangat peduli dengan lingkungan sekitar. Islam datang menjadi rahmat bagi seluruh alam memberikan solusi dari hilir, hulu sampai komprehensif. Pertama, islam mengatur kepemilikan harta, yakni kepemilikan individu, umum dan negara. Islam memandang bahwa kekayaan alam berupa hutan merupakan kepemilikan umum sehingga negara wajib mengelola kepemilikan umum tadi untuk dikembalikan kepada rakyat. Hal ini menyebabkan individu dan swasta dilarang keras bahkan haram untuk menguasainya. 


Kedua, Islam melarang untuk merusak lingungan sekitar dan mengajarkan untuk mencintai alam. Hal ini tercermin dari kisah Abu Bakar ra. berpesan pada pasukannya yang akan dikirim ke negeri Syam, “...dan janganlah kalian menenggelamkan pohon kurma atau membakarnya. Janganlah kalian memotong binatang ternak atau menebang pohon yang berbuah. Janganlah kalian meruntuhkan tempat ibadah. Janganlah kalian membunuh anak-anak, orang tua dan wanita.” (HR. Ahmad) 


Ketiga, Islam mendorong penghidupan tanah mati berumur 3 tahun dengan mendorong masyarakat untuk menanaminya dengan tanaman. Rasulullah Saw bersabda, “Siapa saja yang menghidupkan tanah mati maka tanah itu miliknya dan orang yang memagarinya tidak memiliki hak setelah tiga tahun.” (HR. Abu Yusuf)


Keempat, negara tentu akan memperhatikan lingkungan dengan kebijakan reboisasi bagi lahan gundul dan memetakan pembangunan infrastruktur sesuai kondisi alam wilayah tersebut. cemerlangnya islam dalam menuntaskan perkara bencana merupakan petunjuk dan rahmat Allah Swt sebagai Rabb alam semesta sebagaimana firmanNya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf: 96) 


Sudah saatnya umat sadar akan peringatanNya yang datang berurutan ini tentu terjadi bersamaan dengan kedzaliman. Maka saat ini pula umat harus berbenah dan bermuhasabah diri dengan kembali kepada kehidupan islam yang dibawah oleh risallah Rasullullah Saw. Waallahu’alam


Penulis: Azrina Fauziah (Aktivis Dakwah) 

×
Berita Terbaru Update