Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Wisata Alam Mengundang Devisa ataukah Bencana?

Kamis, 28 Januari 2021 | 19:53 WIB Last Updated 2021-01-28T11:53:32Z

Salma Rufaidah, S.Sos

“Di darat dan laut serta segala isinya menggambarkan kebesaran Allah dan memberikan keindahan yang luar biasa”


LorongKa.com - Kalimat tersebut menggambarkan apa yang dilakukan belum lama ini oleh Bupati Bandung terpilih HM Dadang Supriatna. Seperti yang dilansir Balebandung.com (13/1/2021)  mengenai dukungannya atas pembukaan destinasi wisata baru Cicalengka Dreamland di Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pada saat ini berbagai upaya serius dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan devisa negara dari aspek pariwisata. Bidang pariwisata dengan memanfaatan keindahan lingkungan hidup yaitu mengeksplorasi alam semakin terus diprioritaskan. baik wisata yang ada di darat maupun laut. Beragam istilah yang diangkat mulai wisata bahari, wisata hutan, suaka margasatwa, wisata pegunungan, dan sebagainya. 


Alam yang telah Allah ciptakan tentu dengan keindahan dan keserasiannya serta keseimbangannya. Oleh karena itu hal yang sangat penting bila kebijakan dan strategi dalam pengelolaan wisata alam  mempertimbangkan keberadaan ekosistem demi kelestarian hidup dan menjaga kualitas lingkungan. Terlebih lagi bila pemerintah setempat memiliki tujuan agar pendapatan daerah  meningkat . Terutama bila pengelolaan  diambil alih oleh korporasi baik swasta atau investasi asing. Bila pembukaan lahan dilakukan tanpa memerhatikan AMDAL, ditambah praktek manipulasi atau kecurangan di belakang layar, maka tata kota yang dihasilkan pun akhirnya menjadi tidak rasional. 


Tata kota diserahkan pada mekanisme pasar ala kapitalisme yang praktis mengabaikan keberlanjutan lingkungan. Pengelolaan kota hanya mengandalkan visi jangka pendek lima tahun sesuai dengan mekanisme demokrasi. Bahkan cukup mudah dilihat dan dirasakan keberlansungan sistem politik dan ekonomi saat ini  yaitu sistem  demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme yang di topang oleh sistem kehidupan sekularisme. Ironisnya, kejadian seperti ini terus berulang sepanjang tahun tanpa upaya serius untuk memperbaiki kesalahan mendasar menyangkut paradigma pembangunan wisata yang dikaitkan dengan keseimbangan ekologi. Wajar jika intensitas bencana (banjir, longsor, jembatan terputus, jalan rusak, gempa, dan sebagainya) makin sering terjadi dan luasannya pun terus bertambah.


Pengelolaan pariwisata ala peradaban kapitalisme-sekuler memiliki landasan keuntungan materi semata tanpa mengindahkan nilai agama. Berbeda sekali dengan peradaban Islam.


 Islam memandang keindahan alam adalah semata ciptaan Allah. Aktivitas berwisata adalah sarana untuk mendekatkan diri pada Rabnya, mengokohkan keimanan, semakin takjub dan menumbuhkan cinta sejati padaNya. Semua yang Allah ciptakan baik di langit dan di bumi dan di antara keduanya, tidaklah diciptakan dengan sia-sia, tetapi mengandung tujuan. Yaitu untuk kemashlahatan makhluk-makhluk-Nya. Sarana untuk ibadah, untuk semakin mendekat pada zat yang maha kuasa yaitu Allah SWT. 


Oleh karena itu dalam pengelolaan tempat wisata tentunya tetap berlandaskan hukum syara. Diperkuat dengan semangat dakwah sebagai sarana untuk semakin mengentalkan syiar-syiar Islam. Dalam sistem Islam, pemerintah  akan memberikan pemahaman bahwa  tempat wisata itu diadakan tidak sama sekali untuk mendongkrak jumlah wisatawan dalam dan luar negeri atau  sebagai sumber pendapatan kas negara. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi saat ini yang menerapkan aturan kapitalis demokratis. Dengan alasan resesi ekonomi  menggenjot pemasukan dari wisata  . Lalu dari mana pemasukan negara dalam sistem Islam?  Pemimpin Islam / khalifah mengatur urusan rakyatnya dengan ketersediaan sumber pemasukan yang banyak dalam kas negara. Baik dari sumber daya alam, kepemilikan umum dan negara, zakat, fai , khoroj dan sebagainya. Sama sekali tempat wisata tidak menjadi sumber pemasukan. Adapun jika situasi pandemi seperti saat ini, Islam akan lebih mengutamakan rakyat terpenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Mengingat berwisata termasuk kebutuhan tersier, maka tidak terlalu diprioritaskan. Hal ini dikarenakan tugas seorang pemimpin dalam Islam jelas, yaitu mengurusi urusan rakyat.


Allah mengingatkan kita dalam QS al-Hajj ayat 46  bahwa manusia berjalan dimuka bumi bila belum mau menerapkan aturanNya bukan karena tidak memiliki memiliki mata dan telinga tetapi buta hatinya di dalam dada . Dalam QS Fushshilat : 53 Allah mengingatkan bahwa dengan kekuasaannya menciptakan segala yang ada di langit dan bumi akan membukakan pada manusia bahwa Al Quran itu benar.   Sehingga kehidupan saat ini agar keberkahan ini terwujud di tengah masyarakat harus terus diupayakan kesadaran pentingnya penerapan Islam kaffah. Alam beserta isinya disyukuri dengan berada dijalan syariatNya bukan sebaliknya, apalagi sampai mengundang bencana. Na’udzubillahimindzalik! 

Penulis: Salma Rufaidah, S.Sos (Pegiat Literasi)

×
Berita Terbaru Update