Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Memetik Hikmah Dari Musibah

Jumat, 09 April 2021 | 15:38 WIB Last Updated 2021-04-10T07:44:12Z

Narita Putri

LorongKa.com - 
Indonesia kembali menangis. Kabar duka menyelimuti Kepulauan Sunda Kecil. Banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Provinsi NTT & NTB.


Berdasarkan data yang berhasil dihimpun hingga Rabu malam (7/4/2021), total korban jiwa di beberapa kabupaten dan kota terdampak berjumlah 138 jiwa. Sedangkan hilang, total dari laporan pertemuan koordinasi berjumlah 61 jiwa. 


Sementara itu, kerugian material di sektor perumahan berjumlah 1.114 unit dengan rincian rusak berat 688 unit, rusak sedang 272 dan rusak ringan 154. 


Bagian dari Ujian


Semua bencana ini tentu harus disikapi secara tepat oleh setiap Muslim. Dalam hal bencana karena faktor alam, seperti banjir sikap kita jelas. Semua itu merupakan bagian dari sunatullah atau merupakan qadha’ (ketentuan) dari Allah. Tak mungkin ditolak atau dicegah. Di antara adab dalam menyikapi qadha ini adalah sikap ridha, juga sabar. Baik bagi korban ataupun keluarga korban. Bagi kaum Mukmin, qadha’ ini merupakan ujian dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:


Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan kelaparan. Juga dengan berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (TQS al-Baqarah [2]: 155).


Orang berakal akan menjadikan sikap sabar sebagai pilihannya dalam menyikapi bencana/musibah. Ia pun ridha terhadap qadha’ dan takdir Allah SWT yang menimpa dirinya tanpa berkeluh-kesah. Ia meyakini bahwa sebagai manusia ia tak mampu menolak qadha’. Semua ini sudah merupakan ketentuan Allah. Karena itu ia wajib menerima qadha’ dan takdir Allah (Al-Jazairi, Mawsû’ah al-Akhlaq, 1/137)


Apalagi musibah yang menimpa itu bisa menjadi penghapus dosa-dosa. Rasul Saw. bersabda, “Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah (bencana) berupa kesulitan, rasa sakit, kesedihan, kegalauan, kesusahan hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus sebagian dosa-dosanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)


Tentu dosa-dosa terhapus dari orang yang tertimpa musibah jika ia menyikapi musibah itu dengan rida dan kesabaran.


Akar Masalah


Jika kita perhatikan di balik bencana banjir, ternyata ada hal-hal di luar qadha Allah yang diduga kuat menjadi penyebab datangnya bencana, yaitu dosa dan kemaksiatan manusia.


Dalam Surah Ar-Rum ayat 41 Allah SWT berfirman,


“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”


Dari ayat di atas, Allah telah jelas menyampaikan adanya kerusakan alam diakibatkan tangan manusia. Akibat mereka tidak mengamalkan dan menerapkan syariah-Nya. 


Para penguasa dan pejabat tampak tidak amanah dalam mengurus rakyat, bahkan cenderung bertindak zalim terhadap rakyat dengan segala kebijakan dan penanganan musibah ini. 


Mengambil Pelajaran


Satu-satunya jalan untuk mengakhiri bencana ini tidak lain dengan segera bertaubat kepada Allah. Apalagi moment Ramadhan segera menyapa kita. Taubat yang dilakukan segenap komponen bangsa, terkhusus para penguasa dan pejabat. Mereka harus segera bertaubat dari segala macam kezaliman. Kezaliman terbesar ketika tidak berhukum dengan hukum Allah. 


Dengan bertaubat dan menerapkan hukum-Nya secara kaffah maka keberkahan akan melimpah ruah di bumi ini. Karena penerapan syariahNya adalah wujud dari ketaqwaan. Dan taqwa pasti mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi


"Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) sehingga Kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat" (TQS al-A’raf [7]: 96). Wallahu a’lam bish shawab


Penulis: Narita Putri (Aktivis Dakwah Klaten).

×
Berita Terbaru Update