Fina Fatimah (Member Kesatria Aksara Bandung)
LorongKa.com - Semakin kesini, istilah-istilah asing mulai berkembang dan menjamur dikalangan milenials khususnya. Sudahlah dulu istilah insecure mewabah di media sosial, bak virus yang mudah sekali menjangkiti setiap orang dari berbagai kalangan, tak terkecuali seorang muslim. Lalu kini muncul juga istilah baru yang sebelas dua belas dengan si insecure tadi. Yap, overthinking!
Istilah ini mungkin tidak terlalu asing bagi sebagian orang. Dilihat dari katanya saja yang berasal dari bahasa inggris, kita bisa menyimpulkan sedikit-sedikit apa maksud dari istilah tersebut. Secara singkat kita dapat mendefinisikan Overthinking sebagai suatu tidakan berfikir yang berlebihan.
Overthinking, Insecure, dan Curiosity.
Fakta yang terindera, panca indera, otak yang sehat, serta informasi awal merupakan komponen-komponen terbentuknya akal. Komponen-komponen tersebut saling bekerja sama sehingga terbentuk akal. Setiap mahluk yang berakal pasti akan mengalami proses berpikir. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan setiap manusia berpotensi mengalami ‘overthinking’.
Suatu proses berpikir biasanya menghasilkan kesimpulan. Untuk kasus overthinking ini biasanya saat seseorang berpikir dan menganalisa, kesimpulan atau impact yang orang tersebut dapatkan adalah sebuah kekhawatiran karena adanya ketidakpastian. Rasa khawatir tersebut bisa timbul karena orang tersebut tidak memperoleh kesimpulan yang jelas atau orang tersebut masih bingung akan kesimpulan yang diperolehnya.
Lalu dari overthinking tadi bisa jadi menimbulkan suatu perasaan yang istilahnya sudah viral belakangan ini, yakni insecure.
Dalam hidup, ada perkara yang harus dipikirkan, ada pula perkara yang apabila dipikirkan secara berlebihan akan percuma dan hanya akan menyebabkan ketakutan tak beralasan (unreasonable fear). Perkara yang harus dipikirkan biasanya timbul dari rasa ingin tahu (Curiosity). Berbeda halnya dengan overthinking, curiosity lebih mengarah kepada keingintahuan tentang fenomena-fenomena yang terjadi dan belum diketahui orang tersebut. Biasanya curiosity banyak timbul pada anak-anak, dan untuk tingkat tinggi biasanya ada pada para ilmuan dan peneliti.
Overthinking, berbahayakah?
Segala sesuatu yang berlebihan memanglah bukan hal yang baik, bahkan dapat menimbulkan dampak yang cukup buruk. Dalam bidang medis dan psikologi sendiri, overthinking dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
Overthinking juga dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Banyak waktu yang terbuang hanya untuk memikirkan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi. Seseorang yang overthinking akan berulangkali memikirkan pandangan orang lain terhadapnya atau hal apa yang akan terjadi kepadanya kelak. Dia akan terjebak dalam satu permasalahan dan tanpa sadar mengabaikan hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan. Contohnya, seseorang yang overthinking cenderung memikirkan kapan dirinya akan menghadapi kematian, suatu hal yang hanya Allah lah yang tahu. Sedangkan yang pasti adalah mati itu sendiri, dan yang seharusnya dipikirkan adalah bagaimana persiapan kita dalam menghadapi kematian tersebut agar kelak tak menyesal di akhirat.
Selain itu, overthinking juga dapat membuat kita menunda-nunda berbuat kebaikan atau bahkan tidak jadi berbuat kebaikan. Pernahkah kita menimbang-nimbang untuk melakukan sebuah amal shaleh karena takut ini dan takut itu? Nah begitulah dampak dari berpikir berlebihan dan tak berdasar.
Sebagai seorang muslim kita harus mengetahui bahwa kebanyakan pikiran berlebihan dan was-was itu muncul karena bisikan-bisikan yang ditiupkan setan ke dalam hati manusia.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu menuturkan, rasulullah saw. bersabda:
“Setan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu bertanya, ‘Siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan itu?’ hingga dia bertanya, ‘siapakah yang menciptakan Rabb-mu?’, oleh karena itu, jika telah sampai kepada hal tersebut, maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah ia menghentikan (was-was tersebut).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna hadits diatas adalah bahwa setan dapat menghembuskan was-was dan syubhat (keraguan) kedalam hati manusia secara halus. Dan yang lebih berbahayanya hal tersebut dapat menggiring seorang muslim menjadi munafik dan bahkan sampai kepada kekufuran.
Awalnya mungkin overthinking akan hal kecil dan tak bermanfaat, namun hati-hati karena lambat laun setan akan terus mengupgrade bisikan-bisikannya menuju kekufuran. Jikapun tidak bisa sampai tingkat kufur, setan tidak akan menyerah hingga menjadikan seseorang menjadi muslim yang munafik.
“Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka,” (Q.S. Al-Munafiqun: 4)
Orang-orang munafik seperti kayu yang tersandar di dinding yang tidak punya kehidupan. Merekapun merasakan overthinking atas kesalahan mereka. Mereka menyangka setiap suara ditujukan kepada mereka karena rasa takut yang ada pada diri mereka.
Jadi sudah jelas bukan bahaya dari overthinking tadi? Selain berdampak pada kesehatan tubuh juga dapat berbahaya kepada kesehatan iman. Untuk itu, sebagai seorang muslim maka hendaklah kita menghalau pikiran berlebihan terhadap sesuatu yang tidak penting.
Obat Overthinking.
Penyakit pada manusia terbagi menjadi dua macam, penyakit jasmani dan juga penyakit hati. Overthinking bisa dikategorikan sebagai penyakit hati yang menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran.
Sebenarnya ada banyak sekali penyakit hati yang menghantui setiap manusia. Namun diantara banyaknya penyakit hati, ada satu penyakit hati yang paling berbahaya. Penyakit hati yang melahirkan penyakit-penyakit hati lainnya. Yaitu ragu terhadap Allah tentang kekuasaan dan kebesaran-Nya. Maka solusinya adalah terus menjaga keyakinan kita terhadap Allah. Setiap memiliki masalah maka yang paling awal kita lakukan adalah mengembalikan segalanya kepada Allah. Semakin yakin ia kepada Allah, semakin sedikit ia mengeluh dalam hidupnya. Dan cara yakin kepada Allah adalah dengan membaca ayat-ayat-Nya.
Selanjutnya, overthinking terjadi apabila seseorang ingin meraih suatu hal tetapi apa yang hendak diraihnya dan cara apa yang akan ia gunakan untuk meraih tujuan tersebut tidaklah jelas atau masih bias. Maka orang tersebut haruslah memiliki tujuan dan langkah yang jelas terlebih dahulu. Ketakutan dan kekhawatiran yang timbul adalah akumulasi dari ketidaktahuan. Maka pengetahuan menjadi penting untuk menyambungkan sebab dan akibat. Dan pengetahuan berbanding lurus dengan tujuan juga cara meraih tujuan tersebut. Jika pengetahuan yang didapatnya benar (shahih) maka tujuan yang hendak dicapai juga metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya benar juga. Tentunya standar yang digunakan haruslah dengan standar yang terbukti kebenarannya. Yaitu standar yang diberikan oleh sang Maha benar, Allah SWT.
Dan yang terakhir, obatnya yaitu perbanyak interaksi dengan orang lain. Karena di dunia ini ada banyak orang, banyak kepala, dan banyak pemikiran. Oleh karena itu, kita bisa mengikuti kajian islam secara berjamaah. Dengan itu kita bisa saling bertukar pikiran dan menganalisis masalah bersama-sama sesuai tuntunan syara. Sehingga kita tidak disibukkan oleh satu pemikiran yang bisa menjerumuskan kita kepada hal yang tak diinginkan.
Penulis: Fina Fatimah (Member Kesatria Aksara Bandung).