PUISI, Lorongka.com- Seperti sore dan jingga menolak jauh, suara-suara kepalan tangan merobek amarah, malam dan tetangga yang merundung, kalimat tua memudah saat usai menjelang.
Semula kita ruang kelas kosong, perlahan terisi rindu-rindu menimbun, ego-ego membangkang, sebelum tamparan sapu lidi mendarat keras tepat di ingatan.
Semula adalah awal, tetapi ini tiada ujung meski berkhayal, luka lama terkawal, di sisi cinta tanpa mengeyel.
Seorang petualang membenci akhir, langkah mengakar menjalarkan akar, hidup hanya soal memilih bukan, tetapi tanggung jawab kadang mengharukan.
Penulis: Sabda Senja