Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kritis di Era Disrupsi

Minggu, 28 November 2021 | 18:20 WIB Last Updated 2021-11-28T10:29:22Z
Penulis

OPINI, Lorongka.com- 
Di zaman yang canggih ini, banyak sekali berita yang dapat dicari. Berita nasional maupun Internasional dapat dengan mudah diakses, melalui media besar ataupun media yang lebih kecil, blog atau video yang lewat melalui aplikasi Youtube, Instagram dan yang lainnya. Dan tidak hanya berhenti sampai sini, ada begitu banyak orang yang dapat menulis berita melalui web yang ada.

Dengan begitu sudah pasti ada banyak oknum yang memanfaatkan fasilitas ini untuk melakukan sesuatu yang sekiranya dapat merugikan orang lain dan memberikan keuntungan atau bahkan hanya kesenangan untuk diri sendiri. Dalam banyak hal, era digital sangat lah penting tetapi juga memiliki sisi negatif. Ada banyak sekali informasi yang bisa di dapatkan, tetapi tidak semua dapat langsung di percaya.

Secara bahasa disrupsi berasal dari bahasa inggris disruption, yang berarti gangguan yang mengganggu suatu peristiwa. Sedangkan digital berasal dari bahasa Yunani digitus yang artinya jari jemari tangan atau kaki manusia yang berjumlah sepuluh. Keberagamaanatau religiusitas adalah bahasa Sanskrit yang merujuk pada makna bersifat normatif. Dapat disimpulkan era disrupsi digital adalah zaman perubahan di berbagai sektor akibat digitalisasi akibat internet, yang menandai sebuah era di mana dari offline ke online.

Ada banyak fenomena permasalahan keberagamaan yang terjadi yaitu, seperti banyak orang yang merasa ahli agama, berkembangnya hoax keagamaan, keberagamaan otentisitas atau komoditas simbolik, hilangnya tanggung jawab keagamaan dan sosial, agama hanya menjadi tren dan munculnya sistem kapitalisme religius.

Tetapi tentu saja kita dapat menghindari kejadian tersebut dengan cara berpikir kritis dan banyak latihan membaca dengan cermat. Seperti:

  1. Mencermati alamat situs, cermati lah bila mana ternyata situs itu memang benar. Jangan sampai membaca dan terbawa oleh situs yang memprovokasi.
  2. Berhati hati dengan judul yang memprovokasi, sering kali web atau judul sebuah berita memprovokasi pembaca sehingga menimbulkan sebuah pandangan opini baru atau bahkan kehilangan opini diri sendiri.
  3. Tidak langsung mempercayai semua berita yang tersebar, dengan begitu tidak akan membuat bingung dengan semua masukan.
  4. Membaca dengan teliti semua kata yang termuat, dengan melakukan hal ini bisa di lihat jika ada yang tidak sesuai atau sesuatu yang sekiranya berlebihan atau kurang fakta.
  5. Memisahkan opini dan fakta, terkadang memang sering kaliterbawa oleh opini penulis tetapi kembali lagi harus mencari fakta.
  6. Berpikir secara logis, Etika dan Guna dengan begitu kita tidak akan mudah terbawa dan termakan opini orang lain. Apalagi para oknum yang ingin menyebarkan berita hoax.
  7. Konfirmasi, menerima berita dari sumber langsung dengan orang yang terlibat adalah hal yang paling baik dari pada dari sumber yang belum jelas.
  8. Memeriksa ke aslian foto dan sumber, dengan memeriksa ke aslian foto dan sumber terpercaya pembaca dapat mendapatkan informasi yang lebih akurat. 
  9. Membiasakan bersikap terbuka, berarti dapat menerima pendapat orang lain yang berbeda dan mempertimbangkannya.
  10. Dan yang terakhir adalah mengikuti grup anti hoax, di mana pembaca dapat bertanya berita tersebut fakta atau hoax sekaligus mengetahui klarifikasi dari orang lain. Dan para peserta lainnya dapat berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya memanfaatkan tenaga banyak orang.


Dengan melakukan hal tersebut, sama saja dengan membiasakan atau membudayakan literasi dengan baik, benar dan cermat.


Sebagai manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, sudah sepatutnya kita memiliki kecerdasan di mana kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan sampai kita terjerumus oleh oknum oknum yang tidak bertanggung jawab yang hanya memberikan keuntungan atau ke puasan untuk diri sendiri.


PenulisNabilatun Nisa

×
Berita Terbaru Update