Pinterest/Ilustrasi.
PUISI, Lorongka.com- Memulangkan kenangan lewat kata-kata yang diharap bekerja magic. Dengan segenap rindu di dada, logika menyerahkan kepasrahan dan sujud atas nama cinta.
Setelah purnama memainkan gincu, senja menampakkan kemerahan melebihi bibirmu, kekasih.
Saat hujan melelehkan bedak, alismu meraung membelok tiga kali hanya untuk sampai di rumahku, walau gagal menyatukan perpisahan ini.
Andai risau setajam pisau, atau hati ini berbentuk belati. Orang-orang tak perlu bunuh diri dengan cara menakutkan.
Hingga sore ini, burung camar tetap memuji suaranya sendiri. Seperti manusia yang lebih memilih pengakuan daripada kegunaan.
Kita seharusnya berdoa agar Chairil bangkit dari kuburnya, agar orang-orang yang sendiri tetap tegak walau terkoyak-koyak sepi.
Penulis: Kepala Suku