Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Adat Masyarakat Jawa Islam, Makna Tradisi Tahlilan Setelah Kematian

Sabtu, 11 Desember 2021 | 18:45 WIB Last Updated 2021-12-11T10:45:25Z

Elma Kamla

LorongKa.com - 
Masyarakat Jawa terkenal dengan tradisi dan adat yang banyak,setiap daerah juga memiliki tradisi dan budaya masing masing sesuai ciri khas daerhanya. Tradisi yang ada di Jawa sudah melekat dan masih ada hingga saat ini yaitu tahlilan.


Tradisi Tahlilan merupakan upacara slametan yang dilakukan oleh sebagian orang muslim dan khususnya masyarakat jawa. Tradisi tahlilan setelah kematian sebuah wujud penghormatan kepada orang yang sudah meninggal dan mendoakan si mayit agar amal sholihnya di terima dan di ampuni segala dosanya.


Tahlilan juga sering kita jumpai di pedesaan karna masyarakat desa masih meyakini atau percaya bahwa tahlilan akan membawa kebaikan dan keberkan,tradisi rangkulan juga identik dengan selametan karna memang sudah menjadi tradisi sejak dulu dan warisan nenek moyang. 


Tahlilan juga menjadi sarana Silaturrahmi, kekeluargaan, menambah kerukunan dengan orang orang sekitar dan bentuk shodaqoh dari wujud slametannya.


Tradisi acara tahlilan di adakan dirumah duka dan biasanya di hadiri oleh laki laki baik yang muda maupun yang tua,tahlilan kematian dimulai dari Hari ke 7,40,100 dan terakhir Haul Atau mendak taun. Mendak taun dilakukan setelah kematian satu tahun dalam tiga tahun berturut dan bisa juga di sebut nyewu atau 1000 hari. 


Berikut makna Tahlilan  Di masyarakat Jawa berdasarkan hari 

  1. tujuh harian meninggal di sebut "mitung dina" di yakini oleh  masyarakat jawa jika hari ke 7  roh mayat masih ada di dalam rumah.
  2. 40 hari pasca meninggal di sebut "Matangpuluh dina"di yakini masyarakat jawa bahwa hari ke 40 diadakan Tahlilan Agar roh almarhumah menuju alam kubur tenang dan tidak tergangu.
  3. Hari ke 100 setelah meninggal di sebut dengan "nyatus dina" di adakan tahlilan dengan tujuan supaya arwah almarhum yang telah meninggal di ampuni dosanya dan di lapangankan kuburannya dan berkah. 
  4. Acara peringatan kematian Mendak atau satu tahun merupakan penutupan atau upacara terahir peringatan kematian.


Tradisi tahlilan di isi dengan bacaan doa bersama,tawasul,pembacaan surat surat pendek Al quran, yasin dan dzikir dan pada umumnya di lakukan pada malam hari.


Setelah Tahlil selesai dilanjutkan acara selamatan yaitu acara makan makan atau hidangan sederhana dengan tujuan sebagai rasa bentuk terimakasih kepada orang orang yang telah datang ikut tahlilan untuk mendoakan.


Perbedaan pendapat mengenai tahlilan


Pada dasarnya Tahlilan memang bid'ah karna tidak ada tahlilan pada zaman nabi.akan tetapi bid'ah juga di bagi dua bidah Dholalah atau sesat dan Bid'ah  hasanah atau baik. Pendapat orang yang pro tahlilan dan orang -orang yang mengamalkannya tentu mereka mempunyai dalil atau pendapat jika tradisi ini di hukum boleh. 


Dalil yang memperkuat dibolehkannya tahlilan seperti hadis yaitu "dari sahabat Ma'qol bin Yasar RA.bahwa rasulullah saw bersabda surat Yasin adalah pokok dari Al-Quran tidak, dibaca seseorang yang mengharap ridho Allah kecuali di ampuni dosa dosanya bacakanlah surah Yasin kepada orang orang yang meninggal dunia di antara kalian," H.R. Abu Dawud.


Tahlilan adalah kalimat tauhid laa illaha illallah Yang merupakan kandungan dari  syahadat yang sebagi salah satu rukun islam,di adakannya tahlilan dapat kita ambil hikmahnya yaitu mengingatkan kita kepada Allah dan  hari Akhir, mengajarkan kita agar tidak ketergantungan pada duniawi.


Bagi orang-orang yang meyakini tahlilan mereka percaya bahwa secara langsung kita menghadiahkan pahala kepada mayit dan doa-doa yang dibacakan sampai ke mayit.


Ada juga sebagian kelompok yang mengatakan bahwa tahlilan itu bid'ah dan bukan ajaran islam karna tidak ada ajaran dari zaman nabi.kelompok yang tidak percaya mengenai tradisi tahlilan, yasinanan dan selamatan karna mereka tidak percaya jika yasinan, slametan dan tahlilan pahala atau doa-doa akan sampai kepada orang yang sudah meninggal.


Boleh atau tidaknya melakukan tahlilan merupakan persoalan penafsiran seseorang dalam memahami agama, jadi perbedaan pendapat tidak harus disikapi dengan permusuhan dan kebencian, wallahu'alam.


Penulis: Elma kamla mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

×
Berita Terbaru Update