Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ketika Sandaran Menyisakan Bekas

Minggu, 17 April 2022 | 14:44 WIB Last Updated 2022-04-17T17:42:07Z


LorongKa.com---
Aku tahu waktu itu terus berjalan dan terasa singkat, aku tahu sekejap semua akan terlewatkan, aku tahu bumi luas dan menyimpan banyak sesuatu di setiap sudutnya.


Tetapi, aku juga yakin sejarah selalu ditemukan, rasa penasaran pun terobati akhirnya. Namun, akankah pertemuan singkat dengan sejuta kenang dapat terlepas jua dari ingatan?


Aku bayangkan semua kejadian yang dialami manusia menyusun dirinya sendiri jadi kenangan dalam ingatan. Tapi akankah ingatan terlampau kuat menampung rasa yang kian hebat?


Demikian peristiwa paling menyenangkan dalam hidupku bisa melewati jalan terjal bebatuan di atas mobil pick up bersamamu. Aku pikir ini kebetulan, meski orang lain menyebutnya rencana Tuhan.


Seorang perempuan yang bersandar di pundak lelaki biasa sepertiku adalah keajaiban, aku tahu betul saat itu kau sedang mabuk kendaraan hingga setengah sadar. Sebab itu kau butuh sandaran tak peduli tembok, kursi atau punggung keras sisa tulang-belulang.


Celakanya, aku terlibat bertaruh rasa menikmati sandaran itu dalam suasana dingin di atas gunung diapit pepohonan rimbun menyejukkan dada.


Aku kembali merasakan ketenangan yang telah lama direnggut oleh perempuan kurang tanggung jawab di masa lalu.


Aku sangat paham bagaiman kau melakukan itu dan menganggapnya biasa saja, tetapi aku yang terlanjur nyaman tentu akan menyimpan dan menyusun semua ini jadi cerita.


Entah kelak cerita ini akan jadi sejarah atau berakhir tragis dalam legenda, yang pasti aku mengimaninya sebagai kelayakan.


Malam itu aku tak banyak tahu tentangmu, yang kutahu hanyalah bentuk kepalamu menaung di leherku sembari berucap pelan "Kak aku butuh sandaran" katamu.


Semampuku menahan diri agar tidak bergerak demi menjaga keutuhan sandaranmu di badanku.


Belakang aku tahu namamu, Emi. Dan itu sungguh keistimewaan bagiku. Nama yang begitu singkat untuk menerjemahkan wajah yang demikian menawan, aku percaya keindahan selalu terbungkus sederhana tanpa basa-basi.


Awalnya aku memaklumi, cukup sebuah nama untuk membayar rasa penasaran. Ternyata tidak, perasaan yang menggebu tak mungkin dibendung logika, aku ingin alamat rumah, nomor telepon, latar belakang, dan sebutan-sebutan serta rangkaian predikat lainnya.


Belakangan aku semakin berambisi untuk memelukmu melalui semesta, tetapi aku kembali dilema dalam rasa yang penuh gejolak seribu tanya; layakkah aku yang bangsat ini untukmu?


Bonto Cani, Jumat, 15 April 2022


Penulis: Pemuja Kopi


×
Berita Terbaru Update