OPINI, Lorongka— Suatu ketika semasa kecil puluhan tahun yang lalu sebelum android hadir dan hampir merubah segalanya, Saya bermain disebuah rumah panggung sederhana yang tidak berpenghuni.
Ya, rumah tua itu dekat dari pinggiran laut, saya suka ketempat itu bermain bersama sepupu dan teman lainnya dikala siang dan sore hari. Karena keasyikan bermain terkadang kami lupa waktu pulang kerumah. Mungkin karena khawatir, orang tua biasa datang mencari kami sampai bapak saya memberi peringatan keras untuk tidak ke tempat itu bermain.
Karena rasa penasaran, kenapa saya tidak boleh pergi dirumah itu, jadi iseng-iseng bertanya sama bapak,
"Siapa punya rumah panggung itu?”
bapak saya menjawab "itu rumahnya puang Rama".
saya bertanya kedua kalinya "Siapa itu puang Rama dan dimana sekarang orangnya?".
Bapak saya kembali menjawab dan menceritakan sosoknya. Puang Rama itu adalah kakek. Dia orang pemberani, di masanya menurut cerita dari bapak saya dia tidak pernah gentar dan takut sama orang- orang Belanda yang datang ke Pulau Sembilan.
Semakin diceritakan tentang sosoknya yang kharismatik,berwibawa dan pemberani saya semakin asyik mendengar legendanya.
Di akhir cerita bapak saya bilang kalau orangnya lagi pergi sompe (merantau) ke tanah Jawa untuk berperang dan dia akan datang kembali jadi jangan kesitu nanti marah kalau dia lihat rumahnya kotor.
Sampai hari ini cerita tentang puang Rama masih saya kenang bahkan sosok heroik pertama yang menginspirasiku.
Di saat sepi saya biasa menyelinap naik ke rumah itu dan mengintip dari pintu berharap dia sudah kembali dari tanah Jawa dan bisa melihat orangnya.
Seiring berjalannya waktu saya tidak pernah melihat dia pulang, begitupun dengan kisahnya, orang-orang sudah tidak mengingatnya lagi.
Legenda puang Rama bagi saya adalah orang pemberani yang lahir dari "Wija pattasi dan fasomppe” hebat yang pernah hadir di Pulau Sembilan".