Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Live Bullying Merajalela dalam Sistem Buatan Manusia

Minggu, 05 Mei 2024 | 14:29 WIB Last Updated 2024-05-05T07:21:37Z
Ilustrasi (disdikkbb.org)

OPINI, Lorongka.com- Baru-baru ini viral video yang dibagikan oleh akun Twitter @basebdg, di Bandung, yaitu aksi bullying atau perundungan terhadap anak di bawah umur yang diunggah melalui media sosial Tiktok. Dalam video beredar tersebut pelaku meminta korban membuka ponselnya, karena tidak mau menuruti, pelaku langsung memukul kepala korban dengan botol kosong hingga berdarah, dan terlihat korban menangis. (Kompas.com, 28/4/2024).


Sungguh miris, live video bullying seperti ini tidak hanya terjadi sekali itu saja, bahkan sekarang ini pelaku bullying sudah terang-terangan melakukan aksinya, seolah tanpa ada rasa takut dengan sanksi yang akan didapatkan. Bahkan, terkadang melakukan perbuatan perundingan dengan rasa bangga dan bahagia. 


Dari kasus bullying yang marak ini, jelas menggambarkan bahwa kejahatan sudah tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Bahkan, mereka para pelaku perundungan menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa, keren lagi wajar. Sikap seperti ini mengindikasikan bahwa adanya gangguan mental dan adanya kesalahan dalam memandang sebuah keburukan. 


Lantas, kenapa kasus ini terus saja terjadi, apa yang menjadi akar penyebabnya? Bullying merupakan suatu keburukan dari berbagai hal. 

Pertama adalah rusaknya sistem pendidikan di negeri saat ini. Pendidikan merupakan hal utama yang perlu mendapatkan perhatian. Karena, dari pendidikan ini yang akan melahirkan individu, apakah akan menjadi hamba Allah yang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa atau sebaliknya menjadi individu yang meresahkan, dan perusak. 


Semua ini, tergantung pada sistem yang diterapkan. Jika sistemnya adalah buatan manusia yang berasaskan kebebasan seperti saat ini, sudah jelas hasilnya dirasakan yaitu kemaksiatan, kezaliman, merajalela di mana-mana dan salah satu fakta yang terlihat kali ini adalah masalah bullying atau perundungan yang sedang eksis di media sosial. 


Kedua, kurangnya kontrol dalam masyarakat. Hal ini menyangkut dengan bagaimana negara mengatur. Jika aturan negara tidak peduli terhadap nasib rakyat dan masa bodo dengan segala permasalahan yang ada seperti saat ini, jelas akan mencerminkan masyarakat yang tidak peduli pula. Aturan negara saat ini hanya mengedepankan nasib individu semata, sehingga segala permasalahan yang terjadi dalam masyarakat tidak begitu diutamakan. 


Ketiga, kebebasan dalam media sosial. Seiring berjalannya waktu teknologi semakin maju, sehingga memudahkan jalannya berbagai proses aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jika kemajuan teknologi ini, diatur secara bebas tanpa ada rem di dalamnya, dalam artian kebaikan dan keburukan semua bisa diakses dengan mudahnya. Jelas, aturan seperti ini akan membahayakan. Tayangan demi tayangan yang mencerminkan kerusakan, sehingga tidak jarang bagi penggemar medsos saat ini, akan meniru dan mempraktikkan, termasuk dalam hal kekerasan dan bullying atau perundungan. 


Keempat, lemahnya sanksi yang diterapkan. Dimana semua pasti sudah tahu bahwa sanksi di negeri ini sangat lemah, tumpul ke atas, tajam ke bawah. Sudah banyak berapa kali para koruptor tidak dihukum berat, penjaranya mewah, bahkan ada yang bisa keluyuran kemana-mana. Namun, disisi lain, jika yang melakukan pelanggaran itu, adalah rakyat biasa misalnya mencuri karena kelaparan, orang tersebut mendapatkan sanksi dan denda yang berat. Seolah ingin berkata bahwa tidak ada lagi keadilan di negeri ini.


Termasuk juga para pelaku bullying, apalagi yang melakukan itu adalah anak pejabat, anak jendral dan lain-lain. Kalaupun di tangkap, namun tidak mendapatkan sanksi yang berat. Bahkan, terkadang hanya dengan uang pelakunya bisa bebas, lepas, dan ada kemungkinan akan melakukan tindakan bullying kembali, dan terus seperti itu. Akibat dari tidak tegasnya sanksi dan tanpa ada efek jera. Semua ini jelas membutuhkan solusi. 


Tidak lain, akar masalahnya terletak pada aturan yang diterapkan. Jadi, aturan buatan manusia saat ini harus diganti dengan aturan yang jelas lagi menyejahterakan. Hanya aturan Islam yang memiliki sistem kehidupan terbaik yang mampu mencegah terjadinya perilaku buruk bagi setiap individu. 


Sebab, aturan dalam Islam akan menjadikan kemaksiatan dan kezaliman itu sebagai kejahatan, yang harus mendapatkan sanksi tegas lagi menjerakan. Tunggu apalagi, saatnya mengubah aturan buatan manusia dengan aturan pencipta yang mengetahui segala macam persoalan dalam kehidupan.


Oleh: Mariyam Sundari, S.Sos.I.,C.LQ.,CTrQ.,C.ALA

×
Berita Terbaru Update