Notification

×

Iklan

Iklan

Artikel Terhangat

Tag Terpopuler

Pemberdayaan Perempuan, Bukan Hanya Tentang Ekonomi

Selasa, 14 Mei 2024 | 16:46 WIB Last Updated 2024-05-14T08:46:57Z

Surti Nurpita (Pengajar di sekolah swasta Jogja) 

LorongKa.com - 
Pemberdayaan perempuan menjadi salah satu fokus yang sedang digencarkan berbagai negara di dunia. Keterlibatan perempuan dalam berbagai sektor dinilai mampu meningkatkan peran serta dan keuntungan secara ekonomi, melihat berbagai potensi yang dimiliki perempuan. Baru-baru ini, juga telah diadakan Diskusi PBB yang bertajuk The 2nd UN Tourism Regional Conference on the Empowerment of Women in Tourism in Asia and The Pasific yang membahas pentingnya perempuan berperan dalam sektor bisnis pariwisata berkelanjutan. (Suara.com, 2/5/2024) Pariwisata berkelanjutan atau dikenal dengan sustainable tourism adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang, baik itu terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung. (Kemenparekraf, 12/11/21).


Perempuan dinilai memiliki potensi yang baik untuk bisa setara dalam bisnis pariwisata berkelanjutan ini. Hal ini didukung dengan kemampuan perempuan yang seringkali memiliki berbagai ide untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan. Menurut Anggela Tanoesoedibjo, keterlibatan perempuan dalam sektor ini bukan hanya sekedar untuk mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang kelima yaitu kesetaraan gender, melainkan juga perempuan mampu meningkatkan mafaat pariwisata berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Bahkan berdasarkan penelitian IMF (Internasional Moneter Fund), kesetaraan gender ini dapat meningkatkan PDB negara mencapai rata-rata 23%. Potensi inilah yang juga sedang dilirik berbagai negara yang mengikuti Diskusi PBB yang berlokasi di Bali ini. 


Perempuan dan Eksistensi


Perempuan merupakan makhluk yang memiliki naluri eksistensi diri, sehingga tidak heran keterlibatan dalam berbagai sektor dianggap sebagai sebuah pencapaian yang menyenangkan. Apalagi di era saat ini, standar kesuksesan manusia dinilai dari materi, sehingga siapapun berlomba untuk mendapatkannya termasuk perempuan. Materi yang dimaksud bisa berupa kekayaan, ketenaran, pangkat, dan lain sebagainya. Maka tak heran jika banyak perempuan yang saat ini berupaya untuk mendapatkan berbagai hal tersebut demi dianggap sukses. Namun apakah hal ini benar adanya, bahwa kesuksesan layak di standarkan pada materi, apalagi bagi perempuan? 


Perempuan secara fitrah memiliki potensi yang besar dari sang Pencipta. Allah SWT telah menciptakan perempuan dengan segala kelebihan yang dimiliki, seperti rasa kasih sayang yang tinggi, kemampuan mengandung-melahirkan-menyusui, kemampuan untuk beradaptasi yang baik, teliti dan lain sebagainya. Selain itu, perempuan juga pembangun peradaban yang efektif. Lewat peran pengasuhan terhadap generasi, perempuan terbukti mampu melahirkan sosok-sosok pemimpin luar biasa di masa depan. Namun demikian, potensi besar ini kini dikerdilkan hanya dengan kemampuan perempuan untuk meningkatkan perekonomian suatu negara, dengan dalih kesetaraan gender. 


Perempuan memang tidak dilarang untuk berperan aktif dalam ekonomi, misal bekerja atau mengembangkan potensinya. Namun akan menjadi keliru, jika fokus utama perempuan teralihkan dalam hal tersebut dan meninggalkan fitrah utamanya sebagai ibu generasi. Tak heran jika saat ini kita lihat bagaimana wajah generasi yang rusak saat ini, dimulai dari hilangnya peran ibu dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Jika perempuan sibuk mengurusi eksistensinya dalam perekonomian, tapi justru melupakan peran utamanya, maka efek besarnya adalah rusaknya generasi mendatang yang harusnya terlahir dari perempuan-perempuan hebat. 


Pandangan bahwa sukses dinilai dari ekonomi seharusnya memang tidak menjadi landasan. Sebab perempuan dan laki-laki sebenarnya memiliki standar sukses masing-masing yang tidak perlu dibandingkan dan tidak perlu disetarakan. Laki-laki memiliki tanggung jawab nafkah untuk keluarga, maka tak heran mereka akan bekerja secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sementara perempuan memiliki tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak, maka terciptanya generasi yang terbaik harusnya menjadi standar yang tidak boleh ditawar. Laki-laki dan perempuan seharusnya bekerjasama untuk mewujudkan hal tersebut, bukan justru diadu kemampuan atau disetarakan lewat standar yang sama. Wallahua'lam bishawab. 


Penulis: Surti Nurpita

×
Berita Terbaru Update