![]() |
Surti Nurpita |
LorongKa.com - Kasus keracunan MBG yang terjadi terhadap siswa di Bogor merupakan rentetan kasus keracunan sejak program ini diluncurkan pemerintah pada Januari 2025. Sudah ratusan siswa yang menjadi korban dan tidak hanya terjadi di satu wilayah saja.
Keracunan ini disinyalir karena beberapa faktor seperti kontaminasi awal bahan pangan, pertumbuhan bakteri karena proses pengolahan, suhu, kondisi dan lain sebagainya. Pemerintah mulai lebih ketat lagi dalam menjaga higienitas bahan, proses pembuatan dan distribusi MBG agar tidak terulang kembali kasus keracunan pada siswa yang mengonsumsi.
Pemerintah menjalankan Program MBG dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas gizi pada anak dan mengurangi masalah stunting. Maka dari itu pemerintah menyediakan MBG untuk memastikan anak-anak dapat mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengurangi resiko stunting yang juga merupakan salah satu masalah nasional.
Demi berjalannya program ini, pemerintah bahkan mengganggarkan 171 triliun rupiah dan melakukan efisiensi pada banyak sektor. Program ini juga digadang-gadang akan mampu menciptakan ribuan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat.
Jauh Panggang dari Api
Tujuan mulia pemerintah untuk meningkatkan taraf gizi anak-anak tentu merupakan hal yang perlu didukung penuh. Hanya saja perlu diperhatikan juga pelaksanaan program harus dilaksanakan dengan berbagai persiapan dan pengawasan yang ketat.
Sebab jika tidak, program hanya akan berjalan begitu saja untuk memenuhi tuntutan tanpa memperhatikan kualitas pelaksanaan program, bahkan jika terjadi masalah di tengah jalan seolah tidak diupayakan ditangani dengan maksimal. Misalnya masalah keracunan yang terjadi di beberapa wilayah, yang bisa jadi korbannya akan terus bertambah jika mekanisme MBG tidak diperketat lagi.
Peningkatan gizi anak-anak sebenarnya dapat dilakukan dengan meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Pendapatan keluarga yang meningkat akan berbanding lurus dengan pemenuhan gizi yang baik untuk keluarganya, bahkan tidak hanya sekali sehari tapi setiap makan akan diperhatikan gizi yang baik.
Maka dari itu, dibandingkan dengan melaksanakan program MBG, sejatinya masyarakat lebih membutuhkan lapangan pekerjaan yang layak untuk mampu memenuhi kebutuhan gizi masing-masing keluarga.
Saat ini banyak sekali kepala keluarga yang tidak memiliki pekerjaan yang layak untuk menghidupi keluarganya, sehingga tak heran jika mereka kekurangan gizi. Masyarakat juga bukan kategori pemalas, sehingga sebenarnya jika ada kesempatan kerja yang layak tentu mereka dapat memiliki penghasilan layak untuk membeli makanan bergizi.
Penulis: Surti Nurpita