Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Benarkah Kita Telah Merdeka?

Minggu, 01 September 2019 | 21:15 WIB Last Updated 2019-09-01T13:15:11Z
Lorong Kata - Selalu ada semangat yang berkobar dibalik peringatan perayaan kemerdekaan suatu bangsa. Peringatan perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke 74 tahun ini bertema Menuju Indonesia Unggul. CNNIndonesia. Berbagai perlombaan pun digelar, namun, peringatan hari kemerdekaan hanya sekedar seremonial belaka, tanpa ada perubahan yang nyata.

Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini, hanya terbebas dari penjajahan fisik saja. Karena, pada faktanya negara kita belum memiliki kedaulatan penuh, hegemoni bangsa lain masih ada di Negeri kita tercinta. Negeri ini masih dicengkram oleh kekuasaan asing, contohnya penguasaan dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Penjajahan dalam bidang politik, kepentingan-kepentingan asing atas sumber kekayaan alam Indonesia terkadang menyebabkan panggung politik negeri ini diintervensi oleh kekuatan asing. Targetnya agar arah pengelokaan SDA kita dapat diatur demi kepentingan asing.

Dalam bidang ekonomi tidak pernah bebas dari pengaruh asing. Bahkan, campur tangan asing selalu ada disepanjang perjalanan bangsa ini, dengan dalih mananamkan investasi, memberi pinjaman (utang) dan sebagainya.

Pun juga, dengan SDA, Indonesia yang memiliki sumber daya alam luar biasa melimpah namun pada faktanya, kekayaan alam tersebut sudah banyak yang dimiliki oleh asing (swastanisasi) seperti tambang emas freeport, tambang batu bara, nikel serta sumberdaya alam lainya.

Penjajahan lain yang juga sangat dirasakan oleh Indonesia adalah pada bidang sosial dan budaya. Indonesia yang mengenalkan diri sebagai Negara pemilik kekayaan kebudayaan yang sangat banyak kini mulai luntur. Indonesia sudah tidak lagi mempunyai jati diri sebagai negara budaya. Budaya di Indonesia sudah terinfiltrasi oleh budaya asing yang merusak perilaku sosial dari genarasi bangsa.


Dalam pidatonya, George W Bush ketika menjabat sebagai presiden AS pada 20 Januari 2005 mengatakan When you stand for your liberty, we will stand for you. Kurang lebih maksudnya adalah AS akan menjadi kawan bagi mereka yang mengedepankan kebebesan. Istilah yang sering kita kenal adalah liberalisme. Baik dalam bidang politik, ekonomi dan yang khusus adalah bidang sosial dan budaya.

Dia juga menegaskan dengan mengatakan The best hope for peace is the expansion of freedom. Sehingga sangat jelas bahwa AS, atau ideologi kapitalisme menginkan agar Indonesia khususnya menjadi negara yang liberal. Sehingga, bisa kita rasakan kondisi sekarang ini di masyarakat. Budaya hedonisme yang menjadikan kenikmatan dan kebahagiaan sebagai tujuan akhir.

Sikap permisvisme juga menghingkapi kehidupan masyarakat Indonesia. Paham ini adalah paham yang menganggap bahwa kita sebagai manusia berhak tanpa batasan untuk melakukan segala sesuatu. Dengan itu akan melahirkan sikap individualisme pada diri masyarakat.

Penjajahan non-fisik lainnya adalah melalui media informasi. Semakin berkembangnya teknologi digital, arus informasi susah sekali dibendung. Banyak masyarakat teracuni oleh media mainstream yang tidak jujur dalam menyampaikan berita. Anak-anak dicekoki tayangan tayangan amoral yang merusak akhlak.

Selain itu, kondisi umat Islam yang rapuh, saling mencaci dan mencela,  selalu dipojokkan, serta dijadikan sasaran deradikalisasi dengan embel-embel toleransi. Hal ini cukup menjadi bukti bahwa hakikatnya Indonesia belum merdeka.

Lantas bagaimanakah kemerdekaan yang hakiki itu?. Mari kita melihat sejarah, kisah sukses Nabi Muhammad dalam mengemban Risalah di muka bumi. Allah SWT berfirman, Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (QS. Al-Maidah: ayat 3).

Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus: disorientasi hidup, penindasan ekonomi, dan kezaliman sosial.

Disorientasi hidup diekspresikan dalam penyembahan patung oleh masyarakat Arab Quraisy. Rasulullah berjuang keras mengajarkan kepada umat manusia untuk menyembah Allah dan meninggalkan tuhan-tuhan yang menurunkan harkat dan derajat manusia. Hal tersebut dijelaskan dalam QS. Lukman: ayat 13, QS. Yusuf: ayat 108, QS. Adz-Dzariyat: ayat 56, dan QS Al-Jumuah: ayat 2.

Penindasan ekonomi itu dilukiskan Al-Quran sebagai sesuatu yang membuat kekayaan hanya berputar pada kelompok-kelompok tertentu saja (QS.Al-Hasyr: ayat 7). Rasulullah SAW juga mengkritik orang-orang yang mengumpulkan dan menghitung-hitung harta tanpa mempedulikan kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi (QS.Al-Humazah: ayat 1-4, QS.Al-Maa`uun: ayat 2-3).

Ketika perang Qadisiyah, Sa’ad bin Abi Waqqash memerintahkan Rib’i bin Amir raḍhiallahu ‘anhu untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rib’i tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya. Dengan lantang Rib’i menjawab dan jawabannya itu kemudian dicatat dengan tinta emas oleh sejarah. Rib’i bin Amira berkata :

“Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesama manusia kepada penghambaan hanya kepada Allah semata, dan dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas, serta dari kesewenang-wenangan agama-agama (yang batil) kepada keadilan Islam (yang hak).

Kemudian sahabat mulia Bilal bin Rabah radhiallahu anhu, ketika masih berstatus sebagai budak, beliau disiksa dengan siksaan yang amat pedih. Meski demikian, beliau tetap dalam keimanannya karena memiliki jiwa merdeka yang hanya bertauhid dan tunduk kepada Allah. Dengan itulah alasan beliau menjadi hamba yang merdeka seutuhnya.

Jadi, makna kemerdekaan yang hakiki adalah ketika seorang muslim terbebas dari penghambaan kepada selain Allah,  tunduk dan patuh kepada aturan dan hukum Allah. Islam datang untuk membebaskan manusia dari segala belenggu penjajahan sesama manusia, dan keluar dari keterpurukan hidup di dunia. waullahu a'lam bissawab.

Penulis: Dewi Sartika (Komunitas Peduli Umat)
×
Berita Terbaru Update