Berkat beliau, lahir banyak kartini-kartini yang menduduki berbagai macam profesi yang tentunya memberi banyak manfaat untuk masyarakat. Misalnya banyak perempuan yang berprofesi sebagai guru yang tentunya mencerdaskan anak bangsa, ada yang terjun dalam dunia kepemimpinan yang tentunya akan membangun masyarakat sekitarnya dan masih banyak lagi.
Di tengah wabah virus Covid-19 yang semakin mengganas di Indonesia, muncul sosok kartini yang berprofesi sebagai dokter spesialis, dia adalah Bernadette Arbertine Francisca. Dia adalah dokter yang ramah terhadap pasien-pasiennya yang terindikasi virus Covid 19 maupun yang tidak terindikasi virus Covid-19. Tercatat kasus covid-19 di Indonesia pada 20 april 2020 terdapat total kasus 6.760, dengan rincian dalam perawatan 5423, sembuh 747, meninggal 590.
Wabah Covid-19 di indonesia semakin hari membuat keresahan demi keresahan selalu menghantui masyarakat Indonesia setiap harinya, Tenaga medis dan rumah sakit mulai kekurangan alat perlengkapan mereka, misalnya alat perlindungan diri (APD) dan kapasitas rumah sakit yang terbatas untuk menangani pasien yang terjangkit. Fenomena virus Covid-19 ibarat fenomena gunung es yang menyimpan banyak rahasia dan ketidakjelasan, kita tidak tahu kapan penyebaran virus ini akan berakhir.
Dokter Bernadette Arbertine Francisca, merupakan salah satu contoh Kartini Covid-19, pahlawan bagi masyarakatnya yang kini jasadnya dimakamkan di pemakaman khusus pasien Covid-19 di Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel. Beliau merupakan dokter spesialis yang bertugas di RS awal Bros Makassar, dan dikenal sebagai dokter yang ramah oleh para pasiennya. Kematian almarhumah berawal dari interaksi beliau kepada pasien covid-19 dan ada satu pasien yang tidak jujur dalam menyampaikan riwayat penyakitnya.
Wahyudi selaku sejawatnya mengatakan bahwa, "Almarhumah terkena (covid-19) karena ada pasiennya yang tidak jujur menyampaikan kepada dokter bahwa dia memiliki gejala Covid-19 dan tidak melaporkan riwayat perjalananannya." Akhirnya Bernadette pun meninggalkan dunia ini sebagai pahlawan yang berada di garis terdepan menangani covid-19, ia menjadi bukti Kartini akan selalu ada takkan habis dimakan waktu, ia adalah satu kartini Covid-19. Bernadette hanyalah satu contoh dari sekian banyak contoh kartini yang berjuang di tengah wabah virus covid-19.
Meskipun Bernadette telah wafat, tapi ia telah menjadi pahlawan bagi masyarakat, ia berjuang di garis terdepan membantu menangani masyarakat yang terindikasi covid-19. Tersenyumlah R.A kartini di kuburnya melihat begitu banyak kartini-kartini yang tumbuh subur, kartini-kartini yang berjuang membela tanah air, kartini-kartini yang ikut serta membantu masyarakat, kartini-kartini yang turut berjuang melawan virus Covid-19.
Saat ini sudah banyak perempuan-perempuan Indonesia yang telah menduduki pendidikan tinggi, mengambil alih kepemimpinan pemerintahan, menjadi guru dan bekerja di luar rumah, akan tetapi masih ada perempuan-perempuan yang tidak memperoleh kesempatan sama.
Kulihat di pasar-pasar, di tengah wabah Covid-19, ada kartini-kartini yang tengah berjuang bertahan hidup demi untuk anak-anaknya tercinta, kulihat juga Kartini-kartini, di tengah covid-19, mengenakan pakaian kumuh membabat rumput, katanya mereka hendak menanam sayur-sayuran dan biji-bijian untuk bertahan hidup. Kartini-kartini yang masih belum mendapatkan kehidupan yang layak seharusnya kita perhatikan, terutama pemerintah setempat memperhatikannya dan memberikan bantuan kepadanya.
R.A Kartini berkata melalui suratnya yang dikirim kepada Nyonya Abendanon (Pane, 2008, 101-102 ) berikut:
"Perempuan itu jadi soko guru peradaban! Bukan karena perempuan yang dipandang cakap untuk itu melainkan oleh karena saya sendiri yakin sungguh bahwa dari perempuan itu pun mungkin timbul pengaruh yang besar, yang besar akibatnya, dalam hal membaikkan maupun memburukkan kehidupan, bahwa dialah yang paling banyak membantu memajukan kesusilaan manusia."
Artinya, perempuan sangat mempengaruhi kesusilaan manusia, perempuan dapat membolak-balikkan kehidupan dan dapat mendatangkan kebaikan sekaligus dapat mendatangkan keburukan.
Pernyataan serupa juga dikatakan Bapak Suoekarno, dalam buku Sarinah bab 6. menyatakan, Hai wanita-wanita Indonesia jadilah revolusioner, tiada kemenangan revolusioner jika tiada wanita revolusioner.
Karena perempuan adalah tiang Negara, maka sudah sepatutnya kita menjaganya dengan baik, sebab jika tiang rusak maka rusaklah segalahnya. Karena perempuan adalah tiang maka perempuan sekarang juga harus berani mengambil peran penting sebagai mitra bagi masyarakat pada upaya-upaya pembangunan masyarakat demokratis dan pembangunan persatuan bangsa melalui pendampingan sosial, kritik konstruktif terhadap kebijakan negara yang memarginalisasi masyarakat, khususnya perempuan.
Dan pada akhirnya, dengan adanya wabah virus Covid-19, Kartini-Kartini kini menjelma menjadi dokter, perawat, atau pun suster, tidak lagi hanya sebatas emansipasi atau pejuang pendidikan perempuan saja. Kartini kartini baru berada di baris terdepan membantu pencegahan virus Covid-19.
Penulis: Wirajuddin, Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab UINAM