Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kumpulan Puisi Aris Setyanto

Rabu, 16 November 2022 | 09:18 WIB Last Updated 2022-11-16T01:18:34Z

Aris Setyanto

Mendaraskan Kepedihan


jika kau hujan, turunlah

kawan sejatiku adalah semilir

saat kau lahir di bangku ini

air terjun jatuh dari mataku

mengapa wanita itu mangkir?

apakah ia sepertiku?

mendaraskan kepedihan.


Temanggung, 29 Agustus 2022.


Di Dalam Wartel


suara-suara mengundang air mata

ada kepedihan yang runtuh di dalam sana

ada begitu banyak cerita

sementara di luar ruang

orang-orang berbaris dengan menanggung

kerinduan yang tak tertahan

ada yang hilang di balik gelak

rupanya, telah terkuras koin dari sakuku.


Temanggung, 03 September 2022


Hari Ketujuh Kematian


tanah basah

bunga-bunga telah layu

air mataku masih

kepedihanku abadi

kau di dalam kepalaku

terus berbicara tentang misteri,

masa depan

kau di dalam hatiku


jika kutahu kau akan pergi lebih dulu

tak akan aku palingkan pandang

mengitarimu sepanjang lagu.


Temanggung, 03 September 2022


Sebuah Perbedaan


(dulu)


menyalakan obor

memanggil teman di jalan,

di kegelapan

meniti pematang beriringan

pulang-pergi mengaji


(kini)


bersembunyi di balik bilik

peraduan telah meminang tubuh kita

dunia di tangan—di haribaan

dunia di luar rumah hanyalah angan.


Temanggung, 03 September 2022


Jika Tri Lestari ke Jakarta


Jika Tri Lestari ke Jakarta

ia mungkin terjerat jaring nelayan

terjerat kemiskinan—jadi gelandangan

jadi pengamen, jadi manusia silver

atau menabuh bonang—kendang agar seekor 

kera menari

bagi murka orang-orang

yang turun ke jalanan

dan sebungkah polusi bagi diri

atau ia sendirilah yang akan menari

tanpa sehelai benang di badan

membabi-buta keberingasan lelaki

dikulumnya kenelangsaan

namun, harkat di permukaan


Saat Tri Lestari kembali ke bumi

sebagai jasad yang telah mati

ia mungkin dibuang sembarangan

reinkarnasi sebagai banjir langganan

dan sukar ditiadakan.


Temanggung, 10 Mei 2022


Sajak Petani


Aku jual punggung yang nyeri ini

berpuluh-puluh peluh

dan kesakitan selama menanam;

gabah, wortel, kubis, kentang, segala sayur-mayur,

dengan harga yang lebih murah dari upaya

kepada Indonesia sekalian

tetapi mengapa, masih kutemukan

betapa lambung Indonesia masih memekik

betapa di bawah jembatan anak-anaknya menangis

karena kelaparan

haruskah, Indonesia, kuberikan segalanya

sukarela?


Temanggung, 10 Mei 2022


Temanggung


Lihatlah dua gunung # begitu megah

jalan-jalan # menghidu keramahan

situs bertebaran # mendongengkan kisah purba

secangkir kopi # di permukaan pagi

isap lintingan # menyublim kebekuan

kota yang amat puisi ini # tapi, kau lekas kembali.


Temanggung, 10 Mei 2022


Temanggung (2)


Buang segala wasangka

pada dersik di luar jendela

kau duduk di pelana

menujum betapa dinginnya ambin usang

saat sampai di desa

aku bayangkan mbok, menghada belanga

dari bibir yang merapal rindu

pada lanang di tanah urban


Kau pilih mana di antara;

sekotak lintingan dan harapu

tidak keduanya, kau melamar kopi Posong

berkali jatuh cinta pada tiap teguk pahitnya

riuh kota dalam kepala serupa

tumpukan berkas di atas meja

lekaslah udara!


Temanggung, 15 Mei 2022


Temanggung (3)


Gung, Indonesia sebesar kotamu

kadang riuh—acap pusara


Gung, sesekali aku terasing

sekaligus menjadi siapa-siapa.


Temanggung, 15 Mei 2022


×
Berita Terbaru Update