Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Tradisi Lopis Raksasa di Desa Krapyak Kidul

Selasa, 30 Mei 2023 | 22:58 WIB Last Updated 2023-05-30T14:58:24Z

Dwi Rahmiyati

LorongKa.com -
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam tradisi yang dilaksanakan dan dilestarikan oleh masing-masing penduduknya dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda, antara kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan, tempat tinggal, adat serta tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat sebelumnya. 


Tradisi merupakan kebijakan turun temurun yang terdapat di daerah tertentu. Tradisi adalah suatu pola kebiasaan sekelompok masyarakat yang dipercaya memiliki nilai-nilai kehidupan manusia sehari-hari. Tradisi biasanya terjadi setiap satu tahun sekali yang melibatkan semua kalangan masyarakat setempat. Dalam bertradisi, masyarakat biasanya akan berkumpul di satu titik di daerahnya, kemudian menjalankan tradisi dengan penuh kebahagian dan kemeriahan.


Di Pekalongan, tepatnya di daerah Krapyak Kidul, ada tradisi yang biasa disebut Tradisi Lopis Raksasa, yang sudah mulai ada pada tahun 1950.  Lopis adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar beras ketan yang dibungkus menggunakan daun pisang dan diikat menggunakan tali ijuk. 


Beras ketan adalah bahan dasar yang jika dimasak dengan air yang cukup akan menyatu sehingga ini menjadi sebuah simbol kekuatan tali silaturahmi untuk masyarakat setempat. Kemudian, tali ijuk digunakan agar saat proses memasak Lopis Raksasa yang memakan waktu 2 hari 2 malam tidak gagal, karena tali ijuk ini semakin terkena panas akan semakin kuat.


Tradisi Lopis Raksasa ini berlangsung setiap bulan Syawal, tepatnya tanggal 7 setelah sebagian besar masyarakat Krapyak Kidul melaksanakan puasa 6 hari berturut-turut di bulan Syawal. Perayaan Lopis Raksasa ini juga biasa disebut hari raya kedua oleh masyarakat setempat karena pada tanggal 1 Syawal mereka sudah melaksanakan hari raya yang pertama.


Dahulu, para sesepuh Krapyak Kidul melangsungkan pembuatan Lopis dalam rangka membangun silaturahmi setelah berpuasa 6 hari di bulan Syawal. Kemudian pada hari ke-7, mereka bersama-sama membuat Lopis dalam ukuran sewajarnya. Semakin lama, masyarakat setempat dengan semangatnya mengembangkan tradisi ini. Dari yang dahulu hanya berukuran kecil, kemudian berukuran sedang, hingga menjadi Lopis raksasa seperti sekarang ini. Tentu untuk menjadi seperti sekarang, tradisi ini mengalami pasang surut. Namun, karena keinginan masyarakat setempat untuk menjaga sebuah tradisi sangatlah besar, maka tradisi Lopis Raksasa ini dapat berkembang seperti sekarang ini, bahkan dikenal oleh kancah internasional. 


Setiap berlangsungnya Tradisi Lopis Raksasa, banyak wartawan dari Televisi nasional yang ikut serta meliput berlangsungnya kegiatan Lopis Raksasa ini di daerah Krapyak Kidul yang tentunya dapat menjadikan Tradisi Lopis Raksasa menjadi suatu hal yang dikenal tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, namun juga luar negara.


Jadi, Tradisi Lopis Raksasa adalah tradisi yang sudah seharusnya dijaga oleh generasi-generasi pemuda daerah Krapyak Kidul, agar tidak mati begitu saja. Tradisi seperti inilah yang akan menjadi kebanggaan bagi suatu masyarakat di daerahnya. Selain itu, tradisi Lopis raksasa ini juga harus tetap dikembangkan agar semakin banyak masyarakat di luar daerah Pekalongan (khususnya) yang mengenal betapa kuatnya Tradisi Lopis Raksasa ini. Karena dengan semakin dikenalnya sebuah tradisi, maka akan semakin banyak pula hal-hal baik yang berdatangan, khususnya untuk daerah setempat. Maka dari itu, Tradisi Lopis Raksasa ini harus selalu dilestarikan bahkan dikembangkan agar dikenal dan diakui seluruh dunia.


Penulis: Dwi Rahmiyati

×
Berita Terbaru Update